Articles by Agustinus Wibowo
Bahasa Uzbek, huruf Rusia masih terlihat di mana-mana (AGUSTINUS WIBOWO) Konon Lembah Ferghana adalah pusat peradaban bangsa Uzbek. Orang-orangnya bicara bahasa Uzbek yang paling murni dan halus. Saya merasakan kesopanan yang luar biasa, karena orang tua di Lembah Ferghana bahkan menyapa anak-anaknya dengan siz – Anda, dan bukannya san – kamu – seperti orang-orang Uzbek di tempat lain. Bagaimanakah asal-muasal Bahasa Uzbek? Ratusan tahun lalu, bahasa ini masih belum lahir. Yang ada adalah bahasa Turki Chaghatai, dari rumpun bahasa Altai. Sama seperti ketika itu nama Bahasa Indonesia belum ada, karena orang hanya kenal bahasa Melayu. Bahasa Uzbek menjadi penting, ketika tahun 1920’an, etnis-etnis Asia Tengah ‘ditemukan’, dan masing-masing bangsa harus punya bahasanya sendiri. Pertanyaannya, bahasa yang mana yang layak menjadi Bahasa Uzbek? Sebelum tahun 1921, yang disebut ‘Bahasa Uzbek’ adalah bahasa Kipchak, yang dipakai di sekitar Bukhara dan Samarkand. Bahasa ini sangat rumit, karena seperti halnya bahasa Kirghiz, juga punya banyak aturan keharmonisan vokal. Pada saat itu, bahasa Qarluq yang dipakai di Ferghana dan Kashka-Darya dikenal sebagai Bahasa Sart. Tata bahasanya lebih mudah, karena tidak memakai harmonisasi vokal. Bahasa Sart, dipakai oleh umat Muslim yang sudah tidak nomaden, kaya akan kosa kata dari Bahasa Arab dan Persia. Selain itu, di [...]
#1Pic1Day: Sesudah Perang | Life After War (GBAO, Tajikistan, 2006)
Life After War (GBAO, Tajikistan, 2006) Madam Dudkhuda is a typical town dweller in the Pamir Mountains. She works as bread baker, earning less than US$20 per month, while her geologist husband only earns about US$150 a year. There is no adequate job offered by the government, so most people in the mountainous province become unemployed or underemployed. Recently some NGOs like the Aga Khan Foundation and Acted provided some training programs to the communities, as well as microcredit financial aid, to help the rebuilding of the economy after years of civil war. Sesudah Perang (GBAO, Tajikistan, 2006) Nyonya Dudkhuda adalah seorang warga kota biasa dari Pegunungan Pamir. Dia bekerja sebagai pembuat roti, dengan pendapatan kurang dari US$ 20 per bulan, sementara suaminya yang bekerja sebagai ahli geologis hanya memperoleh US$ 150 per tahun. Kurangnya pekerjaan yang dapat disediakan oleh pemerintah menyebabkan sebagian besar penduduk di provinsi pegunungan ini menjadi pengangguran atau setengah pengangguran. Saat ini beberapa LSM internasional seperti Aga Khan Foundation dan Acted telah menyediakan program pelatihan kepada masyarakat, juga bantuan finansial dengan skema mikrokredit, untuk membantu pembangunan ekonomi pasca tahun-tahun perang [...]
Garis Batas 74: Raja Umat Manusia
Seorang mullah dari Shakhimardan (AGUSTINUS WIBOWO) Gerbang perbatasan terakhir yang harus kami lewati untuk menuju Shakhimardan adalah pintu Uzbekistan. Tiga gerbang perbatasan sebelumnya berlalu dengan mulus, berkat kecerdikan Bakhtiyor aka. Namun tidak yang satu ini. Sardor nampak gelisah. Bibirnya tak berhenti komat-kamit membaca doa. Bakhtiyor aka sudah cukup lama turun dan bernegosiasi dengan tentara perbatasan. Seperti yang Bakhtiyor bilang, peluang kami bisa masuk Shakhimardon cuma fifty-fifty. Tentara muda itu datang mendekati Sardor. Sardor di suruh turun, menunjukkan paspor dan dokumen-dokumennya. Saya hanya disuruh tunggu di mobil seorang diri. Tak lama kemudian Sardor berlari ke arah mobil dengan senyum terkembang. Berita bagus, pastinya. “Kita boleh masuk, kita boleh masuk….,” dia tertawa riang. “Berapa sogokannya?” “Tidak usah sama sekali,” kata Sardor, “kamu boleh masuk karena kamu dari Indonesia. Saya bilang kamu adalah Muslim, dan kita akan pergi berziarah. Tetapi kita hanya punya waktu 45 menit. Tak lebih.” Empat puluh lima menit lagi akan ada pertukaran tentara perbatasan. Kami harus keluar dari Shakhimardan sebelum tentara muda yang berbaik hati ini berganti giliran. Kalau sampai kami terlambat dan tentara lain yang menjaga perbatasan, maka kami tidak akan bisa keluar dari Shakhimardan dengan selamat. Sardor menyebut-nyebut ziarah. Nama Shakhimardan dalam bahasa Tajik [...]
#1Pic1Day: Mata Hijau, Rambut Pirang, … dan dari Tajikistan | Green Eyes, Blond Hair, from Tajikistan (GBAO, Tajikistan, 2006)
Green Eyes, Blond Hair, from Tajikistan (GBAO, Tajikistan, 2006) In Tajikistan and parts of northern Afghanistan, it’s not uncommon to meet people with green eyes and blond hair. Some people said, they were descendants of Alexander the Great (known as “Sikander”). But according to ancient mumies archeological findings, the area around Taklamakan basin in Central Asia was inhabited by Caucasoid people some thousand years Before Christ. Mata Hijau, Rambut Pirang, … dan dari Tajikistan (2006) Di Tajikistan dan sebagian Afghanistan utara, cukup banyak dijumpai orang-orang bermata hijau dan berambut pirang. Ada sejumlah orang yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Iskandar yang Agung dari Makedonia (di daerah itu masih banyak nama “Sikander”, terjemahan lokal dari Aleksander atau Iskandar). Tetapi menurut penemuan mumi [...]
Garis Batas 73: Menyelundup
Qadamjoy dan semangat Kirghizia-nya (AGUSTINUS WIBOWO) Dunia antah berantah ini bertaburan kampung-kampung terpencil yang dikelilingi negara-negara asing. Shakhimardan, tempat yang paling ingin saya kunjungi di Asia Tengah, adalah sebuah lembah tersembunyi milik Uzbekistan yang dikelilingi gunung-gunung tinggi Pamir Alay milik Kyrgyzstan. Tetapi bagaimana caranya ke sana? Saya harus melewati pintu-pintu gerbang perbatasan Uzbekistan dan Kyrgyzstan, tanpa visa apa pun. Bakhtiyor aka (aka dalam bahasa Uzbek artinya kakak laki-laki), adalah seorang supir taksi dari Vuadil yang kebetulan juga tetangga Sardor. Melihat Sardor yang kelimpungan mencari kendaraan untuk menyelundupkan saya ke Shakhimardan, Bakhtiyor pun menawarkan bantuan. “40 ribu Sum saja,” katanya. Sekitar 35 dolar. Terlalu mahal untuk ukuran kantong kami berdua yang masih standar pelajar. Shakhimardan hanya 25 kilometer jauhnya dari Vuadil, tetapi karena pos-pos perbatasan Uzbekistan dan Kyrgyzstan itulah yang bikin mahal. Berkat hubungan tetangga, Sardor berhasil menawar sampai 20 ribu Sum untuk misi rahasia bin berbahaya ini. “Kamu harus berjanji,” kata Bakhtiyor aka, “nanti lewat pos perbatasan, sembunyikan kameramu. Jangan bicara apa-apa. Pura-pura bisu. Davai?” “Davai,” saya mengangguk. Bakhtiyor adalah warga negara Uzbekistan, tetapi mobilnya berplat nomer Kirghiz. Dengan mobil ini, Bakhtiyor bisa melaju melintasi semua pos perbatasan Kyrgyzstan tanpa [...]
#1Pic1Day: Perjalanan Menembus Angkasa | A Journey through Sky (Ainy Pass, Tajikistan, 2006)
A Journey through Sky (Ainy Pass, Tajikistan, 2006) With high mountains covering 93% of its total area, Tajikistan is blessed with natural beauty but cursed by the relating problems, especially transport. Traveling through high passes becomes impossible in winter as the mountains are covered by snow. During Soviet Union era, travel from the capital Dushanbe to the northern city of Khojand (formerly Leninabad) used to be possible through the lowlands of Uzbekistan. But since the independence, worsening relations between Uzbekistan and Tajikistan have forced travelers to go through high mountain passes: Ainy (3378 m) and Anzob (3372 m). The Chinese government is now helping with projects to repair the road and build tunnels to make the trip possible all year round. Perjalanan Menembus Angkasa (Ainy Pass, Tajikistan, 2006) Dengan pegunungan tinggi yang menutupi 93 persen wilayahnya, Tajikistan diberkahi dengan keindahan alam yang dahsyat, tetapi juga dikutuk dengan banyaknya masalah terutama di bidang transportasi. Bepergian melintasi puncak-puncak gunung tinggi menjadi mustahil di musim dingin, karena pegunungan tertutup salju. Pada era Uni Soviet, perjalanan dari ibukota Dushanbe ke kota Khojand (dulunya Leninabad) di Tajikistan utara bisa dilakukan melalui dataran rendah di Uzbekistan. Tetapi sejak kemerdekaan bangsa-bangsa di Asia Tengah, juga [...]
Garis Batas 72: Terkurung
Shakhimardan, desa Uzbekistan yang dikelilingi gunung-gunung Kyrgyzstan. (AGUSTINUS WIBOWO) Kalau Anda merasa Gulshan dan Halmiyon adalah aneh-anehnya negeri antah berantah, tunggu dulu, Anda mesti ke Shakhirmardan untuk melihat ajaibnya Asia Tengah. Pernahkah Anda membayangkan tinggal di sebuah kampung kecil yang dikepung oleh negara lain, sehingga untuk keluar kampung pun Anda mesti menyiapkan paspor dan visa? Ini bukan mengada-ada, enklaf-enklaf bertaburan di Lembah Ferghana. Enklaf artinya daerah kantong, seperti misalnya enklaf Oecussi-Ambeno milik Timor Leste yang dikelilingi provinsi NTT Indonesia. Bedanya, enklaf-enklaf Asia Tengah sangat kecil, biasanya cuma sebesar kampung, dan saking kecilnya banyak yang sampai tidak termuat di peta. Ada sejumput Tajikistan bertaburan di wilayah Uzbekistan, sejumput Uzbekistan di wilayah Kyrgyzstan, dan desa-desa Kirghiz terkepung distrik Ferghana-nya Uzbekistan. Ketiga negara ini, dengan segala konflik ego dan nasionalismenya, tak bisa hidup lepas satu sama lain. Politik regional Asia Tengah dibuat semakin ruwet dengan adanya enklaf-enklaf terisolasi ini, yang sengaja ditanam oleh pemerintah Soviet untuk menjadi ‘bom waktu’ kalau negara-negara ini nekat merdeka. Dan benar saja, konflik teritorial di Lembah Ferghana semakin memanas dengan pertikaian antar Uzbekistan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan yang berdiri di atas garis-garis batas yang hanya Tuhan yang tahu kenapanya. Salah satu contohnya adalah Sokh, enklaf [...]
#1Pic1Day: Gym Ala Iran | Gym, Iranian Style (Tehran, IRAN, 2009)
Gym, Iranian Style (Yazd, IRAN, 2009) The history of zurkhuneh (lit.: “house of power”) in Iran dates back far before the arrival of Islam. The muscle building activity is supported by ancient equipment, like metal bar resembling Rustam’s arc, and gigantic bowling pin like the pennants of Flinstone. But now, the zurkhune is a blending of sport and religion. While the men practice their muscles with the equipment, some other men beat drums and chant religious prayers. When the Arabs brought Islam to Iran, they also banned the Iranian-style sport as it is regarded as un-Islamic. But with strong awareness of their own identity, Iranians have survived their thousand-year-old tradition by blending it with religion, to slip away the restrictions. Gym Ala Iran (Yazd, IRAN, 2009) Sejarah zurkuneh (arti harfiahnya: “rumah kekuatan”) di Iran jauh sebelum datangnya Islam. Kegiatan membentuk otot dan badan ini didukung peralatan kuno, misalnya lempeng logam seperti busur Rustam, atau gada-gada raksasa seperti punya Flinstone. Zurkhuneh di zaman sekarang adalah percampuran kuat antara olahraga dan agama. Ketika para lelaki berlatih membentuk otot, di saat yang sama lelaki lain menabuh genderang dan melantunkan doa-doa religius. Ketika Arab membawa Islam ke Iran, mereka juga melarang olahraga khas Iran [...]
Garis Batas 71: Cermin Gulshan, Cermin Halmiyon (3)
Pasar ‘internasional’ (AGUSTINUS WIBOWO) Garis perbatasan internasional yang melintang ke sana ke mari di Lembah Ferghana menciptakan kantung-kantung suku minoritas di mana-mana. Salah satu contohnya adalah Halmiyon. Desa orang Uzbek yang hanya sepuluh langkah kaki dari Uzbekistan kini merupakan bagian wilayah Distrik Osh, Kyrgyzstan. Anak-anak sekolah di Halmiyon berusaha keras belajar bahasa Kirghiz, menghafal hikayat kepahlawanan Manas, mengenal pernik-pernik adat bangsa nomaden, dan yang paling penting dari semua itu, menyamakan detak jantung dan deru nafas dengan saudara setanah air nun jauh di Bishkek sana. Republik-republik baru bermunculan di atas peta Asia Tengah menyusul buyarnya Uni Soviet. Mulai dari Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgyzstan, hingga Kazakhstan. Semuanya adalah negara-negara yang didirikan atas dasar ras dan etnik. Turkmenistan punyanya orang Turkmen, Uzbekistan untuk Uzbek, Tajikistan negeri bangsa Tajik, demikian pula Kyrgyzstan dan Kazakhstan bagi orang Kirghiz dan Kazakh. Kini kelimanya berdiri tegak sebagai negara-negara merdeka dan berdaulat penuh. Siapa lagi yang dulu membuat kelima negara etnik ini kalau bukan sang induk semang Soviet. Bahkan definisi suku-suku, mana yang disebut orang Uzbek, mana yang namanya Tajik, mana si Kirghiz dan si Kazakh, juga buatan Soviet. Ketika Soviet bubar, negara-negara buatan ini berdiri di atas setumpuk masalah. Tidak perlu bicara soal ekonomi yang carut-marut ketika [...]
Garis Batas 70: Cermin Gulshan, Cermin Halmiyon (2)
Bocah-bocah Uzbek di sekolah Kirghiz (AGUSTINUS WIBOWO) Gulshan adalah sebuah desa di Uzbekistan yang dipotong-potong oleh garis perbatasan Kyrgyzstan yang hanya para komrad Soviet dan Tuhan yang tahu apa mengapanya. Ada perbatasan di tengah gang kecil, ada keluarga yang dipecah-pecah oleh batas negara, ada bangunan rumah yang separuh ikut Uzbekistan separuh ikut Kyrgyzstan. Tepat di sebelah Gulshan, ada desa Halmiyon. Orang-orangnya, kulturnya, rumah-rumahnya, bahasanya, semua sama persis dengan Gulshan, yang cuma sepuluh langkah kaki jauhnya. Bedanya, di Halmiyon yang berkibar adalah bendera merah Kyrgyzstan. Saidullo mengendarai mobil Tico-nya, made in Uzbekistan, membawa saya melintasi jalan setapak di belakang desa. Jalan ini tak beraspal dan becek. Gunung-gunung salju berjajar di hadapan. Itu gunungnya Kyrgyzstan, Negeri Gunung Surgawi yang memang tak pernah lepas dari gunung dan salju. Sebenarnya jalan setapak ini juga sudah masuk wilayah teritorial Kyrgyzstan. Saya sedang dalam misi penyelundupan lintas batas tanpa paspor masuk ke wilayah Kyrgyzstan secara ilegal. Tetapi kata Saidullo, ini sudah biasa, orang-orang Halmiyon pun tidak mungkin bisa hidup tanpa interaksi dengan Gulshan, demikian pula sebaliknya. Apalagi pernikahan internasional antara penduduk dua desa sudah sangat lazim. Saidullo mengemudikan kendaraannya ke pusat Halmiyon. Saya dibawa ke sebuah sekolah, gedungnya berdiri megah, papan namanya bertulis “Sekolah Toktogul No. [...]
#1Pic1Day: Kota Para Syahid | City of Martyrs (Tehran, IRAN, 2009)
City of Martyrs (Tehran, IRAN, 2009) The concept of martyrdom is very important in Shia Iran. Their spiritual hero, Hussain ibn Ali, was martyred in the Battle of Karbala. Like the struggle of Hussain, Iran also regards itself as a minority defending the truth against the vice of majority. The history of Iran is full of similar stories: how the people power toppled the tyranny of Shah regime, how they were fighting against British and CIA plot, and how they are persistent defending their culture against Arab influence. Iran was involved in decade wars with the Arabs of Iraq, and now engulfed by the hegemony of America in the Arabian Peninsula, Iraq, and Afghanistan. With the strong concept of martyrdom, the cities of Iran are full of monuments and murals to remember the spirit of the martyrs. Kota Para Syahid (Tehran, IRAN, 2009) Konsep syahid sangat penting di negeri Syiah Iran. Pahlawan spiritual mereka, Hussain bin Ali, menjadi syahid dalam Perang Karbala melawan kebatilan Yazid. Seperti perjuangan Hussain, Iran juga memandang dirinya sebagai minoritas yang membela kebenaran melawan mayoritas yang zalim. Sejarah Iran juga penuh cerita serupa: bagaimana kekuatan rakyat berhasil menggulingkan rezim Shah, bagaimana mereka melawan plot jahat kolonialis [...]
#1Pic1Day: Hancur Lebur | Devastated (Bam, IRAN, 2008)
Devastated (Bam, IRAN, 2008) 27 December 2003, the small town of Bam – located in southeastern Iran, about 300 kilometers from Kerman – was rocked by 6.8 Richter-scale earthquakes. More than 40,000 were killed. Asides from the human casualty, Iran also grieved the loss of one of their civilization jewels. The ancient city of thousands years old in Bam was nothing but flattened. Five years after the earthquake, rubbles are still seen here and there in Bam, but live starts to get normal again. As it is bordering with the problematic province of Sistan-e-Balochestan, security is still an issue in Bam. Kidnappings of foreign visitors happen sporadically, and during certain period of time, foreigners have to be accompanied by armed guards while traveling around the town. Hancur Lebur (Bam, IRAN, 2008) Pada 27 Desember 2003, kota kecil Bam di Iran tenggara, dilanda gempa dahsyat berkekuatan 6,8 Skala Richter. Lebih dari 40 ribu orang tewas dalam bencana itu. Selain korban jiwa, Iran juga meratapi hilangnya salah satu permata peradaban mereka. Kota kuno Bam yang sudah berusia ribuan tahun hancur diratakan oleh gempa. Lima tahun sesudah malapetaka itu, puing-puing kehancuran masih terlihat nyata di Bam, walaupun kehidupan sudah mulai normal. Bam berbatasan [...]
Garis Batas 69: Cermin Gulshan, Cermin Halmiyon (1)
Presiden kita, kebanggaan kita. (AGUSTINUS WIBOWO)) Desa Gulshan di selatan kota Ferghana ini memang tidak tampak istimewa. Deretan rumah berbaris di sisi sebuah gang sempit yang tidak beraspal. Dari depan rumah kita tidak bisa melihat kehidupan si empunya rumah. Kultur orang Uzbek membungkus rumahnya rapat-rapat di balik tembok. Inilah satu hal yang membuat tempat ini berbeda. Orang-orang yang rumahnya di berada di sisi kiri gang memegang paspor Uzbekistan, sementara di sebelah kanan adalah warga negara Republik Kirghizia. Saya masih terpesona dengan lapangnya ruang tamu di rumah Temur Mirzaev, seorang kawan Uzbek yang belajar Bahasa Indonesia di Tashkent. Ruangan ini begitu lapang, karpet-karpet merah menyala menghiasi dinding. Tiga buah bohlam lampu menggantung tersebar begitu saja di sudut-sudut ruangan. Tiba-tiba satu bohlam mati. Yang dua tetap nyala. “Listrik Uzbekistan putus,” kata Saidullo. Listrik Uzbekistan? Maksudnya? “Lampu tadi disambung dengan listrik dari Uzbekistan,” jelas Saidullo, “sedangkan yang dua ini pakai listriknya Kyrgyzstan. Musim dingin begini, biasa, listriknya Uzbekistan sering putus.” Ketika rumah-rumah lain kegelapan gara-gara pemadaman listrik mendadak, rumah ini tak akan pernah gelap gulita karena ada cadangan listrik dari negara tetangga. Rumah Temur berada di sisi jalan yang menjadi wilayah Kyrgyzstan. Kakek Hoshim, Nenek Salima, Saidullo, istri Saidullo dan [...]
Garis Batas 68: Di Kiri Uzbekistan, di Kanan Kyrgyzstan
Di kiri Uzbekistan, di kanan Kyrgyzstan. (AGUSTINUS WIBOWO) Apa rasanya jika hidup di persimpangan garis-garis perbatasan internasional yang silang-menyilang tak tentu arah? Anda bisa menemukan jawabannya di desa Gulshan, desa kecil yang menjadi batas dua dunia. Temur, seorang kawan pelajar bahasa Indonesia di Tashkent, menganjurkan saya untuk mengunjungi kampung halamannya di Lembah Ferghana untuk belajar lebih dalam tentang keajaiban garis-garis batas negara yang diciptakan pada zaman Soviet untuk memecah belah Asia Tengah. Temur sendiri tidak sempat menemani saya ke Gulshan, tetapi ia berjanji untuk mengatur semuanya dari jarak jauh. Ahror, seorang kerabat Temur, datang menjemput saya saat saya sedang terlena dalam hingar bingarnya pesta pernikahan di Margilan. Kendang masih bertabuhan, dan suara band memekakkan telinga mengiringi lagu-lagu Uzbek yang membawa nuansa padang pasir. Saya belum sempat mencicip nasi plov yang disediakan tuan rumah, Ahror sudah menggeret saya untuk segera pergi mengikutinya. Ahror, bertubuh agak besar, usianya baru 25 tahun tetapi untuk ukuran orang Indonesia ia nampak jauh lebih tua. Jaketnya hitam, topi bulunya yang juga hitam membumbung tinggi dan bulat, mirip rambut kribo. Beberapa giginya berlapis emas, menyilaukan mata. Ahror mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi melintasi jalan-jalan Ferghana yang gelap dan sepi, menuju selatan, perbatasan Kyrgyzstan. Menjelang tengah malam, [...]
#1Pic1Day: Bekerja di Bawah Tanah | Working Underground (Kerman, IRAN, 2008)
Working Underground (Kerman, IRAN, 2009) Bordering with warring and unstable Afghanistan, Iran has harbored millions of refugees coming from its troublesome neighbor. With their own burden of economic hardship and national security, Iranian government has to impose severe restrictions against Afghan immigrants. Job opportunities to the Afghans in Iran are limited to informal sector, and children are not allowed to go to Iranian schools. Security check is also frequent towards the Afghans, as Iran has put strict time limit for the immigrants to go back to their country. Despite of all the restrictions, Iran still receives huge influx of illegal immigrants from Afghanistan, as they still regard Iran is still promising economically compared to their war-torn homeland. Bekerja di Bawah Tanah (Kerman, IRAN, 2009) Berbatasan langsung dengan Afghanistan berarti Iran harus menampung jutaan pengungsi dari negara tetangganya yang selalu problematik itu. Dengan beban ekonomi yang berat dan juga alasan keamanan nasional, pemerintah Iran terpaksa menerapkan pembatasan yang ketat terhadap imigran Afghan. Kesempatan kerja orang Afghan di Iran dibatasi di bidang informal, dan anak-anak mereka tidak boleh bersekolah di sekolah Iran. Pemeriksaan polisi sangat sering dilakukan terhadap orang Afghan, dan Iran telah menetapkan batas waktu yang jelas supaya para imigran Afghan [...]
Nova (2013): Hidup Adalah Perjalanan
16 September 2013 Agustinus Wibowo HIDUP ADALAH PERJALANAN Pria asal Lumajang (Jatim) ini bukan penulis buku perjalanan biasa. Ia tidak menulis tempat eksotis di dunia tapi lebih menyusuri kehidupan masyarakat di negara yang disinggahinya. Hasilnya, adalah buku laris yang menyentuh pembacanya. Anda dikenal sebagai penulis kisah perjalanan, ya? Iya, saya sudah menulis tiga buku tentang perjalanan yang sudah diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Selimut Debu (2010) menceritakan perjalanan saya di Afghanistan, Garis Batas (2011) tentang negara-negara Asia Tengah, dan Titik Nol (2013). Sejak kapan suka jalan-jalan? Sebenarnya saya anak rumahan, takut keluar rumah. Paling ke luar rumah untuk keperluan sekolah. Semasa kecil tinggal di Lumajang (Jawa Timur), saya lebih senang di rumah. Sampai-sampai orangtua memaksa saya untuk sekadar main ke luar, tapi saya enggak mau. Kalaupun terpaksa pergi, untuk menempuh jarak dekat pun saya memilih naik becak. Saya hobi membaca buku, antara lain buku tentang biografi dan pengetahuan. Bahkan, ketika kelas 1 SD saat umur 6 tahun, saya sudah hafal ibu kota seluruh negara di dunia. Saya tertarik dengan dunia luar, tapi enggak punya keberanian. Bagaimana titik baliknya sampai Anda senang melakukan perjalanan? Saya terpaksa tinggal jauh dari rumah. Saya kuliah di Tsinghua University, mengambil bidang komputer di Beijing. [...]
Garis Batas 67: Air Mata Pengantin
Kelin Salom (AGUSTINUS WIBOWO) Seperti kata orang, tidak ada senyuman terhias di wajah seorang kelin, mempelai wanita Uzbek. Yig’lama qiz yig’lama, jangan menangis, gadisku, jangan menangis. Demikian lagu Yor-yor mengalun sentimentil, mengiringi sang kelin memasuki kehidupannya yang baru. Butir-butir air mata membasahi pipinya. Kelin muncul dari balik pintu, diiringi sekelompok wanita tua yang semuanya berkerudung. Pakaiannya putih berpadu dengan rompi panjang hitam berbodir indah. Wajahnya ditutup selembar kain putih transparan yang penuh dengan sulaman. Kedua tangannya terbuka lebar, masing-masing memegang ujung kain yang menutupi kepalanya. Kelin membungkukkan badan, perlahan-lahan. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. Inilah gerakan salom-salom, memberi salam, menghormati wanita-wanita dari keluarga mempelai pria. Kelin berbelok ke kiri, tiga kali salom-salom, ke kanan, tiga kali salom-salom. Kepala sang kelin terus tertunduk. Tak ada senyum kebahagiaan layaknya pengantin-pengantin di negara kita. Di sini, semuanya berjalan serius, diiringi lagu Yor-yor yang sangat berat menekan perasaan. Selembar kain sutra atlas bermotif wajik-wajik merah, kuning, hijau, dan putih digelar di atas tanah. Kelin berdiri di ujung kain itu, menghadap ke arah rumah. Di ujung lainnya, satu per satu wanita dari keluarga kuyov – mempelai pria, memberikan hadiah-hadiah kepada kelin. Kelin memberikan salom-salom tiga kali, yang kemudian langsung dipeluk oleh wanita dari keluarga [...]
#1Pic1Day: Nasionalisme di Lapangan Sepakbola | Nationalism on Football Field (Tehran, IRAN, 2009)
Nationalism on Football Field (Tehran, IRAN, 2009) Iran has among the most powerful national football team in Asia. As anywhere in the world, football match is not merely a sport event, but also a “war zone” of nationalism and superiority. Famous for their fanaticism, Iranian supporters have the power to shake the whole stadium, especially if their national team is fighting against any of the Arab countries. According to the law of the Islamic Republic, only men are admitted entry to the stadium. Nasionalisme di Lapangan Sepakbola (Teheran, IRAN, 2009) Tim nasional sepak bola Iran termasuk yang terkuat di Asia. Seperti di negara lainnya di dunia, pertandingan sepak bola bukanlah even olahraga semata, tetapi juga sebuah “medan perang”, pertarungan dari nasionalisme dan superioritas. Suporter sepak bola Iran terkenal dengan fanatisme mereka, punya kemampuan penuh mengguncang seluruh stadium, apalagi jika tim nasional mereka berhadapan dengan tim dari negara Arab mana pun. Menurut aturan dari pemerintah Republik Islam, hanya lelaki yang diizinkan masuk ke [...]
Traveler【旅行家】(2013):视觉
巴彦乌列盖(Bayan Olgii)是蒙古最西部且海拔最高的省份,如果从乌兰巴托前往,需忍受长达70 多个小时、十分颠簸的车程,但仍值得一去。在当地生活的哈萨克族人至今保留着伊斯兰传统生活方式,由于穆斯林在饮酒上的限制,犯罪事件相对较少,因此在当地旅行比在蒙古其他地方安全许多。每年在乌列盖都会举办金鹰节(Golden Eagle Festival),当地数百名猎鹰高手参与角逐,成千上万的国际游客也会前来观赛。节日期间,还会举行哈萨克族的传统服饰狂欢秀。
1Pic1Day: Sang Pahlawan | The Hero (Iran, 2008)
The Hero (Balochestan, Iran, 2008) In majority Shiite Iran, Hossein ibn Ali—the Prophet’s grandson and Ali’s son—has special position in people’s heart. Hossein was killed in the Battle of Karbala when fighting against his enemies in the 7th century. His death is marked as the most important religious event in Iran, known as Ashora, but also nicknamed as “the Festival of Hossein”, and remembered—if not celebrated—in Iran in full swing festivities. The sacrifice of Hossein, the fighting of the virtue of the minority against the vice of the majority, somehow properly fit the image of how Iran sees itself in its journey of history. The adoring of Hossein is deep-rooted in Iranian society, fully manifested in their religious rituals, art and culture. Hossein face is never far away from the people’s life, always placed in respected locations. Sang Pahlawan (Balochestan, Iran, 2008) Di negeri Syiah Iran, cucu nabi Muhammad SAW, Hossein ibn Ali memiliki posisi yang sangat istimewa di hati masyarakat. Hossein terbunuh dalam Perang Karbala di abad ke-7. Hari kematiannya adalah even religius terpenting di Iran, dikenal sebagai Ashora, tetapi juga dijuluki sebagai “Hari Raya Hossein”. Hari kematian itu diperingati, kalau tidak bisa disebut sebagai dirayakan, dengan nuansa [...]