Recommended

Articles by Agustinus Wibowo

About Agustinus Wibowo

Agustinus is an Indonesian travel writer and travel photographer. Agustinus started a “Grand Overland Journey” in 2005 from Beijing and dreamed to reach South Africa totally by land with an optimistic budget of US$2000. His journey has taken him across Himalaya, South Asia, Afghanistan, Iran, and ex-Soviet Central Asian republics. He was stranded and stayed three years in Afghanistan until 2009. He is now a full-time writer and based in Jakarta, Indonesia. agustinus@agustinuswibowo.com Contact: Website | More Posts

Garis Batas 32: Nikah ala Kirghiz

Bersulang anggur (AGUSTINUS WIBOWO) Betapa saya hampir menangis, ketika saya mendapatkan paspor saya yang hilang masih disimpan dengan rapi oleh gadis penjaga kserokopia. Moken yang dengan sabar menunggu di rumah ikut tertawa bahagia. Masalah paspor saya yang hilang, seperti garam yang dituang ke lautan, hanya menambah kesibukan keluarga Moken yang sudah teramat sangat sibuk. Anak Moken yang paling besar, Timur, akan menikah dengan Zarina. Keduanya masih belum 20 tahun. Zarina, si gadis Kirghiz yang ayu itu, sudah sejak sebulan ini tinggal di rumah Moken bersama Timur. Akad nikah sebenarnya sudah dilaksanakan jauh sebelumnya. Hanya kurang resepsinya saja, yang juga harus menunggu hari baik tanggal baik. Rumah Moken sudah kebanjiran tamu sejak seminggu ini. Kebanyakan sanak saudara, yang hubungan persaudaraannya rumit sekali. Di Kyrgyzstan, arti keluarga sangat penting. Dalam bahasa Kirghiz, untuk menyebut ‘paman’ dan ‘bibi’ saja banyak sekali istilahnya. Kayanya kosa kata dalam pertalian kekeluargaan menunjukkan kuatnya ikatan persaudaraan dalam kultur bangsa ini. Dari Toktogul berdatangan sanak saudara Moken, yang biarpun dijelaskan hubungannya, saya susah sekali mengerti. Ada kakek Moken yang sudah tua sekali, namun masih sangat sehat, berjenggot putih dan bertopi bulu. Benar-benar seorang aksakal dalam arti yang sebenarnya. Orang Kirghiz menyebut kakek tua yang dihormati sebagai aksakal, yang [...]

July 29, 2013 // 4 Comments

Femina (2013): Workshop Travel Writing Wanita Wirausaha

    Travel Writing http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=002&SMC=008&AR=22 Dalam rangkaian Festival Wanita Wirausaha Femina 2013, Agustinus Wibowo, pengarang buku laris Selimut Debu, berbagi tips mengenai Travel Writing di Kelas Inspiratif “Travel Writing” hari Jumat (26/07). Tahukah Anda, bahwa menceritakan suatu perjalanan, bisa menjadi karya seni yang menarik! “Banyak orang mengira tulisan perjalanan sebatas kita pergi ke mana, naik apa, dan melihat apa saja di tempat yang kita kunjungi. Sejatinya, travel writing atau tulisan perjalanan merupakan sarana untuk memikat pembaca dengan kisah perjalanan kita sekaligus berbagi pengalaman dengan mereka,”ungkap Agustinus. Sebagai seorang fotografer dan travel writer, Agustinus telah menghabiskan empat tahun untuk menelusuri berbagai tempat yang kurang populer di mata turis. Salah satu karyanya “Selimut Debu” menceritakan kisah perjalanannya selama di Afghanistan. “Satu hal yang perlu diingat oleh para penulis, tulisan perjalanan haruslah bersifat deskriptif, kontemplatif, dan realistis. Kita harus bisa mendeskripsikan perjalanan kita sehingga pembaca juga dapat membayangkan dan ikut merasakan perjalanan yang kita alami,” papar Agustinus. Sedangkan maksud sebuah tulisan itu bersifat kontempelatif adalah tulisan tersebut bisa membangun keterikatan dengan pembaca. Yang terpenting, sebuah tulisan perjalanan harus memiliki manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. [...]

July 26, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 31: Berakhir di Sini

Pusat kota Bishkek (AGUSTINUS WIBOWO) Anak Satina satu-satunya, Maksat, yang dulu selalu menemani ibunya di Toktogul, sekarang sudah jadi mahasiswa tingkat pertama di ibu kota Bishkek. Satina menganjurkan saya untuk mengontak Maksat kalau ke Bishkek nanti. Kebetulan sekali, di malam ketika saya hendak meninggalkan Toktogul, bapak angkat Maksat datang dari Bishkek. Namanya Moken. Kata Satina, orangnya baik sekali. Siapa Toktogulduk, orang Toktogul, yang tak kenal Moken? Sekarang Maksat menumpang gratis di rumah Moken di Bishkek. Belakangan saya tahu bahwa Moken bekerja sebagai supir taksi. Di Kyrgyzstan, seperti halnya Tajikistan, supir taksi termasuk pekerjaan yang menjamin cemerlangnya masa depan. Saya menumpang mobil Moken langsung ke Bishkek. Jalan dari Toktogul ke arah utara melewati gunung-gunung tinggi. Kendaraan umum yang boleh melintas cuma taksi. Bus besar dilarang lewat sini sejak kejadian bus yang mengangkut para pedagang Uyghur dari China terguling dan menewaskan banyak orang, beberapa tahun lalu. Mobil Moken termasuk mewah. Badannya panjang dan kursinya lebar. Saking nyamannya mobil ini, saya ketiduran terus sepanjang perjalanan sampai ke Bishkek. Rumah Moken terletak di perumahan Ala Too di pinggiran kota Bishkek. Maksat, yang masih mengenali saya, sangat terkejut dengan kedatangan saya yang tiba-tiba bersama bapak angkatnya. Maksat langsung menggiring saya ke ruang tamu, menyiapkan makan [...]

July 26, 2013 // 1 Comment

Garis Batas 30: Bagaimana Cara Membaca Kyrgyzstan

Aksakal, atau “kakek berjenggot putih” (AGUSTINUS WIBOWO) Bab ini mungkin seharusnya diletakkan pada saat awal-awal kita memasuki negeri ini. Saya yakin, banyak orang yang kesulitan membaca nama negara ini, karena dari sekian banyak deretan huruf itu, hampir semuanya huruf mati. Jadi bagaimana sih membaca Kyrgyzstan? Saya sebenarnya juga baru belajar bahasa Kirghiz. Dapat buku pinjaman dari sukaralewan PeaceCorps asal Amerika. Penutur bahasa Kirghiz sekitar 4 juta jiwa, tersebar di Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, Tajikistan, Afghanistan, China, dan Rusia. Bahasa Kirghiz bersaudara dekat dengan bahasa Kazakh, Uzbek, Turkmen, dan Turki, semuanya masuk rumpun bahasa Turki. Ada yang bilang bahasa Jepang dan Korea juga masih bersaudara jauh, semuanya ikut kelompok bahasa Altai. Saya pernah belajar bahasa Jepang, tetapi tidak banyak membantu untuk belajar bahasa Kirghiz. Pertama kali belajar bahasa ini, saya merasa pusing karena begitu banyak rumus-rumus aneh bin ajaib. Dalam dua hari, saya melahap 100 halaman buku tata bahasa dasar itu, dan waktu malam Satina menanyakan mengapa jalan saya jadi sempoyongan. Karakteristik utama dalam bahasa Kirghiz, seperti bahasa-bahasa Turki lainnya, adalah harmonisasi vokal. Dalam satu kata, semua vokalnya harus berasal dari kelompok yang sama. Ada 4 kelompok vokal yang menjadi hukum dasar bahasa Kirghiz: a berpasangan dengan u dan y o berpasangan [...]

July 25, 2013 // 0 Comments

Nabawia (2013): Selimut Debu, Petualangan Mengesankan di Negeri Khaak

Keren. Itu kata saya selesai membaca buku setebal 461 halaman itu. Sejak paragraf Awal Agustinus Wibowo telah mengajak saya untuk berpetualang melintasi negeri pimpinan Hamid Karzai dengan bahasa yang membumi dan tidak menggurui. Berbekal buku An Historical Guide to Afghanistan ia berpetualang melintasi Afghanistan tahun 2006, setelah tahun 2003 ia kesana dan bertemu dengan seorang pencari karpet di kedai teh Bamiyan yang memantik semangatnya untuk berkeliling negeri itu.

July 24, 2013 // 0 Comments

Garis Batas 29: Susahnya Jadi Guru

Manapova Satkinbu alias Mbak Satina di ruang kelasnya (AGUSTINUS WIBOWO) Sekolah Dasar dan Menengah Birimkulov adalah tempat Satina Eje mengajar bahasa Inggris. Walaupun terletak di desa kecil, Satina sangat bangga bahwa sekolah ini tidak kalah kualitasnya dengan sekolah-sekolah di kota besar seperti Bishkek dan Jalalabad. Satina, yang nama aslinya Manapova Satkinbu, membawa saya ke ruang kelas tempat saya mengajar. Murid-muridnya keleleran karena Satina terlambat datang. Melihat guru mereka datang, murid-murid yang bermain di halaman dalam hitungan detik langsung masuk ke ruangan kelas, duduk manis, seperti domba-domba tanpa dosa. Satina duduk di bangku guru, dengan kaca matanya yang berukuran super besar, mulai mengabsen murid-muridnya. Satina mengajar, mengajukan beberapa pertanyaan dalam bahasa Inggris. Murid-muridnya diam saja. Satina menerjemahkan pertanyaan dalam bahasa Kirghiz, baru ada satu dua murid yang mengacungkan tangan. Satina mengeluh kepada saya yang duduk di barisan belakang, “My students are too much stupid.” Keras sekali. Baru pertama kali ini saya mendengar guru yang mengeluhkan kebodohan murid-muridnya sendiri tanpa tedeng aling-aling. Murid-murid tak bereaksi. Mungkin tak mengerti, mungkin tak berani. Murid-murid Satina memang sangat pasif, seperti yang dikeluhkan Satina. Dia kebagian kelas mengajar siswa yang kurang mampu. Setiap kelas dibagi menjadi dua grup. Grup A, siswa-siswa yang dianggap pandai, ikut kelas [...]

July 24, 2013 // 3 Comments

Garis Batas 28: Kawan Lama dari Toktogul

Depresi Kyrgyzstan (AGUSTINUS WIBOWO) Dari Karakul saya melanjutkan perjalanan ke Toktogul. Sebuah memori indah mengantar saya ke sana. Dua tahun silam, saya terdampar di kota ini, berkenalan dengan dua orang sukarelawan Amerika, Rosa dan Jason, yang mengajar bahasa Inggris. Gelar mereka keren – Peace Corps. Lewat mereka saya berkenalan dengan seorang guru bahasa Inggris di desa itu. Inilah awal persahabatan saya dengan Satina Eje, atau Mbak Satina, guru desa yang tak pernah padam semangatnya. Betapa manis kenangan bersama wanita paruh baya yang ramah dan terus berceloteh tanpa henti tentang kehidupan di Kyrgyzstan. Ia menghabiskan waktu bersama putra satu-satunya, Maksat, yang sudah hampir lulus sekolah, di rumah kayunya di sebuah apartemen kuno di sebuah gang kecil di Toktogul. Rumah Satina seperti mesin waktu. Ada dinding kayu berbalut shyrdak – permadani sulam-sulaman khas Kyrgyzstan. Ada hiasan dinding bergambar Mekkah dan bertulis huruf Arab. Satina tidak tahu kalau tulisan itu berbunyi “Allah” dan “Muhammad”. Ada telepon yang masih menggunakan papan putar yang mengeluarkan bunyi gredek-gredek tiap kali nomornya diputar. Ada pula televisi hitam putih yang tabungnya super cembung. Ada koleksi foto-foto keluarga hitam putih ketika suami Satina masih hidup. Bagi Satina, semua ini adalah barang biasa. Bagi saya, setiap pernik rumah Satina adalah serpihan [...]

July 23, 2013 // 0 Comments

Wings (2013): Titik Nol

July 2013 Wings (The Magazine of Wings Air) Titik Nol Penulis Agustinus Wibowo Titik Nol merupakan buku ketiga yang ditulis oleh Agustinus. Sebelumnya ia juga pernah menuliskan pengalamannya sebagai backpacker dalam buka Selimut Debu (2010) dan Garis Batas (2011). Terpukau pesona kata “jauh”, si musafir menceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna. Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini [...]

July 20, 2013 // 0 Comments

[VIDEO] Net TV (2013): Travel Photographer

16 July 2013   Talkshow in Indonesia Morning Show program of Net TV on life as travel photographer (and travel writer), especially in Central Asia and war zones of [...]

July 16, 2013 // 0 Comments

XLife (2013): Titik Nol – Agustinus Wibowo

Juli 2013 “Kamu sudah diperbudak. Masa lalu sudah lewat, tetapi kamu masih disiksa masa lalu. Listen, tak ada kebahagian di sana. Jangan dipikir lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Masa lalu adalah penyesalan, masa depan adalah ketakutan.” Ujar salah satu sadhu Nepal yang menohok Agustinus Wibowo dalam perjalanannya karena masih memikirkan dompet. satu-satunya harta miliknya yang dicopet. ‘Titik Nol’, buku karya Agustinus Wibowo yang mengulas makna perjalanan yang telah dilaluinya, menyuguhkan cerita yang berbeda dari buku perjalanan lainnya. Mengawali titik nolnya dari Lumajang, Jawa Timur pada usia 19 tahun, ia melanjutkan kuliah di Universitas terbaik di China. Namun kemudian memutuskan untuk mengarungi Tibet, India, Nepal, hingga Afganistan, dan bukan melamar pekerjaan ataupun melanjutkan pendidikan S2. Dengan gaya penulisannya yang detil, Agustinus menggambarkan petualangannya bertemu dengan orang-orang disepanjang perjalanannya. Mencari cara untuk berbaur dengan penduduk setempat di Tibet agar lebih mudah berpindah tempat dan mendapatkan harga lebih murah dengan dananya yang terbatas, hingga petualangannya bisa lolos dari zona perang tanpa terluka sedikitpun.Nilai perjalanan tidak terletak pada jarak yang ditempuh seseorang, bukan tentang seberapa jauhnya perjalanan, tapi lebih tentang seberapa dalamnya seseorang bisa terkoneksi dengan orang-orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupan. (Liam Li, Oktober 2012) Buku setebal 552 halaman ini menggabungkan dua [...]

July 10, 2013 // 0 Comments

Tempo (2013): Speaking about Poetry and Photography (Makassar International Writers Festival 2013)

http://en.tempo.co/read/news/2013/06/26/114491501/Speaking-about-Poetry-and-Photography Speaking about Poetry and Photography Wednesday, 26 June, 2013 | 22:13 WIB TEMPO.CO, Makassar – Agustinus Wibowo, the writer of three travel books, said, “As promoted by an airline ad, everyone can fly now. Yet not everyone can understand the meaning of a journey.” Agus put forth his statement during a discussion at the Makassar International Writers Festival on June 25, 2013. He was the speaker for the first session on the first day of the festival. He spoke about the relationship between poetry and photography. “Many things can be poetic and touching from a journey, just as long as we can find the meaning,” said the author of the books Titik Nol, Selimut Debu, and Garis Batas. Agus, who has traveled to numerous countries in Central Asia, exhibited some pictures as an example. He said trips that are rushed and target-oriented would not have any meaning. Only journeys that are deeply observed and understood can create poetic portrayals in the mind. One of the photos Agus displayed was a picture of a muscle man, a participant of the Master of Afghanistan. “When a person first arrives in Afghanistan, they will take pictures of the war, opium fields, and others. However, if they [...]

June 26, 2013 // 0 Comments

Tempo (2013): Cerita Penulis dari Timur (Makassar International Writers Festival 2013)

Makassar Rabu, 26 Juni 2013 Koran Tempo Cerita Penulis dari Timur Mereka membawa angin segar kepada dunia sastra. Di antara 50-an penulis yang mengirimkan karyanya ke Makassar International Writers Festival (MIWF) 2013, tersebutlah enam penulis dari Indonesia bagian timur yang menyodorkan hal baru dalam karya-karyanya. “Kesegaran, kebaruan, dengan warna lokal yang khas dalam karyanya,” kata Aslan, koordinator kurator. Mereka adalah Mario F. Lawi (Kupang), Christian Dicky Senda (Kupang), Amanche Franck O.E. Ninu (Kupang), Muhary Wahyu Nurba (Makassar), Mariati Atkah (Makassar), dan Jamil Massa (Gorontalo). Sejalan dengan tema MIWF kali ini, yakni “My City My Literature”, di Fort Rotterdam Makassar, 25-29 Juni 2013, menurut Aslan, mereka bercerita tentang perkembangan kotanya melalui karya-karya sastra yang disajikan. “Saya akan bercerita tentang karya di mana saya sebagai anak pasar,” kata Muhary, yang ditemui di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie, Makassar, Senin malam lalu. Sebagian ceritanya akan disajikan dalam bait-bait puisi yang dibacakan langsung oleh penulis dan penyair asal Makassar ini. Perkembangan Kota Makassar juga akan disajikan dalam bentuk potongan-potongan foto yang bertutur tentang sudut-sudut Kota Makassar, yang diabadikan oleh kawan-kawan dari Komunitas Boya-boya. Lalu bagaimana perkembangan sastra di Kupang, Nusa Tenggara Timur? Mario F. Lawi mengatakan geliat sastra mulai bangkit pada 2008, ditandai dengan [...]

June 26, 2013 // 0 Comments

KabarJagad (2013): Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung

Senin, 24 Juni 2013 12:57 Reporter Lora Satrapi Gaya Hidup Kabarjagad.com Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing sampai Afrika Selatan lewat jalan darat. Karena tak mendapat restu orang tua, praktis ia membiayai sendiri perjalanannya tersebut. Perjalanan akbarnya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, pada bulan Juli 2005. Dari sana, ia menanjak ke Tibet, menyeberang ke Nepal, India, menembus ke Pakistan, Afghanistan, Iran, lalu masuk ke negeri-negeri Stan di Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Sebagai titik awal perjalanan, Tibet mendapat tempat spesial di hati Agustinus. Saat itu, ia masuk ke negeri atap dunia tersebut dengan cara menyelundup karena tak mengantongi izin masuk yang biayanya sangat tinggi. Satu bulan di Tibet dijalaninya dengan penuh ketakutan. Takut ketahuan sebagai orang asing, takut diciduk polisi, takut dipenjara, dan [...]

June 24, 2013 // 0 Comments

DetikTravel (2013): Tentang Etika Fotografi Perjalanan

Penting! Ini Etika Berfoto Saat Traveling •    Oleh: Afif Farhan – detikTravel •    Rabu, 19/06/2013 16:29 WIB Jakarta – Kurang lengkap rasanya, jika Anda tidak foto-foto atau narsis saat traveling ke suatu destinasi. Meski begitu, ada beberapa etika yang harus Anda tahu sebelum menjepretkan kamera. Jangan sampai kasus Borobudur terulang! Berfoto sudah menjadi kegiatan wajib para wisatawan. Objek-objek wisata seperti pantai, gunung, atau atraksi wisata berupa tari-tarian, dapat Anda abadikan sebagai kenang-kenangan di dalam kamera. Tapi ingat, ada etika-etika berfoto saat tarveling yang harus Anda perhatikan. Penulis buku Garis Batas yang sudah berkeliling Asia Tengah, Agustinus Wibowo berbincang dengan detikTravel mengenai etika berfoto saat traveling. Dia pun memberikan banyak petuah dan pengalaman-pengalaman uniknya saat berfoto-foto di suatu destinasi: 1. Cari tahu soal aturan berfoto “Pertama, cari dulu tanda larangan memotret. Kalau tidak ada tandanya, berarti Anda bebas foto-foto di situ,” tutur pria yang biasa disapa Agus ini, Rabu (19/6/2013). Agus menambahkan, hal tersebut baiknya dilakukan di tempat-tempat wisata berupa candi, masjid, atau bangunan bersejarah. Sebabnya, bisa-bisa kena denda atau malah ditangkap. “Pernah saya di Turkmenistan ditangkap karena dianggap mata-mata. Sebab, saya memotret patung-patung emas yang ada di sana. Sampai mau keluar negaranya, kamera saya diperiksa lagi apakah ada foto tersebut [...]

June 19, 2013 // 0 Comments

Jurnal Nasional (2013): Perjalanan untuk Memahami Diri Sendiri

Perjalanan untuk Memahami Diri Sendiri  | Minggu, 16 Jun 2013 Dodiek Adyttya Dwiwanto Sebuah kisah luar biasa dan tidak biasa tentang perjalanan dan petualangan. Judul Buku : Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan Penulis : Agustinus Wibowo Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Cetakan : kedua, Maret 2013 Tebal : 556 halaman Inilah catatan perjalanan yang tidak biasa. Biasanya sih, jika kita melihat catatan perjalanan atau petualangan seseorang di surat kabar atau buku, kita akan mendapatkan cerita yang indah atau kisah yang memukau. Enaknya menyantap makanan dan minuman khas setempat. Nikmatnya perjalanan dengan kendaraan unik yang ada di tempat tersebut atau kemudahan menjangkau lokasi wisata. Senangnya mendapatkan keramahtamahan penduduk setempat. Atau cara bagaimana sampai ke tempat itu, berapa biayanya, menginap di mana, makan apa, dan segala macam tetek bengek lainnya. Agustinus Wibowo tidak seperti itu. Titik Nol : Makna Sebuah Perjalanan bukanlah catatan perjalanan dan petualangan yang berisi kisah yang melulu indah. Ceritanya sudah tentu menarik tentang petualangan gila Agustinus dari Cina, India, Nepal, Afghanistan, Pakistan, Kashmir, dan lainnya. Tetapi yang tidak kalah ajaibnya, kisah ini malah dibuka dan diselang-selingi dengan penuturan Agustinus perihal ibundanya yang sakit keras. Pengungkapan soal pribadi terkait relasi dia dengan keluarga, ayah, ibu, dan adiknya. Tentu ini rada [...]

June 16, 2013 // 0 Comments

Gatra (2013): Memaknai Pengembaraan Melintas Peradaban

29 Mei 2013 Gatra  | Buku | Resensi Memaknai Pengembaraan Melintas Peradaban ADITYA KIRANA Titik Nol adalah prekuel dari dua buku perjalanan penulis sebelumnya. Paradoks-paradoks kehidupan yang terekam dalam perjalanan ini menjadi kekuatan dari hakikat keberagaman kultur umat manusia. Perjalanan menurut sebagian orang adalah cerita tentang pergi jauh menembus batas-batas provinsi, negara; serta benua, dan mungkin juga tentang beberapa penaklukan puncak gunung tertinggi, sungai terpanjang, lembah terdalam, samudra terluas, serta wilayah terdingin. Namun, menurut Agustinus, kerap para pengelana dan penjelajah melupakan bahwa setiap yang pergi pasti akan kembali. Titik Nol, ungkapan filosofis yang merupakan pantulan makna terdalam dari sebuah perjalanan, coba dimaknai Agustinus. Baginya, “jauh” adalah kata yang sering menjadi patokan setiap mengawali sebuah perjalanan. Para penjelajah Eropa dalam penaklukan dan menemukan jalur menuju ke Timur, seperti masa Alfonso d’Alburqurque. Juga di abad ke-20, seperti para astronot yang berlomba menjejakkan kaki ke bulan. Kesemuanya hanya terinspirasi oleh satu kata, jauh. Jauh ke tepi batas yang masih bisa dijangkau manusia. Mengawali perjalanannya melewati Urumqi menuju Kashgar, kota yang disebut sebagai pusat kebudayaan Uyghur dan terkenal dengan masjid-masjid kunonya, ia menjelajah melewati banyak wilayah, banyak cerita, dan tentunya banyak petualangan. Ketika masuk di Tibet sebagai pendatang gelap yang menyelundup, [...]

May 29, 2013 // 0 Comments

MyTrip (2013): Titik Nol, Apakah Makna Perjalanan ini Bagimu?

MyTrip Vol12/2013 Book review   Teks: Mayawati Nur Halim Foto: Hartadi, Dok.Pribadi Agustinus Wibowo   Perjalanan keliling adalah lingkaran sempurna: awal adalah akhir, tiada awal tiada akhir. Aku kembali ke titik nol.   Judul: Titik Nol Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit:Gramedia Pustaka Utama Isi: 552 halaman + 40 halaman foto Harga: Rp 98.000   AGUSTINUS WIBOWO Sebelumnya ia telah melahirkan dua buku dengan genre sama yakni Selimut Debu dan Garis Batas. Merupakan kisah petualangannya di Afghanistan dan negeri-negeri Stan di Asia Tengah. Awalnya pemuda Lumajang, Jatim, yang pernah bekerja sebagai jurnalis di Beijing dan Afghanistan ini dikenal publik lewat rubrik “Petualang” di Kompas Cyber Media. Kini ia menetap di Jakarta.   SAFARNAMA NAMANYA Judul bukunya memang Titik Nol, tapi Agus menamai catatan pengembaraannya ini dengan Safarnama. Sebuah istilah dari Bahasa Persia yang artinya “catatan perjalanan”. Safarnama inilah yang menjadi inti buku ini, yang diceritakan pada sang bunda yang tengah meregang nyawa di ranjang rumah sakit di Surabaya. Ada 6 subbagian: •             Senandung Pengembara tentang Tibet. •             Surga Himalaya tentang Nepal. •             Kitab Tanpa Aksara tentang India. •             Mengejar Batas Cakrawala tentang Pakistan. •             Dalam Nama Tuhan masih tentang Pakistan. •             Di Balik Selimut [...]

May 16, 2013 // 0 Comments

Jakartabeat (2013): Jalan Pulang ‘Titik Nol’

29 April 2013 Jalan Pulang ‘Titik Nol’ Agustinus Written by Arman Dhani Pada satu sore yang teduh saya dan beberapa kawan datang ke acara diskusi buku Titik Nol karya Agustinus Wibowo. Jujur saya katakan sebenarnya saya malas datang. Bukan hanya karena saya tak begitu suka jenis buku ini tapi juga saya pikir fenomena travel writer, siapapun itu, adalah fenomena yang kepalang overrated dan begitu memuakan. Namun saya pikir saya harus bertemu dengan Agustinus. Setidaknya saya harus membenarkan tuduhan saya bahwa selamanya genre ini akan terjebak pada skema deskripsi keindahan dan promosi pariwisata belaka. Tapi rupanya saya memang ditakdirkan untuk salah. “Menulis perjalanan adalah usaha untuk menulis tentang manusia dan kemanusiaan. Jika tulisan perjalanan tak bicara tentang manusia. Maka ia adalah tulisan yang mati,” kata Agustinus ketika saya berjumpa dengannya sore itu. Lelaki pendek berkulit putih ini jauh dari bayangan awal saya dari penulis catatan perjalanan yang usai mengarungi jalan yang luas. Saya kira ia akan tinggi besar, brewok yang lebat dan tubuh yang kekar. Tapi penampilan memang seringkali menipu. Tak saya sangka lelaki peranakan Tionghoa di depan saya yang begitu santun dan komikal, telah menaklukan salah satu dataran tinggi paling mematikan di dunia. Kadang untuk mencari ke dalam seseorang harus [...]

April 29, 2013 // 0 Comments

Whiteboard Journal (2013): Journeys Through The Viewfinder

http://whiteboardjournal.com/focus/6072/journeys-through-the-viewfinder-2/ 29 April 2013 Whiteboard Journal Journeys Through The Viewfinder The Photographic Tales of Two Indonesian Travellers They say a photograph is worth a thousand words, but Agustinus Wibowo and Dave Lumenta, two individuals who have travelled extensively, prove that the value of photographs go beyond the number of words they are able to represent. Featuring the works of these prominent figures, this article highlights the connection between photography and travelling. Author Dwiputri Pertiwi · Photo/Illustration Agustinus Wibowo and Dave Lumenta 04/29/13 · 22,329 Views We are perhaps all too familiar with the phrase, “seeing is believing.” It is the perfect line to start a philosophical discussion, but it is just as popular among advertising agencies – haven’t we become acquainted with several variations of the concept? Most of us must see to confirm the realness of an object, even though there are times when our minds play vicious tricks on us. After all, who hasn’t heard stories of people claiming to see large bodies of water in the middle of a desert? Tom Chatfield wrote in his essay on the increasingly intensified connection between humans and gadgets, that our greatest fear is that “the world around us is a [...]

April 29, 2013 // 0 Comments

ChinaNews 中国新闻网 (2013): 印尼华裔青年作家出版新著 讲述游历多国经历

4月20日晚,印尼华裔青年作家翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)在泗水敦绒望商厦Gramedia书店举行《零点》(Titik Nol)新书发布会。来自泗水市和外埠的读者,及泗水华社代表郑菊花、何婉芸、吴萌暄和陈新来出席了活动。

发布会上,翁鸿鸣介绍《零点》是他的新作。之前,他已经出版两本书《灰尘毯子》(Selimut Debu)和《界线》(Garis Batas)。《零点》讲述当年他当背包族(Backpacker)游览中国西藏、尼泊尔、印度和阿富汗的经历。

April 25, 2013 // 0 Comments

1 35 36 37 38 39 49