Recommended

Book Review

Pedoman News (2013): Perjalanan Titik Nol ala Agustinus Wibowo

28 March 2013 http://www.pedomannews.com/pilkada-dki-2012/sosial-budaya/20512-perjalanan-titik-nol-ala-agustinus-wibowo   JAKARTA, PedomanNEWS – Banyak orang beranggapan kalau namanya perjalanan adalah sebuah kegiatan rekreasi ke sebuah tempat yang kita idamkan tetapi ada juga beranggapan lebih dari sekedar jalan dan rekreasi. Perjalanan yang lain dari sekedar rekreasi itu coba diungkapkan oleh Agustinus Wibowo dalam buku terbarunya yang diberi judul Titik Nol yang mengupas lebih dalam dari perjalanan dirinya ke berbagai negara hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. “Perjalanan bukan tentang jarak/lokasi yang jauh. Tapi bagaimana menghilangkan ego dan identitas diri. Perjalanan itu dari zero to hero dan kembali lagi ke zero. Kalau orientasinya hanya hero, orang akan cenderung serakah,” ujar Agus ketika ditemui pada peluncuran bukunya di Toko Buku Kinokuniya, Plasa Senayan. Dalam buku ini pria Lumajang, Jawa Timur, tahun 1981 ini bercerita, perjalanan itu dimulai ketika telah merampungkan kuliah Teknik Informatikanya di China bertahun-tahun silam. Korban gempa Aceh menjadi inspirasi bagi Agus untuk melakukan perjalanan dengan tujuan menaklukkan dunia. “Mulai perjalanan waktu lulus kuliah. Inspirasi dari korban gempa di Aceh ketika saya menjadi relawan di sana. Saya kira banyak cucuran air mata. Tapi yang berkesan justru anak-anak yang bermain dengan riang, serta ibu dan bapak yang mensyukuri keadaan yang mereka alami,” ucapnya. [...]

March 28, 2013 // 0 Comments

Tempo (2013): Menyesapi Perjalanan dari Titik Nol

Koran Tempo Buku Minggu, 24 Maret 2013 Menyesapi Perjalanan dari Titik Nol   Judul: Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit: Kompas Gramedia Cetak pertama: 2013 Tebal: xii + 556 halaman   Buku ini mencoba mengungkapkan makna sebuah perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan bukanlah tentang memuaskan ego, melainkan tentang melihat ke dalam diri. Perjalanan bukanlah menyusuri sebanyak mungkin obyek wisata ternama, menjejali ransel dengan segepok cendera mata khas daerah setempat, ataupun berbangga menahbiskan diri sebagai petualang yang paling irit sedunia. Bagi Agustinus Wibowo, perjalanan adalah belajar menatap cermin. Perjalanan adalah refleksi yang mengendurkan ke-aku-an menjadi “mereka”. Dalam buku Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan, jangan bayangkan kita disuguhi wisata “cantik” yang mulus dan penuh hura-hura. Agustinus, seperti dalam dua bukunya sebelum ini— Selimut Debu dan Garis Batas— kembali mengajak kita berziarah ke pelosok yang penuh bahaya, kegetiran, dan tanda tanya. Adalah Beijing yang dipilih Agustinus sebagai titik awal pengembaraannya. Dari situ, lelaki asal Lumajang, Jawa Timur, itu menuju Xinjiang, provinsi yang terletak di bagian barat Cina. Lewat “titik nol” atau Xinjiang- lah Agustinus kemudian menjejak Tibet, dan membawa kita menjalani napak tilas peperangan Genghis Khan. Dari Tibet, Agustinus lalu melangkahkan kaki ke Nepal, India, Pakistan, Kashmir,hingga ke Afganistan. [...]

March 24, 2013 // 0 Comments

#VBookClub (2013): “Titik Nol”

3 May 2013 #VBookClub http://indynatalia.blogspot.com/2013/03/vbookclub-titik-nol.html?spref=tw #VBookClub – “Titik Nol” Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan membaca buku se-menarik “Titik Nol” dan bertemu dengan penulisnya, @avgustin88 di #VBookClub @VRadioFM. Sebelumnya, saya memang sudah jatuh cinta dengan buku ini. “Titik Nol” menceritakan tentang kisah perjalanan penulis, Agustinus Wibowo ke beberapa wilayah seperti Tibet, Nepal, India, Afghanistan, sampai Pakistan. Melalui buku ini, rasanya saya ikut merasakan perjalanan darat yang dilakukan @avgustin88 dan mengenal kultur kebudayaan di masing – masing daerah. Ritual ziarah di tibet yang dilakukan sambil merangkak; Eksotisnya bukit – bukit curam di Nepal; Keprihatinan terhadap India yang berbeda kehidupan dengan gambaran Bollywood; sampai rasa tidak aman saat mengunjungi Afghanistan yang tengah dilanda konflik. Dilengkapi dengan foto – foto menarik sepanjang perjalanan, saya sebagai pembaca mendapatkan gambaran yang jelas tentang terjadinya sebuah peristiwa. Tentang bagaimana sebuah tulisan mampu menggerakkan hati untuk ikut prihatin dengan apa yang terjadi di negara perang seperti Afghanistan. “Perjalananku bukan perjalananmu. Perjalananku adalah perjalananmu” Sesungguhnya, makna perjalanan yang ingin disampaikan oleh @avgustin88 adalah luas. Tidak hanya tentang berapa jumlah lokasi yang dituju, tidak hanya tentang berapa jumlah negara yang [...]

March 3, 2013 // 0 Comments

Lipton Indonesia (2013): Titik Nol-Makna Sebuah Perjalanan

20 February 2013 http://www.lipton.co.id/moodBooster/225/titik-nol-makna-sebuah-perjalanan Titik Nol: Makna Sebuah PerjalananPosted on 20 February 13 By Lipton | Books   Cerita perjalanan seseorang ke tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal kita memang selalu menarik untuk disimak. Banyak sekali buku yang menceritakan kisah perjalanan traveling yang membawa kita bertualang ke tempat-tempat yang ingin kita singgahi. Agustinus Wibowo justru membawa kita ke sebuah titik awal perjalanan, yang ia sebut sebagai Titik Nol. Buku yang ia tulis ini membawa kita ke berbagai belahan dunia dengan segala ceritanya. Dari Beijing ke Tibet, India, dan Pakistan dengan segala suka duka yang dialami oleh wartawan foto ini dipaparkan dengan detil dan menarik. Agustinus juga memberikan hasil jepretan kameranya yang memberikan kepuasan visual bagi para pembaca buku ini mengenai berbagai hal yang ia ceritakan. Namun berbagai kisah petualangan perjuangan yang ia ceritakan, ternyata pelajaran hidup yang paling bermakna yang ia dapatkan justru di sisi sang ibunda. Agustinus memberikan pelajaran yang berharga bagi kita semua, bahwa tidak hanya perjalanan berkeliling dunia yang menjadikan kita kaya akan pengetahuan, tetapi justru apa yang ada di sekitar kita yang jauh lebih berharga. Sedikit kutipan dari buku Titik Nol ini yang berharga adalah: “Perjalanan adalah belajar melihat dunia luar, juga belajar untuk melihat ke [...]

February 20, 2013 // 0 Comments

Detik Minggu (2012): Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya

11 Maret 2012 Detik Minggu Resensi: Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya Garis Batas, Manusia, dan Kehidupannya Resensi Detik Minggu http://edisi.hariandetik.com/default.aspx?iid=60458&startpage=page0000014 BAHARUDDIN ARITONANG (pencinta buku) Apakah kemerdekaan membawa mereka menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya? Membaca buku ini amat men­gasyikkan. Ibarat membaca novel, tapi sarat ilmu peng­etahuan. Seperti judulnya, buku ini berkisah tentang perjalanan melintasi batas lima negeri di Asia Tengah: mulai Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan terakhir Turkmenistan. Buku ini juga bertu­tur tentang pergulatan manusia di kelima negara yang dikunjunginya itu. Manusia yang bergulat mela­wan garis batas kehidupan. Agustinus bukanlah pelan­cong biasa, la lebih tepat disebut pengembara, yang di dalam buku ini mahir mendeskripsikan negara, suku, ras, kebudayaan, agama, jenis kelamin, bahasa, serta keanekarag­aman yang unik di negeri-negeri yang dikunjunginya. Melalui buku ini, cakrawala pengetahuan kita menjadi lebih terbuka bahwa ada negara-negara seperti disebut di atas. Negara-negara yang ham­pir selama satu abad tidak pernah didengar namanya karena tertutup oleh kebesaran komunisme Uni Soviet Namun, sejak 1992, kelima negeri itu termasuk yang mandi­ri sebagai sebuah negeri sendiri. Apakah kemerdekaan itu mem­bawa mereka menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya? Buku ini merupakan kelanjutan dari kisah perjalanan Agustinus di Afganistan [...]

March 11, 2012 // 0 Comments

Oktomagazine (2011): Melewati Garis Batas

Melewati Garis Batas Harun Harahap   Kita telah mengenal Agustinus Wibowo dari buku Selimut Debu tentang perjalanannya ke Afghanistan. Kali ini melalui bukunya Garis Batas, Agustinus Wibowo mengajak kita bertualang melewati garis batas Afghanistan menuju negara-negara berakhiran –Stan. Kita diperkenalkan lebih dekat dengan negara Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Garis batas geografis terkadang ditandai oleh sungai, pegunungan, jalan atau tonggak-tonggak yang terpancang antar dua wilayah negara yang berbeda. Saat kita melewati garis tersebut, banyak hal yang akan berubah. Dari negara yang berubah, maka bahasa, mata uang, agama, adat istiadat, budaya dan sebagainya pun berubah. Perubahan itu terkadang tipis tak terlihat hingga lebar tak terhingga. Ada pepatah dari ranah minang yang menyebutkan “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung”. Artinya kurang lebih menyarankan kita untuk menghormati budaya dan adat istiadat di mana kita tinggal dan berada. Begitu juga dengan Penulis yang beradaptasi dengan situasi dan lingkungan asing yang baru pertama kali ia pijak. Kita bisa melihat melalui buku ini bahwa penulis bisa melakukannya dengan baik. Ditambah lagi dengan keramah-tamahan penduduk di berbagai daerah, sehingga kita bisa melihat kehidupan keluarga yang bersifat cukup pribadi. “Garis Batas adalah kodrat manusia. Tanpa disadari, kita adalah seonggok tubuh yang selalu membawa garis batas [...]

November 9, 2011 // 0 Comments

Sumatera Expres (2011): Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan

Selasa, 25 Oktober 2011 Xpresi Pendidikan Jejak Perjalanan Bumi Afghanistan   Jika ada satu negeri yang dijuluki sebagai negeri peperangan, yang pertama kali terpatri dalam ruang ingat kita adalah negeri Afghanistan. Jika ada satu negeri yang tiap jengkalnya tertanam ranjau darat bekas medan perang, juga terbayang negeri Afghanistan. Dan jika ada satu negeri yang setiap harinya hidup dengan kepulan debu yang terhirup ke dalam tubuh rakyatnya, itulah negeri Afghanistan. Orang-orang Afghan tentu tak pernah membayangkan bahwa jurnalis asing mau-maunya berkeliling negeri khaak (dalam bahasa Dari dan Pashtu berarti debu, red) sendirian hanya untuk melunasi hasratnya pergi ke sana. Tanpa berbekal uang yang melimpah rupanya Agus berani menantang perjalanan yang begitu mengibakan ini. Perjalanan yang sungguh mengharukan pula, ia bertemu dengan banyak orang-orang Afghan yang lebih humanis dari orang-orang yang merasa dirinya punya rasa kemanusiaan di dunia ini. Selimut Debu adalah kisah perjalanan mendebarkan yang dilakukan oleh Agustinus Wibowo, di daerah yang penyebutan namanya sama dengan menyebut kata “perang”. Ya, ini buku tentang perjalanan Agus di sebuah negara bernama Afghanistan. Bayangkan, ini perjalanan yang dilakukan oleh penulis, yang notabene non muslim di sebuah negara yang terkenal karena fundamentalismenya. Perjalanan ini tentu tidak bisa dilepaskan dari segala identitas yang melekat pada dirinya. [...]

October 25, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Perjalanan Melebur Garis Batas

18 October 2011 Kompas Cyber Media Travel travel.kompas.com/read/2011/10/18/08365641/Perjalanan.Melebur.Garis.Batas Backpacker   Perjalanan Melebur Garis Batas   Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:36 WIB     KOMPAS.com – Manusia, yang sejatinya cuma entitas yang satu, memiliki beragam identitas. Ia dibentuk oleh beragam ras, ditempa oleh beragam aspek kultural, dan tumbuh menjadi sosok yang sarat nuansa. Acapkali, kekayaan nuansa itu membentangkan garis-garis batas yang memisahkan manusia. Melangkah melewati garis-garis demarkasi itu melahirkan pengalaman eksistensial yang unik. Dibutuhkan keberanian. Buka cuma itu, dibutuhkan juga kegilaan. Perjalanan ini bukan hanya garis batas teritorial yang ditembus, tapi juga garis batas kultur, garis batas agama, garus batas ras.   Itulah yang dilakukan Agustinus Wibowo, seorang petualang kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 1981. Dari Afghanistan, ia menyeberang menelusuri Asia Tengah. Sebuah sungai selebar 20 meter membentangkan perbedaan peradaban hingga satu abad. Ia menjelajahi Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Ia menerabas batas-batas politikdan sosio-kultural. Ia juga menerabas batas-batas dirinya dan melebur bersama pengalaman masyarakat di negeri-negeri jauh. Ia pantang naik pesawat terbang. Seluruh perjalannya ditempuh melalui jalur darat: naik bus, pedati, keledai, hingga jalan kaki. Agus membukukan kisah perjalanannya di “Negeri-negeri [...]

October 18, 2011 // 2 Comments

Tempo (2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah

Majalah Tempo (18 September 2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah Resensi oleh J. Sumardianta Kisah perjalanan yang menguak betapa Islam Asia Tengah simpel tapi misterius. Warisan sekularisasi Uni Soviet. GARASIMOV, arkeolog Rusia, menemukan kuburan Timur Leng di Registan, Samarkand, pada 1941. Pada penutup peti raja yang bengis itu tertulis “Barang siapa mengutak-atik jasad Amir Timur akan dihancurkan musuh yang lebih beringas.” Seolah wujud dari nujum itu, beberapa jam sesudah kuburan Timur Leng di bongkar, pasukan Hitler menyerbu dan menduduki Uni Soviet. Di Uzbekistan, Amir Timur adalah kebanggaan. Di Samarkand, kota terbesar kedua Uzbekistan, patungnya duduk anggun di singgasana, menggengam sebilah pedang. Pada masa kegila kegemilangannya di abad ke-14, Samarkand merupakan sentra peradaban Islam, kota di Jalur Sutra. Agustin Wibowo, jurnalis dari Lumajang, Jawa Timur, yang kini bermukim di Beijing, menuturkan kemegahan Islam di Asia Tengah itu melalui Garis Batas : Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah. Inilah dokumentasi petualangannya menjelajahi pelbagai negeri pecahan Uni Soviet-Tajikistan, Kirgistan, Uzbekistan, Kazakstan dan Turmenistan. Di negeri-negeri itu terjadi perkembangan yang berbeda-beda. Tajikistan terkapar dalam kemiskinan. Kirgistan dan Kazakstan bergemilang kemakmuran kapitalisme. Dan Turkmenistan diliputi nostalgia sosialisme utopis. Tradisi Islam telah dipenggal Uni Soviet. Peradaban Islam meredup, hampir punah. Sholat, puasa, huruf Arab [...]

September 18, 2011 // 5 Comments

Oktomagazine (2011): Jelajahi Afghanistan Lewat Selimut Debu

Mengenal Afghanistan dari buku Selimut Debu Harun Harahap   “ Agama itu bukan di baju. Agama itu ada di dalam hati. Inti Agama adalah kemanusiaan.” Seorang Shah dari suku Wakhi mengatakan hal tersebut yang tertulis pada halaman 227 buku ini. Afghanistan dimana mayoritas penduduknya mengenakan Shalwar Kamiz untuk pria dan Burqa untuk perempuannya selalu menilai keimanan dari apa yang mereka kenakan. Keimanan sudah tidak lagi ditentukan dengan sikap dan perilaku mereka melainkan dari serban, jenggot atau apapun yang sebenarnya hanya sekedar simbol belaka. Benar yang dikatakan oleh Agustinus Wibowo, penulis, bahwa sekarang niilai-nilai keimanan muslim di Afghanistan tereduksi menjadi jenggot, serban dan burqa. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari penjelajahan Agustinus Wibowo di Afghanistan. Negara yang berkali-kali dilanda perang. Mulai dari serangan Uni Soviet, Mujahiddin dan Taliban hingga sekarang serangan bom bunuh diri pun masih sering terjadi. Sebenarnya banyak sekali bantuan dana mengalir ke negeri ini. Dana tersebut ditujukan untuk pembangunan kembali infrastruktur serta pelayanan kesehatan. Namun, korupsi yang merajalela pada pemerintahan membuat aliran dana itu pun tersesat hilang ke saku para pejabat. Ditambah lagi perilaku warganya yang sangat kesukuan. Afghanistan yang terdiri dari berbagai suku seperti Pashtun, Hazara dan lainnya saling menilai bahwa sukunyalah yang terbaik sedangkan suku lainnya [...]

September 8, 2011 // 3 Comments

JalanJalan (2011): Beyond Bali [Garis Batas]

TRAVEL NOTES • GREAT READS Beyond Bali Meski Bali dari Singapura terus jadi favorit turis Indonesia, para penulis travel lokal tak lelah menyuguhkan destinasi alternatif. Berikut buku-buku terbaru mereka.   SCANDINAVIAN EXPLORER: 18 HARI BACKPACKING MENGINTIP FJORD, VIKING, DAN SALMON Asanti Astari Skandinavia dikenal sebagai kawasan dengan biaya hidup tertinggi di Eropa. Namun fakta tersebut tidak menghalangi niat Asanti menjelajah keindahan alamnya selama kurang lebih tiga minggu. Di bukunya, alumni Universitas Indonesia ini merekomendasikan beberapa aktivitas yang layak dilakoni jika tabungan sudah mencukupi, antara lain menonton pentas cahaya Aurora Borealis dan tur kendaraan lintas kota bertajuk “Norway in a Nutshell”.   THE NAKED TRAVELER 3 Trinity Sejatinya, The Naked Traveler bukanlah buku panduan wisata, melainkan bacaan hiburan dan seri ketiganya ini kemungkinan membuat kita tertawa tiga kali lebih kencang. Tetap dengan gaya menulis ala blog, Trinity menuturkan kisahnya berenang di Laut Mati, mandi bugil di onsen (akhirnya ia benar-benar seorang “naked’ traveler), melakoni tur hantu di Bandung, hingga menyusuri jalan-jalan kumuh di Nepal. Seluruh tempat tersebut memang pernah dibahas di buku travel lain, namun yang membuat The Naked TravsJer 3 spesial adalah, Trinity mampu mengolah kejadian remeh sehari-hari jadi humor yang mengocok perut.   BUKAN JELAJAH BIASA: OLEH-OLEH CERITA, BUDAYA, [...]

August 22, 2011 // 0 Comments

MyTrip (2011): Garis Batas—Buku Inspiratif yang Wajib Dibaca Para Pejalan

August 2011 Garis Batas: Buku Inspiratif yang Wajib Dibaca Para Pejalan   Garis batas! Seperti halnya gravitasi bumi dan oksigen, garis batas tidak terlihat, namun setiap langkah dan embusan napas kita dipengaruhi olehnya. (hal 7) Tentang Isi Buku Dibagi menjadi 5 bab sesuai dengan nama-nama negeri Asia Tengah yang dijelajahi penulis. Tajikistan – Eksistensi Negeri Merdeka Kirgizstan – Tenggelam di Atas Peta Kazakhstan – Kebanggaan di Simpang Jalan Uzbekistan – Tarian Masa Lalu Turkmenistan – Utopistan Setiap bab dilengkapi foto-foto yang membantu kita membayangkan keunikan budaya di sana. Adanya peta masing-masing negara juga memudahkan kita untuk ngintilin perkelanaan penulis keluar masuk garis batas.   Tentang Gaya Bertutur Nggak capek baca buku tebal ini, padahal topik yang dibahas sangat serius. Tentang kebudayaan, kemanusiaan, nasionalisme, politik, konflik batin kaum minoritas mengenai identitas, dan hal-hal hakiki dalam kehidupan manusia. Soalnya, Agustinus sangat piawai memainkan kata-kata. Ya, diksinya sungguh kaya. Coba simak: Ada sejumput kecil tanah Uzbekistan yang dikelilingi oleh Kirgizstan. Ada kampung Kirgizstan yang nyasar di Uzbekistan. Beberapa dusun Tajikistan teronggok pasrah dikelilingi musuh bebuyutan Uzbekistan. (hal 400) Jadi, untuk menggambarkan hal yang sama (kondisi perbatasan yang saling mengungkung), penulis sama sekali tidak melakukan pengulangan kata. Gaya sindiran berbau satire bikin kita nggak [...]

August 22, 2011 // 0 Comments

Femina (2011): Pilihan Weekend—Garis Batas

29 July 2011 Femina Pilihan Weekend http://www.femina.co.id/shop.dine/pilihan.weekend/garis.batas/007/004/21 Garis Batas Agustinus Wibowo/ Gramedia (2011) Tajikistan, Kirgistan, Kazahstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, nyaris tak pernah kita dengar eksistensinya di peta pariwisata dunia. Negeri Asia Tengah pecahan Soviet ini terkesan negeri misterius, ‘ujung dunia.’ Tapi, Agustinus, backpacker yang lebih dari 2 tahun menjelajah Afghanistan, sangat penasaran pada negeri di seberang Sungai Amu Darya, berjarak 20 meter dari Afghanistan, ini. Ia berjalan  2.000 kilometer untuk sampai di negeri perbatasan sungai itu. Agustinus mampu menguak sisi lain negeri-negeri ‘stan’ tersebut. Catatannya yang mendalam tentang keindahan tempat itu  makin kaya dengan cerita keseharian dan impian masyarakat ‘stan’ yang tak habis didera konflik dan krisis. [...]

July 29, 2011 // 0 Comments

Jawa Pos (2011): Traveling Tak Sekadar Jalan-Jalan

15 Mei 2011 Jawa Pos Traveling Tak Sekadar Jalan-Jalan JUDUL: Garis Batas, Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah PENULIS: Agustinus Wibowo PENERBIT: PT Gramedia Pustaka Utama TERIT: April 2011 TEBAL: xiv, 510 halaman Menceritakan petualangan ke negara-negara yang “tak masuk peta” dengan bahasa yang mengalir. Mendefinisi ulang makna garis batas. SEIRING dengan kemajuan ekonomi dan membaiknya kesejahteraan, traveling kini bukan lagi barang mewah di Indonesia. Entah traveling ikut group tour atau model menggelandang gaya backpacker, semuanya sudah jadi gaya hidup anak muda sampai orang tua. Para pelakunya pun seperti berlomba mendokumentasikan perjalanannya. Baik dalam bentuk buku maupun dipajang di situs jejaring sosial untuk sekadar pamer ke teman atau kolega. Namun, di antara sekian banyak buku yang bertebaran itu, tak ada yang seistimewa Garis Batas, Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah, karya Agustinus Wibowo. Istimewa lantaran buku ini tak hanya menginformasikan tempat makan, tempat pelesiran, atau penginapan. Di sini Agustinus mengajak kita bertualang di negara-negara berakhiran Stan yang nyaris jarang mendapat kunjungan. Mulai Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan berakhir di Turkmenistan. Garis Batas adalah buku kedua Agustinus setelah Selimut Debu yang membahas tentang Afghanistan. Saat bertatap muka di Beijing, Tiongkok, akhir April silam, siapa yang menyangka sosok inilah yang berkelana mendaki gunung, mengarungi [...]

May 15, 2011 // 1 Comment

TraxFM (2011): Selimut Debu

http://www.traxonsky.com/trax-guide/book/1054-selimut-debu Kalau mendengar Negara Afghanistan, pasti yang tertanam di otak kita adalah negeri dengan perang tanpa henti, kemiskinan, kehancuran, dan bom tanpa henti. Dengan segala ancaman yang ada di Afghanistan, negeri tersebut tetap menyimpan banyak misteri. Misteri-misteri itulah yang menyebabkan Agustinus Wibowo, penulis buku ini, untuk menjelajahi negeri Afghanistan untuk menyibak misteri yang tersimpan di dalamnya, dan petualangan itu dia lakukan sendirian! Buku ini menarik banget buat dibaca, dengan alur yang juga nggak ribet dan jalan cerita yang bikin kita penasaran akan endingnya. Highly recommended! [...]

February 22, 2011 // 0 Comments

Reader’s Digest Indonesia (2010): Menyingkap Selimut Debu Afghanistan

N U K I L A N READER’S DIGEST INDONESIA DESEMBER 2010 Menyingkap Selimut Debu Afghanistan Perjalanan menelusuri raga negeri yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan bangunan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum, akan membuka mata Anda kepada prosesi kehidupan di tanah magis itu. Oleh Agustinus Wibowo “Selimut Debu” oleh Agustinus Wibowo; diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama, 2010 Khaak adalah Afghanistan. Dalam bahasa Dari dan Pashto – dua bahasa resmi Afghanistan, khaak berarti debu. Tak ada yang bisa lari dari khaak. Kerudung pria Afghan tidak menghalangi khaak. Khaak terbang menembus kisi-kisi burqa yang membungkus kaum perempuan. Bulir-bulir debu mengalir bersama angin, menyelinap melalui setiap rongga udara, langsung menembus ke sanubari. Debu memang menyelimuti seluruh penjuru Afghanistan, dari utara hingga selatan, dari timur hingga barat, menjadi makanan sepanjang hari, mengalir bersama embusan napas. Namun khaak juga bisa berarti tanah kelahiran, tumpah darah, segenap hidup dan mati. Saya melewati portal garis batas Pakistan. Sekitar 20 meter di depan saya, tampak gapura Afghanistan. Saya berdiri terseok-seok, bersama khaak dan setumpuk mimpi. Jubah qamiz dan celana kombor shalwar bekas yang saya pakai sudah lusuh. Khaak sudah memenuhi ronga mulut, kerongkongan dan paru-paru. Ada bimbang dalam hati, ketika melangkah perlahan di antara [...]

November 26, 2010 // 8 Comments

The Jakarta Post (2010): A thrill ride to Afghanistan

http://www.thejakartapost.com/news/2010/06/27/a-thrill-ride-afghanistan.html A thrill ride to Afghanistan Indah Setiawati, The Jakarta Post, Jakarta | Feature | Sun, June 27 2010, 10:30 AM Several years ago, a man dreamed of traveling to Afghanistan to see what was behind the dust — the seemingly endless war, the grenades, the refugees, the Taliban. In his dream, he saw two gigantic statues of Buddha located in Bamiyan valley and was mesmerized by a soft, deep whisper from a girl with beautiful eyes, who stared at him from behind a blue burqa. In 2003, Indonesian Agustinus Wibowo made his dream come true and backpacked from Beijing to Afghanistan with only US$300. After his journey, he wrote Selimut Debu (Blanket of Dust) which gives his insights on daily life in the war-ravaged country. The author views Indonesia from the perspective of the Afghans as he unveils the beauties, miseries and ironies of a country where warfare is reported daily on televisions and in the newspapers. His description on cultural and ethnic diversity in Afghanistan as well as some branches within Islam somehow reminds us of the same situation back home. He also mentions about humanity being ignored by people who busily introduce religious absolutism. Agustinus, who can [...]

June 27, 2010 // 0 Comments

U-Mag (2010): Selimut Debu—Catatan Backpacker Tulen

Maret 2010 U-Mag Buku//Troli Catatan Backpacker Tulen Jika perjalanan backpacking Anda ke Kamboja dengan pesawat murah dan menginap di hostel penuh bule bau sudah dianggap luar biasa, sebaiknya Anda membaca Selimut Debu. Sang penulis bisa dibilang backpacker Indonesia paling gila.   Selimut Debu AGUSTINUS WIBOWO 461 halaman Gramedia Pustaka Utama Januari 2010 Dengan hanya mengantongi US$ 300 (sekitar Rp 2,8 juta), Agustinus Wibowo nekat memulai perjalanan dari Beijing ke Afganistan. Dia menyambangi negeri itu ketika residu perang Taliban- Amerika masih terbang di udara, 2003. Agus menumpang kereta kelas kambing, bus, dan truk; bertahan hidup hanya dengan jajanan pasar; dan menembus keganasan gunung-gunung di utara Pakistan. Di buku harian kumal, ia menuliskan kisah perjalanannya yang benar-benar luar biasa: menembakkan Kalashnikov ke gua Usamah bin Ladin, hampir diperkosa gay Afgan, dan berkalikali ditangkap tentara. Catatan di buku harian kumal itulah yang kini bias kita nikmati dalam buku setebal 461 halaman dengan foto-foto indah hasil jepretannya sendiri. Tak hanya berbekal kisah dramatis, Agus juga memiliki kemampuan menulis dengan baik. Bahasanya lancar, logikanya runut, dan pemilihan diksinya sangat luas. Oh ya, Tuhan sepertinya membekali Agus kemampuan berbahasa. Selain berbahasa Indonesia dengan baik, dia mampu berkomunikasi dalam selusin bahasa—Cina, Rusia, Urdu, Farsi, dan bahasa negeri-negeri [...]

March 4, 2010 // 0 Comments

1 2