Blog
http://en.tempo.co/read/news/2013/06/26/114491501/Speaking-about-Poetry-and-Photography Speaking about Poetry and Photography Wednesday, 26 June, 2013 | 22:13 WIB TEMPO.CO, Makassar – Agustinus Wibowo, the writer of three travel books, said, “As promoted by an airline ad, everyone can fly now. Yet not everyone can understand the meaning of a journey.” Agus put forth his statement during a discussion at the Makassar International Writers Festival on June 25, 2013. He was the speaker for the first session on the first day of the festival. He spoke about the relationship between poetry and photography. “Many things can be poetic and touching from a journey, just as long as we can find the meaning,” said the author of the books Titik Nol, Selimut Debu, and Garis Batas. Agus, who has traveled to numerous countries in Central Asia, exhibited some pictures as an example. He said trips that are rushed and target-oriented would not have any meaning. Only journeys that are deeply observed and understood can create poetic portrayals in the mind. One of the photos Agus displayed was a picture of a muscle man, a participant of the Master of Afghanistan. “When a person first arrives in Afghanistan, they will take pictures of the war, opium fields, and others. However, if they [...]
Tempo (2013): Cerita Penulis dari Timur (Makassar International Writers Festival 2013)
Makassar Rabu, 26 Juni 2013 Koran Tempo Cerita Penulis dari Timur Mereka membawa angin segar kepada dunia sastra. Di antara 50-an penulis yang mengirimkan karyanya ke Makassar International Writers Festival (MIWF) 2013, tersebutlah enam penulis dari Indonesia bagian timur yang menyodorkan hal baru dalam karya-karyanya. “Kesegaran, kebaruan, dengan warna lokal yang khas dalam karyanya,” kata Aslan, koordinator kurator. Mereka adalah Mario F. Lawi (Kupang), Christian Dicky Senda (Kupang), Amanche Franck O.E. Ninu (Kupang), Muhary Wahyu Nurba (Makassar), Mariati Atkah (Makassar), dan Jamil Massa (Gorontalo). Sejalan dengan tema MIWF kali ini, yakni “My City My Literature”, di Fort Rotterdam Makassar, 25-29 Juni 2013, menurut Aslan, mereka bercerita tentang perkembangan kotanya melalui karya-karya sastra yang disajikan. “Saya akan bercerita tentang karya di mana saya sebagai anak pasar,” kata Muhary, yang ditemui di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie, Makassar, Senin malam lalu. Sebagian ceritanya akan disajikan dalam bait-bait puisi yang dibacakan langsung oleh penulis dan penyair asal Makassar ini. Perkembangan Kota Makassar juga akan disajikan dalam bentuk potongan-potongan foto yang bertutur tentang sudut-sudut Kota Makassar, yang diabadikan oleh kawan-kawan dari Komunitas Boya-boya. Lalu bagaimana perkembangan sastra di Kupang, Nusa Tenggara Timur? Mario F. Lawi mengatakan geliat sastra mulai bangkit pada 2008, ditandai dengan [...]
KabarJagad (2013): Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung
Senin, 24 Juni 2013 12:57 Reporter Lora Satrapi Gaya Hidup Kabarjagad.com Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing sampai Afrika Selatan lewat jalan darat. Karena tak mendapat restu orang tua, praktis ia membiayai sendiri perjalanannya tersebut. Perjalanan akbarnya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, pada bulan Juli 2005. Dari sana, ia menanjak ke Tibet, menyeberang ke Nepal, India, menembus ke Pakistan, Afghanistan, Iran, lalu masuk ke negeri-negeri Stan di Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Sebagai titik awal perjalanan, Tibet mendapat tempat spesial di hati Agustinus. Saat itu, ia masuk ke negeri atap dunia tersebut dengan cara menyelundup karena tak mengantongi izin masuk yang biayanya sangat tinggi. Satu bulan di Tibet dijalaninya dengan penuh ketakutan. Takut ketahuan sebagai orang asing, takut diciduk polisi, takut dipenjara, dan [...]
DetikTravel (2013): Tentang Etika Fotografi Perjalanan
Penting! Ini Etika Berfoto Saat Traveling • Oleh: Afif Farhan – detikTravel • Rabu, 19/06/2013 16:29 WIB Jakarta – Kurang lengkap rasanya, jika Anda tidak foto-foto atau narsis saat traveling ke suatu destinasi. Meski begitu, ada beberapa etika yang harus Anda tahu sebelum menjepretkan kamera. Jangan sampai kasus Borobudur terulang! Berfoto sudah menjadi kegiatan wajib para wisatawan. Objek-objek wisata seperti pantai, gunung, atau atraksi wisata berupa tari-tarian, dapat Anda abadikan sebagai kenang-kenangan di dalam kamera. Tapi ingat, ada etika-etika berfoto saat tarveling yang harus Anda perhatikan. Penulis buku Garis Batas yang sudah berkeliling Asia Tengah, Agustinus Wibowo berbincang dengan detikTravel mengenai etika berfoto saat traveling. Dia pun memberikan banyak petuah dan pengalaman-pengalaman uniknya saat berfoto-foto di suatu destinasi: 1. Cari tahu soal aturan berfoto “Pertama, cari dulu tanda larangan memotret. Kalau tidak ada tandanya, berarti Anda bebas foto-foto di situ,” tutur pria yang biasa disapa Agus ini, Rabu (19/6/2013). Agus menambahkan, hal tersebut baiknya dilakukan di tempat-tempat wisata berupa candi, masjid, atau bangunan bersejarah. Sebabnya, bisa-bisa kena denda atau malah ditangkap. “Pernah saya di Turkmenistan ditangkap karena dianggap mata-mata. Sebab, saya memotret patung-patung emas yang ada di sana. Sampai mau keluar negaranya, kamera saya diperiksa lagi apakah ada foto tersebut [...]
Jurnal Nasional (2013): Perjalanan untuk Memahami Diri Sendiri
Perjalanan untuk Memahami Diri Sendiri | Minggu, 16 Jun 2013 Dodiek Adyttya Dwiwanto Sebuah kisah luar biasa dan tidak biasa tentang perjalanan dan petualangan. Judul Buku : Titik Nol, Makna Sebuah Perjalanan Penulis : Agustinus Wibowo Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Cetakan : kedua, Maret 2013 Tebal : 556 halaman Inilah catatan perjalanan yang tidak biasa. Biasanya sih, jika kita melihat catatan perjalanan atau petualangan seseorang di surat kabar atau buku, kita akan mendapatkan cerita yang indah atau kisah yang memukau. Enaknya menyantap makanan dan minuman khas setempat. Nikmatnya perjalanan dengan kendaraan unik yang ada di tempat tersebut atau kemudahan menjangkau lokasi wisata. Senangnya mendapatkan keramahtamahan penduduk setempat. Atau cara bagaimana sampai ke tempat itu, berapa biayanya, menginap di mana, makan apa, dan segala macam tetek bengek lainnya. Agustinus Wibowo tidak seperti itu. Titik Nol : Makna Sebuah Perjalanan bukanlah catatan perjalanan dan petualangan yang berisi kisah yang melulu indah. Ceritanya sudah tentu menarik tentang petualangan gila Agustinus dari Cina, India, Nepal, Afghanistan, Pakistan, Kashmir, dan lainnya. Tetapi yang tidak kalah ajaibnya, kisah ini malah dibuka dan diselang-selingi dengan penuturan Agustinus perihal ibundanya yang sakit keras. Pengungkapan soal pribadi terkait relasi dia dengan keluarga, ayah, ibu, dan adiknya. Tentu ini rada [...]
Gatra (2013): Memaknai Pengembaraan Melintas Peradaban
29 Mei 2013 Gatra | Buku | Resensi Memaknai Pengembaraan Melintas Peradaban ADITYA KIRANA Titik Nol adalah prekuel dari dua buku perjalanan penulis sebelumnya. Paradoks-paradoks kehidupan yang terekam dalam perjalanan ini menjadi kekuatan dari hakikat keberagaman kultur umat manusia. Perjalanan menurut sebagian orang adalah cerita tentang pergi jauh menembus batas-batas provinsi, negara; serta benua, dan mungkin juga tentang beberapa penaklukan puncak gunung tertinggi, sungai terpanjang, lembah terdalam, samudra terluas, serta wilayah terdingin. Namun, menurut Agustinus, kerap para pengelana dan penjelajah melupakan bahwa setiap yang pergi pasti akan kembali. Titik Nol, ungkapan filosofis yang merupakan pantulan makna terdalam dari sebuah perjalanan, coba dimaknai Agustinus. Baginya, “jauh” adalah kata yang sering menjadi patokan setiap mengawali sebuah perjalanan. Para penjelajah Eropa dalam penaklukan dan menemukan jalur menuju ke Timur, seperti masa Alfonso d’Alburqurque. Juga di abad ke-20, seperti para astronot yang berlomba menjejakkan kaki ke bulan. Kesemuanya hanya terinspirasi oleh satu kata, jauh. Jauh ke tepi batas yang masih bisa dijangkau manusia. Mengawali perjalanannya melewati Urumqi menuju Kashgar, kota yang disebut sebagai pusat kebudayaan Uyghur dan terkenal dengan masjid-masjid kunonya, ia menjelajah melewati banyak wilayah, banyak cerita, dan tentunya banyak petualangan. Ketika masuk di Tibet sebagai pendatang gelap yang menyelundup, [...]
DetikTravel (2013): Wanita Pushtun
Sebelum Bertemu Cewek Pushtun, Ikuti 4 Tips Ini • Oleh: Putri Rizqi Hernasari – detikTravel • Jumat, 24/05/2013 18:52 WIB • Komentar: 2 Komentar Peshawar – Traveler mana yang tak ingin melihat kecantikan gadis Pushtun dengan mata besar dan hidung mancungnya secara langsung? Jika Anda ingin melihatnya, sebaiknya ikuti dulu tips dari penulis buku Garis Batas, Agustinus Wibowo. Agustinus Wibowo dikenal sebagai penulis yang telah menjelajah ke berbagai negara di dunia. Kisahnya diceritakan lewat buku berjudul Selimut Debu, Garis Batas, dan yang terakhir Titik Nol. Dalam salah satu bukunya, Agus menceritakan tentang petualangannya ke tempat tinggal Suku Pushtun. detikTravel pun sempat berbincang singkat dengannya perihal perjalanannya. Dalam perbincangan Jumat (24/5/2013), pria asal Lumajang ini memberikan tips kepada traveler yang ingin traveling dan bertemu gadis Pushtun: 1. Hindari daerah konflik “Daerah yang dihuni Pushtun terkenal sebagai daerah konflik. Afghanistan sangat tidak direkomendasikan untuk didatangi,” ujar Agus. Afghanistan memang salah satu tempat yang dihuni Suku Pushtun, namun Agus tidak menyarankan turis untuk datang ke sana. Negara tersebut dikenal sebagai negara konflik, jadi demi keamanan, Anda sebaiknya menghindari Afghanistan. Hal ini dilakukan demi keamanan turis. Anda tentu tidak ingin membahayakan diri dengan datang ke daerah perang bukan? 2. Bertemu Suku Pushtun di Peshawar [...]
MyTrip (2013): Titik Nol, Apakah Makna Perjalanan ini Bagimu?
MyTrip Vol12/2013 Book review Teks: Mayawati Nur Halim Foto: Hartadi, Dok.Pribadi Agustinus Wibowo Perjalanan keliling adalah lingkaran sempurna: awal adalah akhir, tiada awal tiada akhir. Aku kembali ke titik nol. Judul: Titik Nol Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit:Gramedia Pustaka Utama Isi: 552 halaman + 40 halaman foto Harga: Rp 98.000 AGUSTINUS WIBOWO Sebelumnya ia telah melahirkan dua buku dengan genre sama yakni Selimut Debu dan Garis Batas. Merupakan kisah petualangannya di Afghanistan dan negeri-negeri Stan di Asia Tengah. Awalnya pemuda Lumajang, Jatim, yang pernah bekerja sebagai jurnalis di Beijing dan Afghanistan ini dikenal publik lewat rubrik “Petualang” di Kompas Cyber Media. Kini ia menetap di Jakarta. SAFARNAMA NAMANYA Judul bukunya memang Titik Nol, tapi Agus menamai catatan pengembaraannya ini dengan Safarnama. Sebuah istilah dari Bahasa Persia yang artinya “catatan perjalanan”. Safarnama inilah yang menjadi inti buku ini, yang diceritakan pada sang bunda yang tengah meregang nyawa di ranjang rumah sakit di Surabaya. Ada 6 subbagian: • Senandung Pengembara tentang Tibet. • Surga Himalaya tentang Nepal. • Kitab Tanpa Aksara tentang India. • Mengejar Batas Cakrawala tentang Pakistan. • Dalam Nama Tuhan masih tentang Pakistan. • Di Balik Selimut [...]
Jakartabeat (2013): Jalan Pulang ‘Titik Nol’
29 April 2013 Jalan Pulang ‘Titik Nol’ Agustinus Written by Arman Dhani Pada satu sore yang teduh saya dan beberapa kawan datang ke acara diskusi buku Titik Nol karya Agustinus Wibowo. Jujur saya katakan sebenarnya saya malas datang. Bukan hanya karena saya tak begitu suka jenis buku ini tapi juga saya pikir fenomena travel writer, siapapun itu, adalah fenomena yang kepalang overrated dan begitu memuakan. Namun saya pikir saya harus bertemu dengan Agustinus. Setidaknya saya harus membenarkan tuduhan saya bahwa selamanya genre ini akan terjebak pada skema deskripsi keindahan dan promosi pariwisata belaka. Tapi rupanya saya memang ditakdirkan untuk salah. “Menulis perjalanan adalah usaha untuk menulis tentang manusia dan kemanusiaan. Jika tulisan perjalanan tak bicara tentang manusia. Maka ia adalah tulisan yang mati,” kata Agustinus ketika saya berjumpa dengannya sore itu. Lelaki pendek berkulit putih ini jauh dari bayangan awal saya dari penulis catatan perjalanan yang usai mengarungi jalan yang luas. Saya kira ia akan tinggi besar, brewok yang lebat dan tubuh yang kekar. Tapi penampilan memang seringkali menipu. Tak saya sangka lelaki peranakan Tionghoa di depan saya yang begitu santun dan komikal, telah menaklukan salah satu dataran tinggi paling mematikan di dunia. Kadang untuk mencari ke dalam seseorang harus [...]
Whiteboard Journal (2013): Journeys Through The Viewfinder
http://whiteboardjournal.com/focus/6072/journeys-through-the-viewfinder-2/ 29 April 2013 Whiteboard Journal Journeys Through The Viewfinder The Photographic Tales of Two Indonesian Travellers They say a photograph is worth a thousand words, but Agustinus Wibowo and Dave Lumenta, two individuals who have travelled extensively, prove that the value of photographs go beyond the number of words they are able to represent. Featuring the works of these prominent figures, this article highlights the connection between photography and travelling. Author Dwiputri Pertiwi · Photo/Illustration Agustinus Wibowo and Dave Lumenta 04/29/13 · 22,329 Views We are perhaps all too familiar with the phrase, “seeing is believing.” It is the perfect line to start a philosophical discussion, but it is just as popular among advertising agencies – haven’t we become acquainted with several variations of the concept? Most of us must see to confirm the realness of an object, even though there are times when our minds play vicious tricks on us. After all, who hasn’t heard stories of people claiming to see large bodies of water in the middle of a desert? Tom Chatfield wrote in his essay on the increasingly intensified connection between humans and gadgets, that our greatest fear is that “the world around us is a [...]
ChinaNews 中国新闻网 (2013): 印尼华裔青年作家出版新著 讲述游历多国经历
4月20日晚,印尼华裔青年作家翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)在泗水敦绒望商厦Gramedia书店举行《零点》(Titik Nol)新书发布会。来自泗水市和外埠的读者,及泗水华社代表郑菊花、何婉芸、吴萌暄和陈新来出席了活动。
发布会上,翁鸿鸣介绍《零点》是他的新作。之前,他已经出版两本书《灰尘毯子》(Selimut Debu)和《界线》(Garis Batas)。《零点》讲述当年他当背包族(Backpacker)游览中国西藏、尼泊尔、印度和阿富汗的经历。
千岛日报(2013): 华裔青年作家翁鸿鸣出版新书《零点》
2013年4月25日
(本 报记者徐健境报道)4月20日晚上6时,我国华裔青年作家翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)在泗水敦绒望商厦Gramedia书店举行《零点》(Titik Nol)新书发布会。来自泗水市和外埠的读者,及泗水华社代表郑菊花、何婉芸、吴萌暄和陈新来出席了活动。
National Geographic Traveler Indonesia (2013): Mari Menjelajah!
APRIL 2013 Mari Menjelajah! Memaknai eksplorasi yang sarat falsafah. Teks oleh Vega Probo, Foto oleh Fredy Susanto Tepuk tangan riuh memenuhi satu sudut Toko Buku Gramedia, Central Park, Jakarta Barat, pada akhir Februari, saat digelar Frame Fotokita-perdana tahun ini—yang mengusung tema penjelajahan. Apresiasi dari sekitar 100 hadirin disampaikan kepada Ukirsari Manggalani dan Agustinus Wibowo, usai kedua pembicara ini berbagi pengalaman menjelajah. Berawal dari pejalan solo, Ukirsari yang juga akrab disapa Arie, kemudian bergabung dengan NG traveler sebagai editor teks. Karena prinsip national geographic tentang semangat eksplorasi selaras minatnya. “Ternyata bukan hanya saya yang memiliki pandangan seperti ini,” kata Ukirsari. “Dr. Brady Barr, herpetologist dan pemandu serial Dangerous Encounters national geographic CHANNEL, yang saya temui di suatu kesempatan pun menyatakan: ‘national geographic adalah wahana yang tepat untuk mengedukasi masyarakat tentang pelestarian Bumi dan semangat eksplorasi.'” Bergabung bersama NG traveler semakin mengukuhkan cara pandang Ukirsari dalam mengeksplorasi alam dan budaya, khususnya tentang kearifan lokal serta geowisata-tagline NG traveler yang disosialisasikan dua tahun terakhir. Dengan mengedepankan unsur-unsur geografis, diharapkan siapa pun penjelajah mampu meminimalkan atas dampak yang mungkin timbul. Sementara Agustinus, penulis buku perjalanan Selimut Debu, Garis Batas dan yang paling gres, Titik [...]
Surabaya Highlight (2013): How Much Are You Willing to Let Go?
19 April 2013 Surabaya Highlight http://surabayahighlight.com/highlights-of-the-week/newcomers-in-town/third-cultured/how-much-are-you-willing-to-let-go How Much Are You Willing to Let Go? Surabaya – “There’s no end to traveling, it is all about how well we understand places that we have visited,” an afternoon talk during lunch with Agustinus Wibowo is such an eye opener for lucky Surabaya Highlight. Agustinus Wibowo is a travel writer and freelance journalist that was born and raised in Lumajang, East Java. In his short visit to Surabaya, he agreed to meet us and share his inspiring life to Surabaya Highlight’s readers. Coming from a small town of Lumajang, Agus had a dream to someday see the world outside his hometown. “Children would run around screaming to a plane passing by. I always watch Dunia Dalam Berita, because that was the only chance I had to see the world since there was no internet or other programs,” his vivid explanation made us picturing how it was back then when Agus was a child. Such limitation did not conquer his passion on the outside world because at his fifth grade of elementary school, he started exchanging letters to pen pal around the world. Amazingly, in his early age he made friends with 70 [...]
Kompas (2013): 7 Pengarang Fiksi GPU Berbagi Rahasia
6 April 2013 http://female.kompas.com/read/2013/04/06/20540843/7.Pengarang.Fiksi.GPU.Berbagi.Rahasia KOMPAS.com – Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) menggelar temu pengarang dan pembaca fiksi di Gedung Kompas-Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta, Sabtu (6/4/2013). Sekitar 50an pengarang turut hadir dan tujuh di antaranya berbagi rahasia penulisan. Tujuh pengarang tersebut yakni Okky Madasari (Entrok, 86, Maryam), Andina Dwifatma (Semusim, dan Semusim Lagi), Lexie Xu (Omen Series), Anastasia Aemilia (Katarsis), Agustinus Wibowo (Garis Batas, Titik Nol), Rina Suryakusuma (Jejak Kenangan), dan aliaZalea (The Devil in Black Jeans). Dalam sesi kreatif penulisan, ketujuh penulis mendapat banyak pertanyaan dari sekitar 200 pembaca yang hadir. Mereka juga diberi kesempatan untuk menawarkan naskah yang mereka tulis. “Menulis itu yang paling penting adalah ide, bukan teknis. Kalau ide kuat, mestinya bisa tuntas,” ujar Okky, yang juga peraih Khatulistiwa Literary Award 2012. Masing-masing pengarang punya rahasia dan triknya sendiri-sendiri. Andina Dwifatma, pemenang sayembara menulis novel DKJ 2012, mengaku dirinya kerap bereksperimen dengan tulisan, seperti tentang cinta dan bagaimana kalau rasa itu dihilangkan. “Saya punya tiga tips khusus dalam menulis, yakni outline sebagai panduan, jangan takut salah, dan percaya tidak ada yang baru di dunia ini selain kebaruan dalam mengungkapkannya lagi,” ujar Andina. Lain lagi Anastasia Aemilia. Sebagai penulis [...]
Jakarta Globe (2013): Detailing a Nomad’s Return to Point Zero
4 April 2013 http://www.thejakartaglobe.com/features/detailing-a-nomads-return-to-point-zero/583242/ Detailing a Nomad’s Return to Point Zero By Lisa Siregar on 3:24 pm April 4, 2013. Category Features, Travel Travel writer Agustinus Wibowo has walked many kilometers and dangerous turns during adventures in Afghanistan and across Asia — a long way from his childhood days in Lumajang, East Java, when he used to chase passing aircraft. After years away from his family, Agustinus eventually returned home to read the stories he had written about his experiences to his ill, bedridden mother. These previously unpublished tales of his journeys to Nepal, India and Pakistan, as well as the conversations with his mother in her final days, are the main themes of his new book, “Titik Nol” (“The Zero Point”, or “Ground Zero”). “To lose my mother is the worst thing that happened to me in my life,” Agustinus said at the launch of his book in Jakarta. “But I keep writing, because it is a spiritual healing for me.” “Titik Nol” is Agustinus’s third travel book. He has already published “Selimut Debu” (“Blankets of Dust”) in 2010 and “Garis Batas” (“Borderlines”) in 2011. For Agustinus, the zero point means self-discovery, which begins when one returns home. The [...]
Gramedia (2013): Resensi Pilihan – Titik Nol
2 April 2013 http://gramedia.tumblr.com/post/46926421949/resensi-pilihan-titik-nol-agustinus-wibowo Oleh: Nabila Budayana (http://www.goodreads.com/review/show/549712128) Selimut Debu adalah buku yang ‘nyaris tak memberikan celah’. Garis Batas ‘sedikit memberikan celah’. Titik Nol adalah buku yang terbuka. Membaca Titik Nol bukan hanya tentang mengenali dan menyelami berbagai makna dalam kehidupan dari sebuah perjalanan, namun juga mengenal pandangan dan isi hati sang penulis. Sempat beredar kabar akan terbit di tahun 2012, mundur menjadi awal Februari 2013, akhirnya benar-benar beredar di akhir Februari 2013. Saya termasuk yang menunggu. Cover birunya memperlihatkan seorang anak yang seakan terbang setelah melompat dari batang pohon yang tak berdahan dan berdaun. Bagi saya, cover itu bercerita tentang kebebasan dan keberanian. Identik dengan sisi yang dimiliki seorang pejalan. Jauh hari sebelum buku ini terbit, penulis telah mengatakan bahwa Titik Nol kelak akan berupa makna perjalanan, bukan hanya perkara destinasi. Sesuai dengan tagline yang digunakan : “Makna Sebuah Perjalanan”. Makna perjalanan yang menjadi tema besar dari buku ini mencakup begitu banyak hal yang seakan tak habis. Menggabungkan kisah tentang tujuan (Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan) dan perenungan bukan hal mudah. Melalui Twitteriak, Agustinus Wibowo mengatakan ada dua plot paralel dalam Titik Nol. Nyatanya, dua plot tersebut adalah kisah tentang mama penulis dan kisah tentang [...]
Femina (2013): Pilihan Weekend—Titik Nol
2 April 2013 Femina Pilihan Weekend http://www.femina.co.id/shop.dine/pilihan.weekend/titik.nol/007/004/680 Titik Nol Agustinus Wibowo/ Gramedia Titik nol bagi sang penulis berarti kembali pada diri kita sendiri. Travel writer yang satu ini memang beda dan selalu memiliki perspektif yang unik. Tak melulu menggambarkan keindahan Asia Tengah yang ia kunjungi, tapi lebih pada esensi sebuah perjalanan bagi dirinya. Buku ini menjadi semacam narasi perjalanan, memoar, semi-autobiografi seorang Agustinus Wibowo, bagaimana ia bertransformasi dari seorang kutu buku menjadi pria seperti dirinya hari ini. Buku ini juga banyak menampilkan foto-foto koleksi perjalanannya yang [...]
DailySylvia (2013): Titik Nol
1 Apr 2013 http://www.dailysylvia.com/2013/04/01/titik-nol/ Titik Nol Penulis: Agustinus Wibowo Penerbit: Gramedia Pustaka Utama TIDAK JAUH dari tema dua buku yang sebelumnya, Selimut Debu dan Garis Batas, penulis serta penikmat perjalanan Agustinus Wibowo kembali mengeluarkan buku dengan tema perjalanan, pencarian makna dan tentu saja pencarian akan jati diri sendiri, Titik Nol. Bedanya, setelah menghabiskan tahun-tahun hidupnya dengan berkelana ke negara-negara seperti Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan bahkan sampai ke negara yang dipercaya menyimpan kebahagiaan di balik punggung-punggung gunung yang misterius, Agustinus malah membuka lembar pertama bukunya ini dengan kalimat yang mencengangkan–atau bisa dibilang mengagetkan bagi seorang pengembara bagi dirinya, “Aku pulang.” Apabila dalam perjalanannya, Agustinus banyak diperhadapkan dengan kisah-kisah tragedi kemanusiaan–kali ini ia harus berhadapan dengan kisah miliknya sendiri; berhadapan dengan kenyataan bahwa ibunya, orang yang paling dikasihinya, ternyata mengidap penyakit kanker yang terus menggerogoti tubuhnya perlahan-lahan. Kesedihan serta perasaan bersalah karena merasa telah bersikap “begitu egois’ membuatnya mencoba menebus waktu kebersamaan yang hilang selama mereka hidup berjauhan dengan menceritakan Safarnama (catatan perjalanan) kepada sang Ibu–dan di setiap akhir fragmen kisah perjalanannya, Agustinus selalu membawa pembaca kembali ke kamar di sebuah rumah sakit. [...]
TourismNews (2013): Titik Nol, Pemaknaan Sebuah Perjalanan
http://tourismnews.co.id/category/books/titik-nol-pemaknaan-sebuah-perjalanan March 2013 TourismNews Agustinus Wibowo kembali menghadirkan cerita perjalanannya. Setelah Selimut debu pada tahun 2010 dan Garis Batas pada tahun 2011 kini setelah 2 tahun proses penulisannya, hadir buku ketiganya, Titik Nol. Diluncurkan beberapa waktu lalu di toko buku Kinokuniya Plaza Senayan, Jakarta, Buku Titik Nol sebenarnya sudah jual ke khalayak umum sejak tanggal 21 Februari 2013 dan sampai peluncurkannya telah mengalami cetak ulang. Agustinus Wibowo memulai perjalanannya sebagai perjalanan wisata backpacking biasa ke tempat-tempat wisata dunia. Dari China ia memulai perjalanan backpackingnya ke Afrika Selatan lewat jalan darat. Dengan bermodalkan 2000 Dollar Amerika, pria asal Surabaya ini memulai perjalanannya dengan menyelundup ke Tibet. Dari Tibet dilanjutkan ke Nepal, India, Pakistan dan Afganistan. Di negeri konflik bersenjata ini ia sempat tinggal 3 tahun sebagai volunteer. Kemudia dilanjutkan ke negara – negara pecahan Uni Soviet, Mulai Turkmenistan, Tajikistan, Ubekistan dan negara-negara Stan lainnya. Catatan perjalannya itu dibagi ke masyarakat Indonesia pertama-tama melalui cerita bersambung di Kompas.com. Dengan gaya penceritaan non fiksi secara bertutur namun bergaya sastrawi, cerita perjalannya menjadi lebih dari sekedar wisata, menjadi kisah pribadi memaknai kemanusiaan melalui orang-orang, budaya dan bangsa yang ia temuinya. Titik Nol diambil dari hasil perenungannya [...]