IndonesiaKreatif (2013): Proses Kreatif Travel Writer ala Agustinus Wibowo
http://indonesiakreatif.net/news/liputan-event/proses-kreatif-travel-writer-ala-agustinus-wibowo/
Proses Kreatif Travel Writer ala Agustinus Wibowo
by Langlang R
Banyak orang yang melakukan perjalanan, namun sedikit yang merenungkan, apalagi mengabadikannya dalam bentuk sebuah tulisan. Padahal, sebuah peristiwa atau pengalaman yang pernah kita rasakan akan menguap tanpa makna jika dibiarkan hanya lewat begitu saja. Tak ada yang terbagikan pada orang lain, maka tak ada manfaat yang terpetik dari sebuah perjalanan yang kita tempuh. Maka, menuliskan kisah dan renungan catatan perjalanan bagi mereka yang memilih jalan menjadi seorang petualang, adalah hal yang sangat baik dan penuh manfaat. Hal ini pulalah yang kemudian dilakukan oleh lelaki petualang bernama Agustinus Wibowo yang catatan perjalanannya sudah dibukukan Penerbit Gramedia dengan judul Garis Batas, Selimut Debu, dan Titik Nol. Ketiga buku tersebut langsung mendapatkan sambutan luar biasa dari pembaca. Bagaimana itu bisa terjadi? Agus pun membagi-bagikan pengalaman dan ilmunya kepada sejumlah remaja di Banten yang tergabung dalam kelas menulis Rumah Dunia.
Perenungan Diri
Bertempat di pendopo Rumah Dunia, acara yang bertajuk Bincang Proses Kreatif Travel Writer ini digelar pada Selasa (12/3). Sang penulis, Agustinus Wibowo, mengatakan bahwa sebuah perjalanan atau backpacker-an bukan soal berapa rentang jarak atau waktu yang ditempuh, melainkan bagaimana kita bisa belajar dari pengalaman orang lain, sehingga itu menjadi refleksi bagi diri kita sendiri.
Agustinus yang sudah mengelilingi berbagai negara, seperti Cina, Tibet, Pakistan, Nepal dan lain-lain, berbagi pengalaman dan proses kreatifnya dalam menulis buku catatan perjalanan di depan 50 peserta diskusi. Agus menambahkan, “mata” seorang penulis catatan perjalanan mesti kuat dalam hal mengingat dan mengamati sekeliling. “Seorang travel harus selalu ingin tahu, sehingga kita bisa menemukan makna dari perjalanan kita,” kata Agus yang sudah melanglang buana selama lima tahun.
Menurut Agus, deskripsi dalam penulisan catatan perjalanan memang sangat penting sebagai salah satu trik agar pembaca tertarik dan tulisan kita jadi kuat. “Tapi, menurut saya masih ada yang lebih penting dari sekedar deskripsi, yaitu mengutamakan koneksi dengan pembaca, lewat persamaan dan perenungan.”
Kekuatan Bukan Ketakutan
Sobirin, salah satu peserta diskusi menanyakan bagaimana tips-tips agar para petualang pemula bisa berani dan memulai petualangan. “Ketakutan itu wajar. Manusiawi. Dan saya juga dalam bertualang selalu merasakan ketakutan-ketakutan. Intinya bagaimana kita bisa mengubah rasa takut itu jadi kekuatan. Jangan sampai rasa takut itu menghambat perjalanan kita!” ujar Agus, yang juga mengatakan seorang petualang mesti melebur pada masyarakat lokal yang disinggahi.
Selain Agustinus, masih ada Amang Suramang (publisis) yang juga ikut meramaikan acara Klub Diskusi Rumah Dunia. Amang berbagi soal dunia perbukuan. Amang mengaku dirinya sudah terlanjur jatuh cinta pada dunia buku, sebab sejak SD dia selalu dekat dengan buku dan rajin membacanya. Amang mengaku sering mempromosikan buku bagus lewat Twitter atau Facebook, meski buku tersebut belum terbit. “Kita memberikan info pada pembaca bahwa buku ini bagus, seperti tulisan yang ada pada belakang buku,” kata Amang.
—
Foto: Langlang Randhawa | Editor: Intan Larasati
Langlang R
Penulis novel Slonong Boy Millionaire (B-First-Mizan Group: 2009), Merah Putih di Old Trafford (Kaifa-Mizan Group: 2010), dan Sangkala Lima (Salamadani-Grafindo: 2012). Penulis antologi cerpennya di buku “Gilalova” (Gong Publishing: 2010) dan kumpulan essai dalam buku “Relawan Dunia” (Kepustakaan Populer Gramedia: 2011).
saya suka kalimat pertamanya; “Banyak orang yang melakukan perjalanan, namun sedikit yang merenungkan, apalagi mengabadikannya dalam bentuk sebuah tulisan. ”
lalu quote mas agus yg lain yg saya baca entah dimana, “bukan berapa jumlah negara yg kamu kunjungi, tapi sudut pandang kamu” … yah, that’s true.