Articles by Agustinus Wibowo
Puisi dari seorang sahabat, kakak, ibu, yang senantiasa menghiburku di Beijing Untuk Agus pada detik yang suram ini Menangislah Kerana kehilangan yang dikasihi Tanda sepinya hati pada hari-hari menanti Kerana tidak bertemu lagi di mayapada ini Bukan kerana kesal atau tidak meredai Saat manis dengannya Pengorbananmu juga Meskipun sedikit untuknya Pasti kekal menghias hidupmu Menangislah Andaikata sudah pasrah Bayangan untuknya pasti yang indah Salam Takziah daripada: Atiah Saleh 29 Julai [...]
Bon Voyage, Mama
Bon voyage, Mom, rest in peace…. After a year of suffering, now you are happy at HIS side. After a month of hunger and thirst, now you can eat anything you want. Please forgive your son, who couldnt make you happy and satisfied yet in your life. Rest in [...]
Mama…
Mama yang mengejang sewaktu melahirkanku , Merana kalaku terlahir, Membesarkanku, Menyuapiku, Membuatkan kue tart pada ulang tahunku, Membelaiku… Aku hanya mengipasinya kala ia terbaring di rumah sakit, tak berdaya, Betapa berdosanya aku… Mama yang mendidikku, Mengajarkanku arti perjuangan, Mengajarkanku semangat, keberanian untuk tidak diinjak, Mengajarkanku perlawanan, Aku hanya membiayai sebagian biaya rumah sakit, Dan aku sudah menepuk dada sebagai anak yang berbakti, Betapa berdosanya aku… Mama yang tersenyum bangga kala aku berhasil di sekolah Menangisi kepergianku ke Tiongkok, Meneteskan air mata setiap mendengar berita bom di Pakistan dan Afghanistan, Menantikan datangnya telefonku dari negeri antah berantah, Dan aku hanya mengiriminya kartu pos Mengirimi artikel-artikel yang dimuat di majalah dan koran, Betapa berdosanya aku… Mama yang tersenyum dalam penderitaan, Menahan setiap rasa sakit yang menghujam, Mengelus-elusi kanker yang menggumpal, Bermimpi untuk cepat-cepat meninggalkan rumah sakit, Dan aku hanya bisa berucap, dari ribuan kilometer, “Mama, janganlah engkau terlalu lama menderita,” Betapa berdosanya [...]
Surabaya – Ciuman Terakhir?
Hari ini mungkin adalah hari yang paling penuh air mata bagiku, walaupun aku sudah berusaha tegar, setegar-tegarnya. Aku tak mampu menulis banyak, perasaanku masih berguncang. Sudah 12 hari ini mama masuk rumah sakit Adi Husada di Surabaya. Mama adalah penderita kanker. Tahun lalu mama kena kanker ovarium, sudah dioperasi di Surabaya. Waktu itu, dokter yang membedah mama melihat ada kanker lain di usus. Bukannya diangkat, kanker itu malah didiamkan. Dua hari sesudah operasi mama malah dikemo. Tentu saja tubuh mama jadi lemah. Aku langsung terbang meninggalkan semua kehidupanku di Afghanistan, untuk membawa mama berobat di rumah sakit Heng Sheng di Shenzhen. Di sana mama dikemo dua kali, lalu dioperasi. Dokter menjanjikan kami, setelah mama dioperasi, mama akan hidup sebagaimana orang normal. Kami senang sekali, dan mama pun sangat semangat. Mama adalah perempuan tangguh. Darinya aku belajar arti perjuangan. Mama tidak pernah mengeluh atau menangis. Setiap pagi dia selalu membangunkan aku untuk olah raga bersama. Aku berlari, mama bersenam. Sorenya pun mama masih pergi menari di lapangan seberang rumah sakit. Dua bulan di Shenzhen adalah dua bulan yang penuh arti. Aku memang menemani mama yang sedang sakit, tetapi sebenarnya mamalah yang banyak memberiku energi positif. Sepulang dari Shenzhen, baik aku dan [...]
The Jakarta Post (2010): A thrill ride to Afghanistan
http://www.thejakartapost.com/news/2010/06/27/a-thrill-ride-afghanistan.html A thrill ride to Afghanistan Indah Setiawati, The Jakarta Post, Jakarta | Feature | Sun, June 27 2010, 10:30 AM Several years ago, a man dreamed of traveling to Afghanistan to see what was behind the dust — the seemingly endless war, the grenades, the refugees, the Taliban. In his dream, he saw two gigantic statues of Buddha located in Bamiyan valley and was mesmerized by a soft, deep whisper from a girl with beautiful eyes, who stared at him from behind a blue burqa. In 2003, Indonesian Agustinus Wibowo made his dream come true and backpacked from Beijing to Afghanistan with only US$300. After his journey, he wrote Selimut Debu (Blanket of Dust) which gives his insights on daily life in the war-ravaged country. The author views Indonesia from the perspective of the Afghans as he unveils the beauties, miseries and ironies of a country where warfare is reported daily on televisions and in the newspapers. His description on cultural and ethnic diversity in Afghanistan as well as some branches within Islam somehow reminds us of the same situation back home. He also mentions about humanity being ignored by people who busily introduce religious absolutism. Agustinus, who can [...]
U-Mag (2010): Burkutchu-Si Pemburu Elang
Maret 2010: U-MAG Travel Wajah Mongolia ini barangkali jauh dari bayangan banyak orang, tatkala Agustinus Wibowo merekamnya pada musim gugur lalu: sabana hijau beralih menjadi samudra salju, dan para pengelana berpindah dari kemah nomaden ke gubuk-gubuk kayu agar lebih hangat. Inilah negeri tempat tradisi ribuan tahun tetap hidup dengan jaya di dalam diri para pemburu serta elangelang raksasa yang merajai angkasa raya. Musim panas lewat diam-diam, meninggalkan jejak di padang rumput yang cokelat kekuningan. Mongolia—yang terkungkung di tengah daratan mahaluas—tiba-tiba sunyi dari hiruk-pikuk para pelancong. Semua wisatawan bergegas meninggalkan negeri itu di ambang musim gugur. Hawa dingin menjalar cepat dan sungguh tak bersahabat. Salju melumat seluruh negeri sejak pertengahan September. Suhu anjlok dari hari ke hari. Kehijauan padang rumput beralih menjadi samudra putih yang menggentarkan hati. Mongolia adalah tanah yang ramah, hangat, dan indah pada Juni hingga Agustus. Di musim panas singkat ini, matahari terbit di waktu subuh, bersinar terik sepanjang hari, dan terbenam menjelang tengah malam. Tapi musim gugur datang terlalu cepat, sebelum orang tanak menikmati sinar surya. Angin dingin dan salju September hanyalah ”pembuka” sebelum Mongolia mengarungi hari-hari dengan temperatur jauh lebih ganas: bisa minus 60 derajat Celsius. Embusan napas langsung menjadi es, darah membeku, pembuluh perih [...]
U-Mag (2010): Selimut Debu—Catatan Backpacker Tulen
Maret 2010 U-Mag Buku//Troli Catatan Backpacker Tulen Jika perjalanan backpacking Anda ke Kamboja dengan pesawat murah dan menginap di hostel penuh bule bau sudah dianggap luar biasa, sebaiknya Anda membaca Selimut Debu. Sang penulis bisa dibilang backpacker Indonesia paling gila. Selimut Debu AGUSTINUS WIBOWO 461 halaman Gramedia Pustaka Utama Januari 2010 Dengan hanya mengantongi US$ 300 (sekitar Rp 2,8 juta), Agustinus Wibowo nekat memulai perjalanan dari Beijing ke Afganistan. Dia menyambangi negeri itu ketika residu perang Taliban- Amerika masih terbang di udara, 2003. Agus menumpang kereta kelas kambing, bus, dan truk; bertahan hidup hanya dengan jajanan pasar; dan menembus keganasan gunung-gunung di utara Pakistan. Di buku harian kumal, ia menuliskan kisah perjalanannya yang benar-benar luar biasa: menembakkan Kalashnikov ke gua Usamah bin Ladin, hampir diperkosa gay Afgan, dan berkalikali ditangkap tentara. Catatan di buku harian kumal itulah yang kini bias kita nikmati dalam buku setebal 461 halaman dengan foto-foto indah hasil jepretannya sendiri. Tak hanya berbekal kisah dramatis, Agus juga memiliki kemampuan menulis dengan baik. Bahasanya lancar, logikanya runut, dan pemilihan diksinya sangat luas. Oh ya, Tuhan sepertinya membekali Agus kemampuan berbahasa. Selain berbahasa Indonesia dengan baik, dia mampu berkomunikasi dalam selusin bahasa—Cina, Rusia, Urdu, Farsi, dan bahasa negeri-negeri [...]
My First Book, “BLANKET OF DUST — SELIMUT DEBU” is Launched in Indonesia
Finally…. after long time of editing and rewriting, and editing again, and rewriting again, (I already have lost count about the process), my first travel narrative book will be launched by Gramedia Pustaka Utama, one of the leading publishers in Indonesia, by January 12, 2010. This book is about Afghanistan, based of my travel around the country by hitchhiking in 2006, but the contents are enriched with my contemplation after my two and half year stay in Afghanistan as a journalist. The first edition is in Indonesian, but hopefully an English version will come out soon as well. ——————————————– http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=KAHI4419&kat=4 Selimut Debu – Agustinus Wibowo 468 halaman Rp69.000,- Dilengkapi foto-foto berwarna. No GM 40101100002 ISBN: 978-979-22-5285-9 Pada tahun 2006, Agustinus mulai melintasi perbatasan antar negara menuju Afghanistan, dan selama dua tahun ia menetap di Kabul sebagai fotografer jurnalis—catatannya di buku ini adalah hasil perenungan yang memakan waktu tak singkat. Selimut Debu akan membawa Anda berkeliling “negeri mimpi”—yang biasa dihadirkan lewat gambaran reruntuhan, korban ranjau, atau anak jalanan mengemis di jalan umum—sambil menapaki jejak kaki Agustinus yang telah lama hilang ditiup angin gurun, namun tetap membekas dalam memori. Anda akan sibuk naik-turun truk, mendaki gunung dan menuruni lembah, meminum teh dengan [...]
Aplaus (2009): Single Fighters – True Story Unveiled
Edisi 112 Aplaus Fokus http://www.aplausthelifestyle.com/result_detail.php?id=1245&index=36 Single Fighters: The True Story Unveiled Teks oleh Linda Yusmiyani & Judika B.M Foto Bobby Wongso Wennars, Istimewa & dari berbagai sumber Menjadi single fighter bukan berarti harus merasa sendiri. Justru merupakan proses perjuangan untuk melatih melupakan ego, percaya diri dan mensyukuri kemandirian yang telah dianugerahkan. BANYAK hal yang harus dilewati untuk menjadi sukses karena kemandirian. Mulai dari jalan berbatu, berliku, bertemu dengan orang yang salah, merasakan jatuh, sebelum akhirnya menggenggam sukses sejati seperti mereka ini. 1.Go Far And Experience The World Agustinus Wibowo (Backpacker) Masih muda, tapi pengalaman backpacking-nya segudang. Apalagi kegigihan dan kemandiriannya dalam menelusuri hampir seluruh negara di Asia. Awal petualangan backpaking kamu gimana sih? Tahun 2001 saya terinspirasi seorang teman perempuan dari Jepang yang melakukan perjalanan sendiri mengelilingi negara Asia Tenggara, tanpa menguasai bahasa selain bahasa Jepang. Dari petualangannya, setahun kemudian saya melakukan backpacking pertama ke Mongolia, berkemah mengelilingi negeri itu selama tiga bulan. Perjalanan backpacking kamu sudah ke mana aja? Tahun 2005, ketika baru lulus kuliah di Beijing, saya bercita-cita melakukan perjalanan panjang dari Beijing ke Afrika Selatan, melalui jalan darat. Perjalanan saya bertahan selama 1 tahun 7 bulan, melintasi pegunungan Tibet, Nepal, [...]
Mashhad – The Empty Border
The dusty border Two years ago, when I came to Iran for the first time through the Islam Qala border, I was astonished by the scene of hundreds of wild Afghan men fighting to pass the border line, to quit their homeland and reach hope in rich Iran. But now, it’s not anymore the scene. The Afghan-Iranian border in Islam Qala is quite empty. Iran has tightened up the visa approval for Afghans. Land crossing is no more permitted for ordinary Afghans. The Iranian visa from Kabul is mostly stamped “For Air Travel Only”, putting them to obtain roundtrip ticket only with Iranian airlines. In some cases, visa applicants need to spend at least 1000 dollars just to get the entry visa. Indeed, one’s passport determines his or her fate. I arrived in Afghan immigration hall after 100 meter walk. People are sitting idly to wait for the officers come back from their lunch break. There are three officers behind the table. One is examining the passports, one is stamping, and the last one is noting down t he data before distributing the passports. All Afghans have to pay 10.000 Rial or 40 Afghani to the man who stamped the [...]
Lion Air Magazine (2009): Surga di Bumi Afghan
May 2009 LionMag SURGA DI BUMI AFGHAN Teks dan foto-foto: Agustinus Wibowo Adakah surga di Afghanistan? Lupakan gurun tandus dan desingan badai pasir. Lupakan perang, mayat bergelimpangan, ledakan bom. Di sini yang ada hanya kesunyian dan kedamaian di padang rumput hijau membentang, dikelilingi gunung bertudung salju yang bagaikan dinding berjajar di segala arah. Danau biru hening memantulkan kelamnya langit. Anak gembala mengiring kawanan ratusan domba dan yak, perlahan melintasi gunung cadas. Pegunungan Pamir boleh jadi adalah tempat paling terpencil di negara ini. Letaknya di ujung terjauh di timur laut, dikelilingi oleh Cina, Tajikistan, dan Pakistan. Orang lebih mengenalnya dengan nama Atap Dunia di mana awan begitu rendah, nyaris tergapai. Di sini waktu pun seperti berhenti mengalir. Bangsa pengembara tinggal di kemah bundar, berpindah-pindah padang seiring bergantinya musim, mencari mata air dan rumput untuk menghidupi mereka sepanjang tahun. Ini adalah cara hidup yang sama seperti nenek moyang mereka ratusan tahun silam. Surga –kalau boleh kedamaian di tengah kecamuk perang Afghanistan ini disebut– sungguh tak mudah dijangkau. Ketika di zaman modern ini pesawat terbang sudah mewujudkan fantasi manusia untuk menjelajah bumi dengan kecepatan seribuan kilometer per jam, di pegunungan ini perjalanan masih berarti merayap perlahan di atas punggung kuda atau keledai [...]
HerWorld (2009): Life is Beautiful Around the World
May 2009 HERWORLD FEATURE LIFE IS BEAUTIFUL AROUND THE WORLD PITTA SEKAR WANGI memutar bola dunia searah jarum jam dan menunjuk benua yang ingin dikunjungi. Lalu, kembali lagi menghadap monitor dan berselancar. Orang bijak berkata, kejarlah mimpi hingga ke negeri Cina. Seorang teman terusik mendengar kalimat bijak tersebut kemudian bertanya, “Cuma sampai ke negeri Cina saja? Kan Cina itu dekat banget!” Secara logika, apabila ditempuh melewati jalur udara memang sangat dekat. Namun banyak cara untuk menuju Cina, bisa melewati India, Burma bahkan Hong Kong. Alasannya bisa beragam mengapa Anda memilih melewati negara-negara tersebut. Begitu juga dengan traveling, Anda sendiri yang memutuskan tujuannya dan bagaimana bisa menikmatinya sesuai dengan budget Anda. Simak 3 kisah petualangan dari Ninit Yunita, Agustinus Wibowo, Wasti Priandjani dan pengalaman seru menjadi host untuk tamu turis asing, Carmelita Bahrun. journey begins with Apabila ingin memulai sesuatu harus dengan niat dan usaha, so they say. Begitu juga dengan memulai perjalanan. Tepatnya membuat rencana. Sama seperti Anda ingin memulai bisnis atau proyek baru, perencanaan memegang peranan sangat penting. Karena dari situ, Anda bisa menentukan tempat tujuan, budget, transportasi, akomodasi, makanan hingga suvenir. Agustinus Wibowo yang saat ini sedang bermukim di Afghanistan mengatakan sejak kecil ia bercita-cita untuk mempelajari berbagai [...]
Hidup (2008): Agustinus Wibowo, Menyusuri Negeri Tak Dikenal
27 Juli 2008 HIDUP Agustinus Wibowo Menyusuri Negeri Tak Dikenal “Hidup adalah perjalanan. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup kita akan selesai. Begitu pula saya tidak tahu kapan petualangan saya ini akan berakhir,” tulis Agustinus Wibowo lewat surat elektronik. SUDAH tiga tahun, Agus melakukan perjalanan tanpa jeda. la melintasi Asia Selatan dan Tengah melalui jalur darat. Agus memang sedang melakukan misi pribadi berkeliling Asia. Perjalanannya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, 31 Juli 2005. la menuju Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, dan menembus Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali ke Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan, dan Turkmenistan. la menempuh perjalanan itu dengan berbagai ragam alat transportasi, seperti kereta api, bus, truk, kuda, keledai, bahkan berjalan kaki. Agus memang menghindari perjalanan dengan pesawat. “Perjalanan udara menghalangi saya menyerap saripati tempat yang saya lalui,” ujarnya dalam perbincangan lewat internet, beberapa waktu lalu. la ingin menyatu dengan budaya, menjalin persahabatan. mencecap kehidupan masyarakat yang dikunjunginya. Agus memulai perjalanan berbekal 2.000 dolar AS. hasil tabungan saat ia kuliah di Universitas Tshinghua Beijing, Cina. Ketika bekal habis, ia menetap sementara di suatu tempat, la bekerja apa saja untuk mendapat [...]
U-Mag (2008): Tulip Merah di Hari Baru
June 2008 U-Mag Travel TULIP MERAH DI HARI BARU Teks dan Foto: Agustinus Wibowo “Biya ke berim ba Mazar…. Mulla Muhammad jan,” lagu rakyat Afghan itu mendayu perlahan-lahan, mengajak semua orang pergi ke kota suci Mazar-e-Sharif. Di sana ada tulip merah merekah, makam suci bertasbih mukjizat, ada semangat Afghan yang menggelora. Di sana ada Singa Allah, raja umat manusia. Di sana, kita menyambut datangnya Hari Baru ketika salju mencair, angin dingin mereda, dan padang rumput menghijau… Naw Ruz Inilah Afghanistan, negeri yang tersembunyi di alam mimpi. Namanya lebih kerap menyiratkan kekerasan, perang, dan maut. Tetapi di sinilah sesungguhnya peradaban mulai berayun. Kota-kota kuno tegak, kejayaan masa lalu berpendar, kehidupan spiritual berbaur dengan adat dan embusan nafas penduduk. Zaman berganti, Afghanistan tetap hidup dalam waktunya sendiri. Di Afghanistan, pengetahuan tentang gerak perputaran bumi dan matahari tumbuh sejak jauh di masa lampau. Ketika matahari berada di garis balik 22,5 derajad lintang utara, zemestan – musim dingin – berakhir. Musim semi datang. Bunga merah bermekaran. Itulah Naw Ruz – Hari Baru. Perayaan Naw Ruz sudah ada sejak zaman Zarathushtra, ketika Dewa Api masih dipuja, jauh sebelum datangnya agama Nasrani dan Islam. Sukacita Naw Ruz dinikmati di seluruh penjuru negeri saat peradaban Persia melintasi [...]
Women’s Silk Factory in Kabul
AZANA is an Afghanistan women’s small enterprise aiming to a much bigger dream Not only they weave silk, they also weave their future. “AZANA has changed my life,” says Nazdana, a 16-year-old girl who just recently learned how to weave silk shawls in AZANA, a silk factory managed by a woman director and operated mostly by woman workers, in deep alley of Kabul, where job opportunities for women are still scarce. “Before joining AZANA, I used to only do house works. There are 14 people in my family, and I knew only how to cook food, wash their clothes, and clean our house. But, now I am very happy because I start to earn money from my own hands. Not only does Nazdana learn about silk weaving, now she starts to grab pens to write. Ms Shaima Breshna, the director of AZANA silk factory, provides literacy class for the female employees of the factory. Nazdana remembers, “At the first time [joining the class], I even did not know how to hold pencil. Other colleagues laughed at me. I felt ashamed and wondered whether I could really be learned. Even I could not do the simplest thing.” Ms Breshna with her [...]
Majalah Kreatif (2008): Kak Agus Si Petualang Dunia
Mei 2008 Majalah Kreatif Taman Kreatif Kak Agus Si Petualang Dunia Weess… keren banget disebut petualang dunia, iya, Kak Agus ini sedang keliling dunia, lo. Hebat! Penasaran bagaimana petualangan Kak Agus selama keliling dunia?! Kak Agus, kenapa ingin keliling dunia? Soalnya, saya ingin melihat dunia. Saya ingin belajar berbagai macam budaya dan kehidupan manusia di negeri-negeri asing. Kapan mulai keliling dunia, Kak? Sudah ke mana saja? Tahun 2002, saya kuliah di Cina. Lalu, pertama kali “berkelana”, menjelajahi Mongolia sambil berkemah. Kemudian, ke Hong Kong, Macau, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Singapura, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Perjalanannya naik apa aja? Yang paling umum, naik bus dan kereta api. Terkadang naik truk, traktor, keledai, kuda, atau berjalan kaki. Saya menghindari naik pesawat terbang. Cita-cita saya menyelesaikan perjalanan ini dengan jalur darat. Gimana perjuangan Kak Agus selama di negara-negara itu? Saya bekerja sebagai fotografer dan penulis untuk menyambung hidup. Sewaktu di Pakistan, pernah bekerja sebagai sukarelawan gempa. Lalu, saya biasa tinggal di penginapan murah atau di rumah penduduk. Saat berkelana di Afghanistan, saya tinggal di warung-warung. Wah, kalau keliling dunia, berarti sudah menguasai banyak bahasa, ya? Saya sudah menguasai [...]
Seputar Indonesia (2008): Jelajahi Dunia demi Ilmu
20 May 2008 Seputar Indonesia Jelajahi Dunia demi Ilmu Seputar Indonesia Daily MENUNTUT ilmu tidak lagi harus melalui bangku sekolah. Memburu ilmu bisa didapat dengan melanglang buana. Bagi Agustinus Wibowo, 27, berada di Lembah Hunza,Chapursan, yang melintang sejajar dengan perbatasan Pakistan dan Afghanistan,serasa berada di taman firdaus. Semilir angin yang sejuk, udara yang segar dan pemandangan yang indah,membuat Agustinus dan penduduk Hunza larut dalam suasana nyaman. Chapursan hanya salah satu tempat yang sempat disinggahi Agustinus dari sekian banyak kota di dunia.Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur ini, sejak tiga tahun lalu mulai berkelana mengelilingi Asia dengan satu tujuan, mencari ilmu dan mengenal pahitmanisnya kehidupan berpetualang di negara lain. Asia telah puas dia jelajahi. Saat ini obsesi utamanya mencapai daratan Afrika Selatan dengan menempuh perjalanan darat, melintasi Kaukasus, Eropa Timur,Timur Tengah, dan Afrika Barat. Selama penjelajahan itu, dia berusaha menyingkap kehidupan di beberapa negara yang namanya masih asing di telinga,semisal Abkhazia,Transdniestr, Ossetia, dan sebagainya. Perjalanan mahasiswa Fakultas Komputer Universitas Tsinghua, Beijing ini, bermula dari Stasiun Kereta Api Beijing, China, tiga tahun silam. Dari negeri itu, Agus, sapaan akrabnya, melangkahkan kaki ke Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan,dan Turkmenistan. Selama perjalanan,Agus sedapat mungkin menghindari [...]
千岛日报(2008):走出去就是一门学问
2 April 2008 千岛日报 走出去就是一门学问 “周游世界探险”的梦想 南海漳 绿草 “人生好比一个旅程,我们无法预知我们的生命何时终止,同样的我也无法确知我的探险何时才能结束。扪心自问我将继续我的探险,尚有很多地方准备去驻足探 访、考察和挖掘世界上鲜为人知的新事物”这是一位印尼青年Agustinus Wibowo (翁鸿鸣 )所述的一席话,他现在阿富汗。 翁鸿鸣是北京清华大学计算机工程与技术系毕业生。2005年写了题为《印度尼西亚语的语音综合系统与文体分析》的综合论文,那时已开发的语音合成系统有: 英语、汉语、日语和汉语四种,而印尼语可谓是第五种语言。赢得了教授的极高评价:“翁鸿鸣同学勤于动脑,工作努力,动手能力强,答辩讲述清楚,回答问题正 确,完成了大量的工作和综合论文的任务,取得了很好的研究成果。”其成绩92分,被评为清华大学优秀毕业留学生。校方非常赏识,拟給于奖学金继续硕士研究 生,但事与愿违,他竟然决意放弃科学研究而从事文学——周游世界探险,取得真知后写实著书。 他在清华除攻读本科外还兼学德、日、法、俄语等。每学期成绩优异,获得奖励金储蓄起来成了他旅游的盘缠。趁寒假或暑假,去过泰、越,老挝,柬、马、新加坡 [...]
Kompas (2008): Agus-Hidup Ini adalah Perjalanan
15 Maret 2008 Kompas Sosok Agus: Hidup Ini adalah Perjalanan… Sabtu, 15 Maret 2008 | 00:51 WIB”Hidup adalah perjalanan, kita tak tahu kapan perjalanan hidup akan selesai. Saya pun tak tahu kapan petualangan ini akan berakhir. Saya ingin terus berpetualang, masih banyak tempat yang ingin saya kunjungi,” ujar Agustinus Wibowo dalam sebuah perbincangan melalui Yahoo Messenger. Agustinus Wibowo adalah seorang petualang, pengembara, backpacker. Bagi banyak orang, aktivitas perjalanan murah sebagai seorang backpacker adalah hobi. Sedangkan bagi Agus, menjadi backpacker adalah hidupnya, napasnya setiap hari. Ketika tulisan ini dibuat, Agus, panggilannya, sedang menetap sementara di Afganistan. Sudah hampir tiga tahun dia melakukan perjalanan tanpa jeda melalui jalur darat melintasi Asia Selatan dan Tengah. Ia sedang melakukan ”misi pribadinya” keliling Asia. Ini merupakan bagian dari cita-citanya keliling dunia. Perjalanan Agus dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, China, 31 Juli 2005. Dari Negeri Tirai Bambu itu ia naik ke atap dunia, Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, lalu menembus ke barat, masuk ke Pakistan, Afganistan, Iran. Dia berputar lagi ke Asia Tengah, diawali dari Tajikistan, kemudian Kirgistan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Ribuan kilometer dia tempuh dengan berbagai jenis moda transportasi, seperti kereta api, bus, truk, hingga kuda, keledai, dan berjalan [...]
Kompas Cyber Media (2008): Karena Hidup Ini Adalah Perjalanan
5 Maret 2008 Kompas Cyber Media Travel | Petualang Agus: Karena Hidup Ini Adalah Perjalanan… “HIDUP ini adalah sebuah perjalanan. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup kita akan selesai. Begitu pula saya tidak tahu kapan petualangan saya ini akan berakhir. Yang saya tahu, saya masih ingin terus melanjutkan petualangan saya. Masih ada banyak tempat yang ingin saya kunjungi,” ujar Agustinus Wibowo dalam sebuah perbincangan. Ketika tulisan ini dibuat, Agus, begitu biasa ia disapa, sedang menetap sementara di Afghanistan. Ia telah hampir tiga tahun melakukan perjalanan tanpa jeda melalu jalur darat melintasi Asia Selatan dan Tengah. Ia sedang melakukan ”misi pribadinya” keliling Asia, bagian dari cita-citanya keliling dunia. Perjalanannya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, China pada tanggal 31 Juli 2005. Dari negeri tirai bambu itu ia naik ke atap dunia Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, kemudian menembus ke barat, masuk ke Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Ribuan kilometer yang dilaluinya ia tempuh dengan berbaga macam alat transportasi seperti kereta api, bus, truk, hingga kuda, keledai dan tak ketinggalan jalan kaki. ”Saya menghindari perjalanan dengan pesawat. Perjalanan udara menghalangi saya menyerap saripati tempat-tempat yang saya kunjungi. Menyatu [...]