Recommended

Interviews

Indonesia Book Fair (2013): Menulis Perjalanan Ke Dalam Diri Sendiri

http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-sendiri/ Agustinus Wibowo: Menulis Perjalanan Ke Dalam Diri Sendiri Agustinus Wibowo (32), seorang backpacker penulis trilogi perjalanan Selimut Debu (2011), Garis Batas (2011), Titik Nol (2013) lahir 08 Agustus 1981 di Lumajang dan besar di sana. Kemudian, kuliah di Institut Teknologi Surabaya dan melanjutkannya di China. Seorang kutu buku yang tertarik pada backpacking ini, setelah berkenalan dengan backpacker perempuan asal Jepang. Pada tahun 2001, dia pun memulai perjalanannya ke Mongolia. Lalu, melanjutkannya lagi pada tahun 2005, setelah lulus kuliah, dengan  melintasi Tibet, Nepal, ke gurun pasir India, pegunungan di Pakistan Utara. Dia juga sempat bekerja sebagai sukarelawan gempa Kashmir, ke pedalaman Pakistan, berkeliling Afghanistan dengan hitchhiking, lalu ke Iran, Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Perjalanannya terus berlanjut hingga Mei 2009, ketika akhirnya dia harus pulang ke Lumajang karena Mamanya divonis kanker dan harus menjalani pengobatan. Pada kesempatan pameran Indonesia Book Fair 2013, Sabtu (09/11) di Panggung Utama Istoran Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta ia membagikan pengalamannya dalam menulis buku perjalanan. Ia sendiri jika disebut berbeda dengan penulis perjalanan lain tidak mengiranya dan begitu tahu. Karena konsep yang ia pahami dari travel writing ini dari awal sebelum ia menulis sering membaca buku-buku traveler [...]

November 9, 2013 // 0 Comments

VIVAlife (2013): 8 Tips Sukses Jadi Penulis Perjalanan

8 Tips Sukses Jadi Penulis Perjalanan Simak tips penting dari penulis top perjalanan Agustinus Wibowo. Maya Sofia, Ananda Putri Laras Minggu, 3 November 2013, 11:31 WIB http://life.viva.co.id/news/read/455831-8-tips-sukses-jadi-penulis-perjalanan VIVAlife – Menjadi penulis perjalanan atau travel writer memang terlihat menyenangkan. Bisa menjelajah dunia dan menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut. Setiap orang bisa mencapai impian ini, tidak memiliki kemampuan jurnalistik bukanlah hambatan krusial. Penulis perjalanan dari Indonesia yakni Agustinus Wibowo, tidak memiliki latar belakang jurnalistik sama sekali. Tapi dengan kegigihannya untuk terus belajar, menulis perjalanan dapat ditaklukkan. Melalui beberapa tips ini, Agustinus berbagi resep agar Anda menjadi penulis perjalanan yang berkualitas. Mulailah dari blog Agustinus memulai karya-karyanya dari sebuah blog. Buatlah blog pribadi, catat setiap perjalanan Anda. Jika tulisan menarik, maka pihak media akan menghubungi Anda untuk bekerja sama. Sewalah penerjemah saat di perjalanan Jika Anda memang berencana membuat buku, sebaiknya menyewa penerjemah agar dapat berinteraksi lebih dekat dengan penduduk setempat. Informasi yang digali pun lebih banyak. Catat perjalanan di dalam buku harian Tidak semua orang bersahabat dengan teknologi. Narasumber kadang takut dengan alat perekam, terlebih mereka yang berada di daerah terpencil. Akibatnya, mereka jadi tak terbuka memberikan informasi. Bawalah selalu buku harian, catat [...]

November 3, 2013 // 0 Comments

Viva (2013): Merangkum Dunia Lewat Rangkaian Kata

http://life.viva.co.id/news/read/455495-merangkum-dunia-lewat-rangkaian-kata Merangkum Dunia Lewat Rangkaian Kata Maya Sofia, Ananda Putri Laras Jum’at, 1 November 2013, 12:22 WIB  “Saya pergi ke negeri jauh, juga untuk mempelajari Indonesia.” VIVAlife – Seorang pria menyusuri perjalanan panjang. Khasmir telah dilihatnya dengan mata telanjang. Wilayah yang diperebutkan oleh India dan Pakistan. Dua negara ini bertetangga, namun saling bertempur melucuti ego masing-masing. Pernah juga ia tinggali Afghanistan, negeri yang diidentikan tentara Taliban. Kemudian kakinya melangkah terus ke Pakistan, Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Ia terus berpetualang mempelajari hidup dari berbagai sudut pandang. “Saya pergi ke negeri jauh, juga untuk mempelajari Indonesia,” ucap seorang pria bernama Agustinus Wibowo. Ia lah sang penjelajah negeri “stan” tersebut. Bagi Agustinus, negara-negara Asia Tengah adalah refleksi dari Tanah Airnya sendiri, Indonesia. Masih memiliki koneksi, sama-sama negara berlatar belakang terjajah yang dibebat konflik perbatasan. Berpindah latar ke Kamboja, pria lain menelisik detail Angkor Wat. Candi yang dibangun megah di kota Siem Reap. Relief-relief yang terukir begitu akrab di matanya. Berupa burung Garuda yang senantiasa bergeming pada kisah Ramayana. “Ternyata dunia wayang menarik, kisahnya mendunia di berbagai belahan bumi. Saya tidak hanya melihatnya di Indonesia, tapi [...]

November 1, 2013 // 1 Comment

Jakarta Post (2013): What Writers Think About Travel Writing

    http://www.jakpost.travel/news/what-writers-think-about-travel-writing-SDjzu7QgZ6JLP83q.html What writers think about travel writing By Raditya Margi, The Jakarta Post, Ubud | Oct 24, 2013 The Ubud Writers & Readers Festival (UMRF) 2013 in Bali brought several renowned travel writers such as Tony Wheeler, the founder of Lonely Planet publications, and Don George, who writes for many top-tier travel media like National Geographic Traveler. The two, along with Indonesian travel writers and book authors Trinity and Agustinus Wibowo, appeared on a panel discussion titled “The Traveler”, one of 75 main sessions on the UWRF. As the format becomes increasingly popular, masters such as Wheeler and George offered insights into what makes good travel writing. It is more than just a whimsical description of a faraway place. Wheeler said the content must be accurate, while Agustinus said that it must always be honest non-fiction. “Travel writing is fundamentally about a place – it’s about illuminating a place,” said George to The Jakarta Post Travel on the sidelines of the main panel session. According to George, there are two types of travel writing: the guidebook style and storytelling. “Guidebook writing is about giving central information – like where to stay and where to eat; and then there’s [...]

October 24, 2013 // 0 Comments

DailySylvia (2013): Yang Tersisa dari Ubud Writers & Readers Festival

    http://www.dailysylvia.com/2013/10/23/yang-tersisa-dari-ubud-writers-readers-festival/ Yang Tersisa Dari Ubud Writers & Readers Festival 23 Oct 2013 agustinus wibowo, daniel ziv, goenawan mohamad, laksmi pamuntjak, ubud, uwrf 2013 by oldy Merayakan “Buku, pesta dan cinta” di tanah dewata. Sejak berdomisili di Ubud beberapa tahun terakhir, Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) masuk dalam agenda wajib tahunan dan paling saya nantikan. Tema UWRF 2013 sama dengan UWRF yang digelar pertama kalinya pada 2004 silam, ‘Through Darkness to Light’ (Habis Gelap Terbitlah Terang), sebagai tema perayaan 10 tahun festival yang dilaksanakan pada 11 – 15 Oktober 2013 lalu. Seperti di UWRF sebelumnya, tahun ini saya melompat dari satu sesi ke sesi lain. Mayoritas diskusi panel yang saya hadiri sangat baik – terorganisir, moderator proaktif, panelis yang tampil pun komprehensif dan alur diskusi sejalan dengan tema. Tetapi beberapa sesi diskusi masih perlu perbaikan, baik dari segi tema maupun panelis yang berpartisipasi. Saatnya Wanita Angkat Bicara Sesi ‘Women in Ancient Text’ yang dipimpin Laksmi Pamuntjak menampilkan Helen Creese – profesor bahasa dan penulis, dan I Nyoman Darma Putra – dosen sastra Indonesia di Universitas Udayana, dengan tema perempuan dan perannya dalam sastra lama. Helen memberi rangkuman tentang bagaimana cara perempuan berpikir, merasa dan menempatkan diri di masa [...]

October 23, 2013 // 0 Comments

Malang Post (2013): Awas Virus Writer’s Block!

  http://www.malang-post.com/edupolitan/75323-awas-virus-writers-block Awas Virus Writer’s Block! Sunday, 20 October 2013 10:28 MALANG – Writer’s block atau hilangnya ide dalam proses penulisan pasti pernah dialami semua penulis, bahkan mereka yang terbilang produktif sekalipun. Banyak orang yang gemar menulis atau memiliki latar belakang pekerjaan yang membutuhkan kecakapan menulis seperti penulis buku atau penulis naskah film yang sering merasa mentok. Hal ini menjadi trending topic dalam diskusi kepenulisan TechnoFair Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Creativolution: Revolusi Kepenulisan yang Bukan Sekedar Goresan Pena di Gedung Widyaloka Sabtu (19/10) pagi lalu. Pada kegiatan tersebut, ketiga pemateri, Husnun N Djuraid, Eros Djarot, dan Agustinus Wibowo dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan seputar proses kreatif penulisan. “Rasanya, apa yang kita tulis tidak lagi ‘menggigit’ saat dibaca. Karya yang kita buat tidak maksimal, dan yang paling mengesalkan, kita seperti tersesat pada alur naskah itu,” urai Eros yang disambut anggukan setuju oleh kurang lebih 200 peserta yang memadati gedung. Menurut ketiga pemateri tersebut, writer’s block tidak akan berakibat fatal jika disikapi dengan bijak. Terkait hal itu, setiap penulis memiliki cara masing-masing yang dirasa paling tepat untuk mengatasi writer’s block. Ketua pelaksana kegiatan tersebut, Fitrul Ilhamadi, mengungkapkan, kegiatan tersebut diselenggarakan atas dasar keresahan [...]

October 20, 2013 // 0 Comments

Speak Without Interruption (2013): Give Afghanistan back to the Afghans

http://www.speakwithoutinterruption.com/site/2013/10/ubud-encounters-give-afghanistan-back-to-the-afghans/ October 20, 2013 Ubud encounters: Give Afghanistan back to the Afghans Posted by Muhammad Cohen in: Art, Asia, Books, China, Faith, Foreign Affairs, Immigration, Islam, Journalism, Military, Religion, Sociology, Terrorism, Travel, War, Women’s Rights, World Issues Australian painter Ben Quilty and Indonesian writer Agustinus Wibowo told the Ubud Writers and Readers Festival in Bali how they each reached Afghanistan by different routes for different reasons. But following their stays, they both also reached the same conclusion: after a dozen years and thousands of casualties, it’s time for Afghanistan to solve its problems without foreign help. Wibowo came to Afghanistan for the first time as a curious and footloose traveler. In Afghanistan as well as Pakistan, Wibowo said that since he came from Indonesia, people assumed he was Muslim. Telling them he was an ethic Chinese raised in the Buddhist tradition would either provoke suspicion or pointless debate, including attempts to convert him. “But I found the perfect answer,” Wibowo revealed. “When people asked if I was Muslim, I’d say, ‘Insy’allah’ [God willing].” Later, Wibowo said he found an even better answer from Afghan imam. “He told me he was a member of the highest religion of all: humanity.” Wibowo [...]

October 20, 2013 // 1 Comment

Detik (2013): Traveling ke Afghanistan, Seberapa Aman?

Sri Anindiati Nursastri – detikTravel – Jumat, 11/10/2013 07:42 WIB http://travel.detik.com/read/2013/10/11/074232/2384172/1382/1/traveling-ke-afghanistan-seberapa-aman Jakarta – Bagi sebagian traveler, Afghanistan membangkitkan rasa penasaran. Negeri itu seperti dirundung konflik tak berkesudahan. Padahal alamnya sangat memukau, sejarah dan budayanya kaya. Seberapa aman traveling ke Afghanistan? Bicara soal Afghanistan, yang terlintas di benak Anda pastilah Taliban. Banyak orang menyebut Afghanistan sebagai ‘negeri perang’. Konflik dengan Taliban bahkan bahkan masih berlangsung sampai sekarang. Padahal, Afghanistan punya banyak cerita. Budaya dan sejarahnya memukau traveler dari berbagai belahan dunia. Ada Kabul sebagai ibukota, Bamiyan yang dulu punya patung Buddha terbesar sedunia, juga Herat yang beratmosfer Persia. Soal keindahan alam, Afghanistan jagonya. Ada dataran tinggi Pamir tempat para pendaki menikmati panorama ala Puncak Dunia. Ada pula Band-e Amir National Park, yang punya 5 danau berwarna biru bak safir! Agustinus Wibowo adalah salah satu traveler Indonesia yang pernah berkeliling Asia Tengah. Perjalanan itu ditorehkannya lewat buku-buku berjudul Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol. Traveling ke Afghanistan, menurut Agustinus, cenderung aman dan tak selalu berisiko. Afghanistan cukup besar sehingga kondisi kemanannya pun bervariasi. “Daerah-daerah di utara cukup aman. Banyak pendaki gunung dan trekker yang terpukau [...]

October 11, 2013 // 1 Comment

Klikpositif.com(2013): Saya Mencari Hal-hal yang Tak Terduga

http://www.klikpositif.com/news/read/3082/wawancara-agustinus-wibowo-saya-mencari-hal-hal-yang-tak-terduga.html Minggu, 06 Oktober 2013 | 11:02 WIB Wawancara: Agustinus Wibowo, Saya Mencari Hal-hal yang Tak Terduga Bagi saya, perjalan itu seperti cermin. Dengan melakukan perjalan keluar wilayah asal kita, disana kita akan tahu siapa diri kita. Penulis: Ahmad Bil Wahid | Editor: Andika D Khagen Agustinus Wibowo adalah sang petualang. Ia telah mengunjungi negara-negara di Asia Barat dan Asia Tengah. Ia menuju Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, dan menembus Pakistan, Afghanistan, Iran, lalu ke Asia Tengah,  Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan, dan Turkmenistan. Baginya, hidup adalah menaklukkan hal-hal yang tak terduga. Ia tidak membayangkan berada di India pada 2008, ketika negara itu diserang bom. Pengalamannya telah menuangkan dalam tiga buah buku, Selimut Debu, Titik Nol dan Garis Batas. Pria kelahiran 8 Agustus 1981—yang tak menamatkan studinya di Institut Sepuluh November Surabaya ini—menceritakan sepenggela pengalamannya kepada jurnalis KLIKPOSITIF, Ahmad Bil Wahid, Sabtu, 5 Oktober 2013. Berikut petikannya.   Apa yang mendorong Anda untuk melakukan perjalan? Awalnya, saya ingin melihat dunia luar, tahun 80an belum ada internet tapi karena hobi menulis saya sudah punya banyak teman pena di berbagai negara. Jadi sejak saya kecil, dorongan untuk melihat dunia luar itu sudah ada. Kenapa memilih hidup dengan bertualang? Bagi [...]

October 6, 2013 // 1 Comment

Inioke (2013): Perjalanan Bukan Masalah Tempat, Tapi Sudut Pandang

Dalam rangkaian Festival Wanita Wirausaha Femina 2013, Agustinus Wibowo, pengarang buku laris Selimut Debu, berbagi tips mengenai Travel Writing di Kelas Inspiratif “Travel Writing” hari Jumat (26/07). Tahukah Anda, bahwa menceritakan suatu perjalanan, bisa menjadi karya seni yang menarik!

October 6, 2013 // 0 Comments

Nova (2013): Hidup Adalah Perjalanan

16 September 2013 Agustinus Wibowo HIDUP ADALAH PERJALANAN   Pria asal Lumajang (Jatim) ini bukan penulis buku perjalanan biasa. Ia tidak menulis tempat eksotis di dunia tapi lebih menyusuri kehidupan masyarakat di negara yang disinggahinya. Hasilnya, adalah buku laris yang menyentuh pembacanya.   Anda dikenal sebagai penulis kisah perjalanan, ya? Iya, saya sudah menulis tiga buku tentang perjalanan yang sudah diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Selimut Debu (2010) menceritakan perjalanan saya di Afghanistan,  Garis Batas (2011) tentang negara-negara Asia Tengah, dan  Titik Nol (2013). Sejak kapan suka jalan-jalan? Sebenarnya saya anak rumahan, takut keluar rumah.  Paling ke luar rumah untuk keperluan sekolah. Semasa kecil tinggal di Lumajang (Jawa Timur), saya lebih senang di rumah. Sampai-sampai orangtua memaksa saya untuk sekadar main ke luar, tapi saya enggak mau. Kalaupun terpaksa pergi, untuk menempuh jarak dekat pun saya memilih naik becak. Saya hobi membaca buku, antara lain buku tentang biografi dan pengetahuan. Bahkan, ketika kelas 1 SD saat umur 6 tahun, saya sudah hafal ibu kota seluruh negara di dunia. Saya tertarik dengan dunia luar, tapi enggak punya keberanian. Bagaimana titik baliknya sampai Anda senang melakukan perjalanan? Saya terpaksa tinggal jauh dari rumah.  Saya kuliah di Tsinghua University, mengambil bidang komputer di Beijing. [...]

September 16, 2013 // 6 Comments

Femina (2013): Workshop Travel Writing Wanita Wirausaha

    Travel Writing http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=002&SMC=008&AR=22 Dalam rangkaian Festival Wanita Wirausaha Femina 2013, Agustinus Wibowo, pengarang buku laris Selimut Debu, berbagi tips mengenai Travel Writing di Kelas Inspiratif “Travel Writing” hari Jumat (26/07). Tahukah Anda, bahwa menceritakan suatu perjalanan, bisa menjadi karya seni yang menarik! “Banyak orang mengira tulisan perjalanan sebatas kita pergi ke mana, naik apa, dan melihat apa saja di tempat yang kita kunjungi. Sejatinya, travel writing atau tulisan perjalanan merupakan sarana untuk memikat pembaca dengan kisah perjalanan kita sekaligus berbagi pengalaman dengan mereka,”ungkap Agustinus. Sebagai seorang fotografer dan travel writer, Agustinus telah menghabiskan empat tahun untuk menelusuri berbagai tempat yang kurang populer di mata turis. Salah satu karyanya “Selimut Debu” menceritakan kisah perjalanannya selama di Afghanistan. “Satu hal yang perlu diingat oleh para penulis, tulisan perjalanan haruslah bersifat deskriptif, kontemplatif, dan realistis. Kita harus bisa mendeskripsikan perjalanan kita sehingga pembaca juga dapat membayangkan dan ikut merasakan perjalanan yang kita alami,” papar Agustinus. Sedangkan maksud sebuah tulisan itu bersifat kontempelatif adalah tulisan tersebut bisa membangun keterikatan dengan pembaca. Yang terpenting, sebuah tulisan perjalanan harus memiliki manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. [...]

July 26, 2013 // 0 Comments

[VIDEO] Net TV (2013): Travel Photographer

16 July 2013   Talkshow in Indonesia Morning Show program of Net TV on life as travel photographer (and travel writer), especially in Central Asia and war zones of [...]

July 16, 2013 // 0 Comments

Tempo (2013): Speaking about Poetry and Photography (Makassar International Writers Festival 2013)

http://en.tempo.co/read/news/2013/06/26/114491501/Speaking-about-Poetry-and-Photography Speaking about Poetry and Photography Wednesday, 26 June, 2013 | 22:13 WIB TEMPO.CO, Makassar – Agustinus Wibowo, the writer of three travel books, said, “As promoted by an airline ad, everyone can fly now. Yet not everyone can understand the meaning of a journey.” Agus put forth his statement during a discussion at the Makassar International Writers Festival on June 25, 2013. He was the speaker for the first session on the first day of the festival. He spoke about the relationship between poetry and photography. “Many things can be poetic and touching from a journey, just as long as we can find the meaning,” said the author of the books Titik Nol, Selimut Debu, and Garis Batas. Agus, who has traveled to numerous countries in Central Asia, exhibited some pictures as an example. He said trips that are rushed and target-oriented would not have any meaning. Only journeys that are deeply observed and understood can create poetic portrayals in the mind. One of the photos Agus displayed was a picture of a muscle man, a participant of the Master of Afghanistan. “When a person first arrives in Afghanistan, they will take pictures of the war, opium fields, and others. However, if they [...]

June 26, 2013 // 0 Comments

Tempo (2013): Cerita Penulis dari Timur (Makassar International Writers Festival 2013)

Makassar Rabu, 26 Juni 2013 Koran Tempo Cerita Penulis dari Timur Mereka membawa angin segar kepada dunia sastra. Di antara 50-an penulis yang mengirimkan karyanya ke Makassar International Writers Festival (MIWF) 2013, tersebutlah enam penulis dari Indonesia bagian timur yang menyodorkan hal baru dalam karya-karyanya. “Kesegaran, kebaruan, dengan warna lokal yang khas dalam karyanya,” kata Aslan, koordinator kurator. Mereka adalah Mario F. Lawi (Kupang), Christian Dicky Senda (Kupang), Amanche Franck O.E. Ninu (Kupang), Muhary Wahyu Nurba (Makassar), Mariati Atkah (Makassar), dan Jamil Massa (Gorontalo). Sejalan dengan tema MIWF kali ini, yakni “My City My Literature”, di Fort Rotterdam Makassar, 25-29 Juni 2013, menurut Aslan, mereka bercerita tentang perkembangan kotanya melalui karya-karya sastra yang disajikan. “Saya akan bercerita tentang karya di mana saya sebagai anak pasar,” kata Muhary, yang ditemui di Gedung Kesenian Societeit de Harmonie, Makassar, Senin malam lalu. Sebagian ceritanya akan disajikan dalam bait-bait puisi yang dibacakan langsung oleh penulis dan penyair asal Makassar ini. Perkembangan Kota Makassar juga akan disajikan dalam bentuk potongan-potongan foto yang bertutur tentang sudut-sudut Kota Makassar, yang diabadikan oleh kawan-kawan dari Komunitas Boya-boya. Lalu bagaimana perkembangan sastra di Kupang, Nusa Tenggara Timur? Mario F. Lawi mengatakan geliat sastra mulai bangkit pada 2008, ditandai dengan [...]

June 26, 2013 // 0 Comments

KabarJagad (2013): Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung

Senin, 24 Juni 2013 12:57 Reporter Lora Satrapi Gaya Hidup Kabarjagad.com Pengembaraan Agustinus Wibowo Tak Pernah Berujung Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing sampai Afrika Selatan lewat jalan darat. Karena tak mendapat restu orang tua, praktis ia membiayai sendiri perjalanannya tersebut. Perjalanan akbarnya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, pada bulan Juli 2005. Dari sana, ia menanjak ke Tibet, menyeberang ke Nepal, India, menembus ke Pakistan, Afghanistan, Iran, lalu masuk ke negeri-negeri Stan di Asia Tengah, diawali Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan dan Turkmenistan. Sebagai titik awal perjalanan, Tibet mendapat tempat spesial di hati Agustinus. Saat itu, ia masuk ke negeri atap dunia tersebut dengan cara menyelundup karena tak mengantongi izin masuk yang biayanya sangat tinggi. Satu bulan di Tibet dijalaninya dengan penuh ketakutan. Takut ketahuan sebagai orang asing, takut diciduk polisi, takut dipenjara, dan [...]

June 24, 2013 // 0 Comments

DetikTravel (2013): Tentang Etika Fotografi Perjalanan

Penting! Ini Etika Berfoto Saat Traveling •    Oleh: Afif Farhan – detikTravel •    Rabu, 19/06/2013 16:29 WIB Jakarta – Kurang lengkap rasanya, jika Anda tidak foto-foto atau narsis saat traveling ke suatu destinasi. Meski begitu, ada beberapa etika yang harus Anda tahu sebelum menjepretkan kamera. Jangan sampai kasus Borobudur terulang! Berfoto sudah menjadi kegiatan wajib para wisatawan. Objek-objek wisata seperti pantai, gunung, atau atraksi wisata berupa tari-tarian, dapat Anda abadikan sebagai kenang-kenangan di dalam kamera. Tapi ingat, ada etika-etika berfoto saat tarveling yang harus Anda perhatikan. Penulis buku Garis Batas yang sudah berkeliling Asia Tengah, Agustinus Wibowo berbincang dengan detikTravel mengenai etika berfoto saat traveling. Dia pun memberikan banyak petuah dan pengalaman-pengalaman uniknya saat berfoto-foto di suatu destinasi: 1. Cari tahu soal aturan berfoto “Pertama, cari dulu tanda larangan memotret. Kalau tidak ada tandanya, berarti Anda bebas foto-foto di situ,” tutur pria yang biasa disapa Agus ini, Rabu (19/6/2013). Agus menambahkan, hal tersebut baiknya dilakukan di tempat-tempat wisata berupa candi, masjid, atau bangunan bersejarah. Sebabnya, bisa-bisa kena denda atau malah ditangkap. “Pernah saya di Turkmenistan ditangkap karena dianggap mata-mata. Sebab, saya memotret patung-patung emas yang ada di sana. Sampai mau keluar negaranya, kamera saya diperiksa lagi apakah ada foto tersebut [...]

June 19, 2013 // 0 Comments

DetikTravel (2013): Wanita Pushtun

Sebelum Bertemu Cewek Pushtun, Ikuti 4 Tips Ini •    Oleh: Putri Rizqi Hernasari – detikTravel •    Jumat, 24/05/2013 18:52 WIB •    Komentar: 2 Komentar Peshawar – Traveler mana yang tak ingin melihat kecantikan gadis Pushtun dengan mata besar dan hidung mancungnya secara langsung? Jika Anda ingin melihatnya, sebaiknya ikuti dulu tips dari penulis buku Garis Batas, Agustinus Wibowo. Agustinus Wibowo dikenal sebagai penulis yang telah menjelajah ke berbagai negara di dunia. Kisahnya diceritakan lewat buku berjudul Selimut Debu, Garis Batas, dan yang terakhir Titik Nol. Dalam salah satu bukunya, Agus menceritakan tentang petualangannya ke tempat tinggal Suku Pushtun. detikTravel pun sempat berbincang singkat dengannya perihal perjalanannya. Dalam perbincangan Jumat (24/5/2013), pria asal Lumajang ini memberikan tips kepada traveler yang ingin traveling dan bertemu gadis Pushtun: 1. Hindari daerah konflik “Daerah yang dihuni Pushtun terkenal sebagai daerah konflik. Afghanistan sangat tidak direkomendasikan untuk didatangi,” ujar Agus. Afghanistan memang salah satu tempat yang dihuni Suku Pushtun, namun Agus tidak menyarankan turis untuk datang ke sana. Negara tersebut dikenal sebagai negara konflik, jadi demi keamanan, Anda sebaiknya menghindari Afghanistan. Hal ini dilakukan demi keamanan turis. Anda tentu tidak ingin membahayakan diri dengan datang ke daerah perang bukan? 2. Bertemu Suku Pushtun di Peshawar [...]

May 24, 2013 // 0 Comments

Whiteboard Journal (2013): Journeys Through The Viewfinder

http://whiteboardjournal.com/focus/6072/journeys-through-the-viewfinder-2/ 29 April 2013 Whiteboard Journal Journeys Through The Viewfinder The Photographic Tales of Two Indonesian Travellers They say a photograph is worth a thousand words, but Agustinus Wibowo and Dave Lumenta, two individuals who have travelled extensively, prove that the value of photographs go beyond the number of words they are able to represent. Featuring the works of these prominent figures, this article highlights the connection between photography and travelling. Author Dwiputri Pertiwi · Photo/Illustration Agustinus Wibowo and Dave Lumenta 04/29/13 · 22,329 Views We are perhaps all too familiar with the phrase, “seeing is believing.” It is the perfect line to start a philosophical discussion, but it is just as popular among advertising agencies – haven’t we become acquainted with several variations of the concept? Most of us must see to confirm the realness of an object, even though there are times when our minds play vicious tricks on us. After all, who hasn’t heard stories of people claiming to see large bodies of water in the middle of a desert? Tom Chatfield wrote in his essay on the increasingly intensified connection between humans and gadgets, that our greatest fear is that “the world around us is a [...]

April 29, 2013 // 0 Comments

ChinaNews 中国新闻网 (2013): 印尼华裔青年作家出版新著 讲述游历多国经历

4月20日晚,印尼华裔青年作家翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)在泗水敦绒望商厦Gramedia书店举行《零点》(Titik Nol)新书发布会。来自泗水市和外埠的读者,及泗水华社代表郑菊花、何婉芸、吴萌暄和陈新来出席了活动。

发布会上,翁鸿鸣介绍《零点》是他的新作。之前,他已经出版两本书《灰尘毯子》(Selimut Debu)和《界线》(Garis Batas)。《零点》讲述当年他当背包族(Backpacker)游览中国西藏、尼泊尔、印度和阿富汗的经历。

April 25, 2013 // 0 Comments

1 2 3 4 5 6 7