Recommended

Interviews

千岛日报(2013): 华裔青年作家翁鸿鸣出版新书《零点》

2013年4月25日

(本 报记者徐健境报道)4月20日晚上6时,我国华裔青年作家翁鸿鸣(Agustinus Wibowo)在泗水敦绒望商厦Gramedia书店举行《零点》(Titik Nol)新书发布会。来自泗水市和外埠的读者,及泗水华社代表郑菊花、何婉芸、吴萌暄和陈新来出席了活动。

April 25, 2013 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2013): Mari Menjelajah!

APRIL 2013 Mari Menjelajah! Memaknai eksplorasi yang sarat falsafah. Teks oleh Vega Probo, Foto oleh Fredy Susanto Tepuk tangan riuh memenuhi satu sudut Toko Buku Gramedia, Central Park, Jakarta Barat, pada akhir Februari, saat digelar Frame Fotokita-perdana tahun ini—yang mengusung tema penjelajahan. Apresiasi dari sekitar 100 hadirin disampaikan kepada Ukirsari Manggalani dan Agustinus Wibowo, usai kedua pembicara ini berbagi pengalaman menjelajah. Berawal dari pejalan solo, Ukirsari yang juga akrab disapa Arie, kemudian bergabung dengan NG traveler sebagai editor teks. Karena prinsip national geographic tentang semangat eksplorasi selaras minatnya. “Ternyata bukan hanya saya yang memiliki pandangan seperti ini,” kata Ukirsari. “Dr. Brady Barr, herpetologist dan pemandu serial Dangerous Encounters national geographic CHANNEL, yang saya temui di suatu kesempatan pun menyatakan: ‘national geographic adalah wahana yang tepat untuk mengedukasi masyarakat tentang pelestarian Bumi dan semangat eksplorasi.'” Bergabung bersama NG traveler semakin mengukuhkan cara pandang Ukirsari dalam mengeksplorasi alam dan budaya, khususnya tentang kearifan lokal serta geowisata-tagline NG traveler yang disosialisasikan dua tahun terakhir. Dengan mengedepankan unsur-unsur geografis, diharapkan siapa pun penjelajah mampu meminimalkan atas dampak yang mungkin timbul. Sementara Agustinus, penulis buku perjalanan Selimut Debu, Garis Batas dan yang paling gres, Titik [...]

April 23, 2013 // 0 Comments

Surabaya Highlight (2013): How Much Are You Willing to Let Go?

19 April 2013 Surabaya Highlight   http://surabayahighlight.com/highlights-of-the-week/newcomers-in-town/third-cultured/how-much-are-you-willing-to-let-go How Much Are You Willing to Let Go? Surabaya – “There’s no end to traveling, it is all about how well we understand places that we have visited,” an afternoon talk during lunch with Agustinus Wibowo is such an eye opener for lucky Surabaya Highlight. Agustinus Wibowo is a travel writer and freelance journalist that was born and raised in Lumajang, East Java. In his short visit to Surabaya, he agreed to meet us and share his inspiring life to Surabaya Highlight’s readers. Coming from a small town of Lumajang, Agus had a dream to someday see the world outside his hometown. “Children would run around screaming to a plane passing by. I always watch Dunia Dalam Berita, because that was the only chance I had to see the world since there was no internet or other programs,” his vivid explanation made us picturing how it was back then when Agus was a child. Such limitation did not conquer his passion on the outside world because at his fifth grade of elementary school, he started exchanging letters to pen pal around the world. Amazingly, in his early age he made friends with 70 [...]

April 19, 2013 // 0 Comments

Kompas (2013): 7 Pengarang Fiksi GPU Berbagi Rahasia

6 April 2013 http://female.kompas.com/read/2013/04/06/20540843/7.Pengarang.Fiksi.GPU.Berbagi.Rahasia KOMPAS.com – Penerbit Gramedia Pustaka Utama (GPU) menggelar temu pengarang dan pembaca fiksi di Gedung Kompas-Gramedia, Palmerah Barat, Jakarta, Sabtu (6/4/2013). Sekitar 50an pengarang turut hadir dan tujuh di antaranya berbagi rahasia penulisan. Tujuh pengarang tersebut yakni Okky Madasari (Entrok, 86, Maryam), Andina Dwifatma (Semusim, dan Semusim Lagi), Lexie Xu (Omen Series), Anastasia Aemilia (Katarsis), Agustinus Wibowo (Garis Batas, Titik Nol), Rina Suryakusuma (Jejak Kenangan), dan aliaZalea (The Devil in Black Jeans). Dalam sesi kreatif penulisan, ketujuh penulis mendapat banyak pertanyaan dari sekitar 200 pembaca yang hadir. Mereka juga diberi kesempatan untuk menawarkan naskah yang mereka tulis. “Menulis itu yang paling penting adalah ide, bukan teknis. Kalau ide kuat, mestinya bisa tuntas,” ujar Okky, yang juga peraih Khatulistiwa Literary Award 2012. Masing-masing pengarang punya rahasia dan triknya sendiri-sendiri. Andina Dwifatma, pemenang sayembara menulis novel DKJ 2012, mengaku dirinya kerap bereksperimen dengan tulisan, seperti tentang cinta dan bagaimana kalau rasa itu dihilangkan. “Saya punya tiga tips khusus dalam menulis, yakni outline sebagai panduan, jangan takut salah, dan percaya tidak ada yang baru di dunia ini selain kebaruan dalam mengungkapkannya lagi,” ujar Andina. Lain lagi Anastasia Aemilia. Sebagai penulis [...]

April 6, 2013 // 0 Comments

Jakarta Globe (2013): Detailing a Nomad’s Return to Point Zero

4 April 2013 http://www.thejakartaglobe.com/features/detailing-a-nomads-return-to-point-zero/583242/ Detailing a Nomad’s Return to Point Zero By Lisa Siregar on 3:24 pm April 4, 2013. Category Features, Travel Travel writer Agustinus Wibowo has walked many kilometers and dangerous turns during adventures in Afghanistan and across Asia — a long way from his childhood days in Lumajang, East Java, when he used to chase passing aircraft. After years away from his family, Agustinus eventually returned home to read the stories he had written about his experiences to his ill, bedridden mother. These previously unpublished tales of his journeys to Nepal, India and Pakistan, as well as the conversations with his mother in her final days, are the main themes of his new book, “Titik Nol” (“The Zero Point”, or “Ground Zero”). “To lose my mother is the worst thing that happened to me in my life,” Agustinus said at the launch of his book in Jakarta. “But I keep writing, because it is a spiritual healing for me.” “Titik Nol” is Agustinus’s third travel book. He has already published “Selimut Debu” (“Blankets of Dust”) in 2010 and “Garis Batas” (“Borderlines”) in 2011. For Agustinus, the zero point means self-discovery, which begins when one returns home. The [...]

April 4, 2013 // 0 Comments

Pedoman News (2013): Perjalanan Titik Nol ala Agustinus Wibowo

28 March 2013 http://www.pedomannews.com/pilkada-dki-2012/sosial-budaya/20512-perjalanan-titik-nol-ala-agustinus-wibowo   JAKARTA, PedomanNEWS – Banyak orang beranggapan kalau namanya perjalanan adalah sebuah kegiatan rekreasi ke sebuah tempat yang kita idamkan tetapi ada juga beranggapan lebih dari sekedar jalan dan rekreasi. Perjalanan yang lain dari sekedar rekreasi itu coba diungkapkan oleh Agustinus Wibowo dalam buku terbarunya yang diberi judul Titik Nol yang mengupas lebih dalam dari perjalanan dirinya ke berbagai negara hingga akhirnya memutuskan untuk kembali ke rumah. “Perjalanan bukan tentang jarak/lokasi yang jauh. Tapi bagaimana menghilangkan ego dan identitas diri. Perjalanan itu dari zero to hero dan kembali lagi ke zero. Kalau orientasinya hanya hero, orang akan cenderung serakah,” ujar Agus ketika ditemui pada peluncuran bukunya di Toko Buku Kinokuniya, Plasa Senayan. Dalam buku ini pria Lumajang, Jawa Timur, tahun 1981 ini bercerita, perjalanan itu dimulai ketika telah merampungkan kuliah Teknik Informatikanya di China bertahun-tahun silam. Korban gempa Aceh menjadi inspirasi bagi Agus untuk melakukan perjalanan dengan tujuan menaklukkan dunia. “Mulai perjalanan waktu lulus kuliah. Inspirasi dari korban gempa di Aceh ketika saya menjadi relawan di sana. Saya kira banyak cucuran air mata. Tapi yang berkesan justru anak-anak yang bermain dengan riang, serta ibu dan bapak yang mensyukuri keadaan yang mereka alami,” ucapnya. [...]

March 28, 2013 // 0 Comments

Wego Indonesia (2013): Agustinus Wibowo pengelana negeri tak terjamah

20 March 2013 http://www.wego.co.id/berita/agustinus-wibowo-pengelana-negeri-tak-terjamah/ Wego Indonesia Meet the Travelers Agustinus Wibowo pengelana negeri tak terjamah by Deasy Elsara March 20, 2013 Agustinus Wibowo dengan buku perjalanan ketiganya yang berjudul Titik Nol. Laksana kepompong yang keluar dari perlindungannya usai tidur panjang, seperti itulah hidup Agustinus Wibowo sejak 10 tahun silam. Kutubuku canggung yang jarang keluar rumah dan takut panas, kini telah berkelana ke negara-negara yang  mungkin luput dari daftar tujuan traveler kebanyakan. Agustinus kecil bercita-cita menjadi seorang turis. Bukan polisi, dokter, atau profesi-profesi lain yang dianggap mulia dan menjadi tolak ukur kesuksesan. Ia rela melepaskan modal masa depan sebagai lulusan universitas terbaik di Beijing, Cina, demi mengunjungi negara-negara yang dulu hanya bisa ia intip dari koleksi perangkonya. Semua berawal ketika Agustinus menjadi sukarelawan tsunami di Aceh pada Januari 2005. Di daerah yang luluh lantak akibat terjangan gelombang dahsyat tersebut, ia justru melihat semangat warga yang kuat untuk bangkit kembali. Agustinus yang saat itu baru lulus dari jurusan Komputer, bertekad banting stir menjadi seorang jurnalis. Tujuannya hanya satu, bisa mengunjungi tempat-tempat yang tak biasa dikunjungi, untuk menyebarkan cerita-cerita inspiratif. Warna-warni Nepal yang terpancar dari busana yang dikenakan oleh penduduk lokal. Rencananya jelas, ia akan melakukan perjalanan dari Beijing [...]

March 20, 2013 // 0 Comments

IndonesiaKreatif (2013): Proses Kreatif Travel Writer ala Agustinus Wibowo

http://indonesiakreatif.net/news/liputan-event/proses-kreatif-travel-writer-ala-agustinus-wibowo/   Proses Kreatif Travel Writer ala Agustinus Wibowo by Langlang R   Banyak orang yang melakukan perjalanan, namun sedikit yang merenungkan, apalagi mengabadikannya dalam bentuk sebuah tulisan. Padahal, sebuah peristiwa atau pengalaman yang pernah kita rasakan akan menguap tanpa makna jika dibiarkan hanya lewat begitu saja. Tak ada yang terbagikan pada orang lain, maka tak ada manfaat yang terpetik dari sebuah perjalanan yang kita tempuh. Maka, menuliskan kisah dan renungan catatan perjalanan bagi mereka yang memilih jalan menjadi seorang petualang, adalah hal yang sangat baik dan penuh manfaat. Hal ini pulalah yang kemudian dilakukan oleh lelaki petualang bernama Agustinus Wibowo yang catatan perjalanannya sudah dibukukan Penerbit Gramedia dengan judul Garis Batas, Selimut Debu, dan Titik Nol. Ketiga buku tersebut langsung mendapatkan sambutan luar biasa dari pembaca.  Bagaimana itu bisa terjadi? Agus pun membagi-bagikan pengalaman dan ilmunya kepada sejumlah remaja di Banten yang tergabung dalam kelas menulis Rumah Dunia.   Perenungan Diri Bertempat di pendopo Rumah Dunia, acara yang bertajuk Bincang Proses Kreatif Travel Writer ini digelar pada Selasa (12/3). Sang penulis, Agustinus Wibowo, mengatakan bahwa sebuah perjalanan atau backpacker-an bukan soal berapa rentang jarak atau waktu yang ditempuh, melainkan bagaimana kita bisa belajar dari pengalaman orang [...]

March 14, 2013 // 1 Comment

#VBookClub (2013): “Titik Nol”

3 May 2013 #VBookClub http://indynatalia.blogspot.com/2013/03/vbookclub-titik-nol.html?spref=tw #VBookClub – “Titik Nol” Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan membaca buku se-menarik “Titik Nol” dan bertemu dengan penulisnya, @avgustin88 di #VBookClub @VRadioFM. Sebelumnya, saya memang sudah jatuh cinta dengan buku ini. “Titik Nol” menceritakan tentang kisah perjalanan penulis, Agustinus Wibowo ke beberapa wilayah seperti Tibet, Nepal, India, Afghanistan, sampai Pakistan. Melalui buku ini, rasanya saya ikut merasakan perjalanan darat yang dilakukan @avgustin88 dan mengenal kultur kebudayaan di masing – masing daerah. Ritual ziarah di tibet yang dilakukan sambil merangkak; Eksotisnya bukit – bukit curam di Nepal; Keprihatinan terhadap India yang berbeda kehidupan dengan gambaran Bollywood; sampai rasa tidak aman saat mengunjungi Afghanistan yang tengah dilanda konflik. Dilengkapi dengan foto – foto menarik sepanjang perjalanan, saya sebagai pembaca mendapatkan gambaran yang jelas tentang terjadinya sebuah peristiwa. Tentang bagaimana sebuah tulisan mampu menggerakkan hati untuk ikut prihatin dengan apa yang terjadi di negara perang seperti Afghanistan. “Perjalananku bukan perjalananmu. Perjalananku adalah perjalananmu” Sesungguhnya, makna perjalanan yang ingin disampaikan oleh @avgustin88 adalah luas. Tidak hanya tentang berapa jumlah lokasi yang dituju, tidak hanya tentang berapa jumlah negara yang [...]

March 3, 2013 // 0 Comments

Aplaus (2012): Agustinus Wibowo, Berubah Bersama Perjalanan

    Agustinus Wibowo (31) : Berubah Bersama Perjalanan Teks oleh Eka D. Rehulina @ekarehulin | Foto Istimewa   BAGINYA perjalanan dan menjadi turis adalah mimpi masa kecil yang telah terwujud. Kisah perjalanannya sangat luar biasa, di negeri-negeri berbahaya di Asia Tengah yang tak pernah terbayangkan para pejalan awam. Selimut Debu dan Garis Batas, dua tulisannya yang telah dibukukan. Menceritakan kisah-kisah perjalanan yang telah ia lalui. Tentu saja, selain tulisan dan foto-fotonya yang kerap terbit di media nasional kita.   What Inspire Us… Sebenarnya rasa takut itu bukan untuk dilawan, tetapi dipahami. Rasa takut itu manusiawi, yang justru jika diolah dengan benar akan menjadi motivasi. Misalnya, kita bekerja keras di hari ini, justru karena rasa takut akan goncangan di hari tua nanti. Nah, ada rasa takut yang rasional, ada rasa takut yang irasional, ada rasa takut yang harus ada, ada rasa takut yang tidak perlu. Perjalanan sendiri adalah proses untuk melepaskan diri dari rasa takut.   Bohong kalau bilang saya tidak takut mati. He-he-he… Itu adalah ketakutan yang sangat manusiawi, dan rasional. Tapi ini kembali lagi kepada bagaimana cara kita menghadapi ketakutan kita sendiri.   Sakit di luar negeri adalah salah satu masalah serius. Saya pernah kena hepatitis waktu berada [...]

November 8, 2012 // 0 Comments

Kontan (2012): Melancong, Menulis, dan Uang Saku

http://lifestyle.kontan.co.id/news/melancong-menulis-dan-uang-saku Meski tulisannya sering muncul di media massa, Agustinus Wibowo bukanlah seorang wartawan. Ia adalah penulis perjalanan alias travel writer. Itu, lo, orang yang hobi jalan-jalan, lalu membagi pengalamannya bertualang dan berwisata dengan menulis di media massa dan buku, atau di dinding blog pribadi. Nama pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur, ini terkenal sebagai travel writer setelah memiliki kolom khusus di kompas.com bernama Petualang. Kolom ini berisi catatan harian perjalanannya keliling Asia sepanjang 2005 – 2007 yang dimuat secara berseri. Catatan itu dia bagi dalam dua judul: Bertualang di Negeri-Negeri Stan dan Titik Nol. Ya, belakangan, makin banyak orang yang hobi menulis kisah perjalanannya saat menyambangi tempat-tempat yang indah dan unik, baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi kalau daerah yang mereka kunjungi jarang didatangi turis. Ada yang sekadar membagi cerita lewat blog atau situs pribadi. Ada pula yang rajin mengirim story-nya ke koran, majalah, atau media online. Agustinus, misalnya, mulai suka menulis pengalamannya pelesiran ke pelbagai tempat sejak ia melakukan perjalanan ke negara-negara tetangga China tahun 2000-an, seperti Mongolia, Nepal, Tibet, Pakistan, serta Afghanistan. Maklum, ketika itu, dia kuliah di Tsinghua University, Beijing. Awalnya, Agustinus menulis perjalanannya di buku hariannya. “Setelah saya membuka website pribadi (www.avgustin.net), dari situlah saya [...]

April 4, 2012 // 0 Comments

Latitude.nu (2011): ‘Traveling is about Losing your Ego’

December 29, 2011 http://latitudes.nu/indonesian-travel-writer-photographer-agustinus-wibowo/ Indonesian Travel Writer & Photographer Agustinus Wibowo: ‘Traveling is about Losing your Ego’ By: Yvette Benningshof   Passing borderlines is almost a daily routine for Agustinus Wibowo. The travel writer and photographer from Indonesia picked up his backpack at the age of 19 and started to travel throughout Central Asia. He has lived in Afghanistan for three years as a photojournalist and has written two bestsellers books about his borderless travels. Wibowo’s current latitude: Beijing, China. Agustinus Wibowo (30) left his village Lumajang in East-Java, Indonesia in 2000 to study Computer Science in Beijing. From there he started his travels to Mongolia where he got robbed on the first day. That didn’t hold him back to travel to even more ‘dangerous’ countries like Pakistan and Afghanistan in 2003. As a true budget backpacker he took off with only 300 US dollars. ‘I traveled by the cheapest train in China, 70 hours on a hard seat. Then by public transport and hitchhiking trucks in Pakistan. Crossing the border with Afghanistan I used horses and donkeys or just walked my way. I also stayed with local people, that’s why it’s so important to learn the local languages. The [...]

December 29, 2011 // 0 Comments

Traveler【旅行家】(2011):伊朗旅游的“后ADS时代”: 既小众,又高端

伊朗,一个国际政治里的高频词汇,一个美国眼中的高危国家,还是一个全球游客心目中的神秘国度。作为旅游目的地,伊朗还属于中东地区的新军:2010年全年,伊朗的外国游客入境人数为312.5万人次,而从伊朗驻中国大使馆办理赴伊签证的人数仅约1.8万人次;它的邻国土耳其在2003年就曾有过单月入境超过200万人次的记录,2010年更是吸引外国游客2860万人次。

October 23, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Seni Travelling ala Agustinus Wibowo

Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:54 WIB Agustinus Wibowo adalah seorang backpacker. Ia mengunjungi daerah-daerah yang jarang dikunjungi wisatawan. Dia telah mengeluarkan buku catatan perjalanannya di Afghanistan yang bertajuk Selimut Debu. Buku keduanya bertajuk Garis Batas merupakan catatan perjalanannya mengunjungi negeri-negeri di kawasan Asia Tengah. | KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES KOMPAS.com – Dirampok, diculik, dipukuli, hingga nyaris diperkosa. Jalan kaki berkilometer jauhnya, naik keledai, hingga nebeng di mobil orang. Sebuah deskripsi yang sangat jauh untuk mengambarkan perjalanan wisata. Saya ingin menyampaikan suara-suara orang dari tempat yang kita tidak pernah dengar. Namun siapa sangka, seorang pria dengan sosok imut, berkulit putih, suara kalem, dan berwajah “baby face”, telah mengalami itu semua bahkan lebih, demi sebuah pengalaman jiwa. Ia menyebutnya sebagai perjalanan kemanusiaan. Agustinus Wibowo, pria berusia 30 tahun asal Jawa Timur itu berkelana ke negara-negara “ajaib”. Negara-negara yang tak populer untuk dijadikan destinasi wisata. Dari Turkmenistan sampai Mongolia dan dari Kazakhstan sampai India, pernah disambanginya. Tak hanya itu, ia pernah menetap dan bekerja di negara penuh peperangan, Afghanistan. Ia mengarungi Asia Selatan dan Asia Tengah melalui jalur darat. Kisah perjalanan Agus di negara-negara Asia Tengah dan Afghanistan, pernah dimuat di Kompas.com. Ia telah menerbitkan [...]

October 18, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Perjalanan Melebur Garis Batas

18 October 2011 Kompas Cyber Media Travel travel.kompas.com/read/2011/10/18/08365641/Perjalanan.Melebur.Garis.Batas Backpacker   Perjalanan Melebur Garis Batas   Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:36 WIB     KOMPAS.com – Manusia, yang sejatinya cuma entitas yang satu, memiliki beragam identitas. Ia dibentuk oleh beragam ras, ditempa oleh beragam aspek kultural, dan tumbuh menjadi sosok yang sarat nuansa. Acapkali, kekayaan nuansa itu membentangkan garis-garis batas yang memisahkan manusia. Melangkah melewati garis-garis demarkasi itu melahirkan pengalaman eksistensial yang unik. Dibutuhkan keberanian. Buka cuma itu, dibutuhkan juga kegilaan. Perjalanan ini bukan hanya garis batas teritorial yang ditembus, tapi juga garis batas kultur, garis batas agama, garus batas ras.   Itulah yang dilakukan Agustinus Wibowo, seorang petualang kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 1981. Dari Afghanistan, ia menyeberang menelusuri Asia Tengah. Sebuah sungai selebar 20 meter membentangkan perbedaan peradaban hingga satu abad. Ia menjelajahi Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Ia menerabas batas-batas politikdan sosio-kultural. Ia juga menerabas batas-batas dirinya dan melebur bersama pengalaman masyarakat di negeri-negeri jauh. Ia pantang naik pesawat terbang. Seluruh perjalannya ditempuh melalui jalur darat: naik bus, pedati, keledai, hingga jalan kaki. Agus membukukan kisah perjalanannya di “Negeri-negeri [...]

October 18, 2011 // 2 Comments

Appearance in Ubud Writers and Readers Festival 2011

http://ubudwritersfestival.com/writer/agustinus-wibowo Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer, travelled overland from Beijing to Central Asia and Middle East. He traveled extensively and settled in Afghanistan as journalist for three years. His works include Selimut Debu (A Blanket of Dust) and Garis Batas (Borderlines). Festival Appearances Time travel Saturday, 8 October 2011 10:45 Left Bank Lounge What is the future of travel writing and how do travellers utilise the genre? Has it all been said and done? Brian Thacker, Fiona Caulfield, Trinity, Agustinus Wibowo Chair: Peta Mathias Ticketed A blanket of dust… Saturday, 8 October 2011 13:45 Left Bank Lounge Standing at the cutting edge of Indonesian literature, this modern day wanderer has travelled to the ends of the earth, living in Afghanistan for three years. Wander with him in this intimate session. Agustinus Wibowo with Jamie James Worlds, in words: making language work Saturday, 8 October 2011 16:00 Neka Museum How language can transport us on colourful journeys to exotic lands, Agustinus Wibowo, DBC Pierre, Ida Ahdiah, Trevor Shearston Chair: Rosemary Saye Boundary riders Sunday, 9 October 2011 09:15 Left Bank Lounge Boundaries can be both geographical and intellectual. Crossing borders real and imaginary, exploring new ground, writing new territory. [...]

September 23, 2011 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2011): Destinasi Mana pun Istimewa

Agustus 2011 National Geographic Traveler Indonesia Empat Mata: Destinasi Mana pun Istimewa Teks: Vega Probo Terkesima menyimak foto-foto Afghanistan di rubrik Portfolio Majalah National GeographicTraveler edisi kali ini? Kenali lebih dekat sang penulis dan fotografer, Agustinus Wibowo. Berasal dari keluarga yang nyaris tidak pernah berpelesir, pria yang menguasai belasan bahasa dunia ini justru telah melanglang buana. Hampir semua perjalanan dilakukannya seorang diri atau bersama rekan yang ia jumpai di jalan, “Kalau cocok, jalan bareng. Kalau tidak cocok, tinggal berpisah di jalan.” Pengalamannya menjelajahi Afghanistan dan negara-negara Asia Tengah ia tuangkan masing-masing dalam buku Selimut Debu (2010) dan Garis Batas (2011). Dalam dua kesempatan bertatap muka dengan pria ramah ini di Jakarta, beberapa waktu lalu, berlanjut obrolan via dunia maya, tersirat betapa besar semangatnya untuk menjelajah—sebesar pembelajaran berharga yang ia refleksikan pada pembaca bukunya. Kapan dan ke mana pertama kali bepergian jauh? Pertama kali melakukan perjalanan independen ke Mongolia, tahun 2002. Pada hari pertama dan kedua di negara itu saya dirampok. Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa sebenarnya tantangan dapat dihadapi. Setidaknya saya tidak lagi takut melakukan perjalanan independen, itulah yang kemudian menciptakan konsep traveling bagi saya. Selama tiga minggu di Mongolia, saya menyaksikan banyak kultur yang “hidup” kembali karena adanya turisme. [...]

August 10, 2011 // 0 Comments

Republika (2011): Hidup Adalah Perjalanan

6 Juli 2011 Republika Wawasan Hidup adalah Perjalanan http://koran.republika.co.id/koran/37/138396/Hidup_adalah_Perjalanan Agustinus Wibowo Backpacker Penulis Sastra Perjalanan Agustinus Wibowo berharap akan semakin banyak orang yang mau melakukan perjalanan dan meresapinya sebagai sebuah kontemplasi. Bagi pria yang lahir dan besar di Lumajang, Jawa Timur ini, melakukan perjalanan dan pengamatan adalah pembelajaran hidup yang luar biasa. Ia menelusuri negara-negara di Asia Tengah dengan cara yang tak lazim ditempuh turis. Perjalanan ke negara-negara berakhiran stan dilakukannya de ngan segala modal transportasi, mulai dari kendaraan umum biasa, menumpang truk, hingga naik keledai. Berpaspor garuda hijau, namun bermata sipit, Agustinus fasih berbahasa Tajik yang diperolehnya saat tinggal di Afghanistan selama tiga tahun. Ditambah, sedikit berbahasa Uzbek, Kirgiz, dan Rusia yang dipelajarinya dari warga setempat. Persentuhannya dengan masyarakat dan kearifan lokal diakui membuatnya makin cinta tanah air. Berikut petikan wawancara Agustinus Wibowo dengan wartawan Republika Wulan Tunjung Palupi. Boleh ceritakan awal petualangan Anda saat memutuskan melakukan perjalanan dan apa yang mendorong Anda menjadi seorang petualang? Juli 2005, saya lulus kuliah, lalu ingin melakukan perjalanan keliling dunia demi menimba ilmu menjadi jurnalis. Kebetulan, saya terinspirasi menjadi jurnalis setelah mengunjungi Aceh pada Januari 2005 pascatsunami. Saat itu, saya melihat bagaimana perjuangan [...]

July 6, 2011 // 1 Comment

Travelist : Agustinus Wibowo – Seorang Musafir

Juni-Juli 2011 Travelist Interview Majalah Travelist Edisi Perdana http://the-travelist.com/index.php?option=com_content&view=article&id=51:first-one&catid=34:slideshow-items&Itemid=44 Agustinus Wibowo – Seorang Musafir Gus Weng adalah panggilan akrab seorang Agustinus Wibowo. Ia adalah pelajar IT saat pertama kali mencoba untuk menjelajahi dunia. Destinasi yang ia pilih pun ‘tidak biasa’, sebenarnya apa sih yang membuat ia memilih destinasi tersebut? Dalam buku Selimut Debu, Gus Weng menyebut diri adalah backpacker, tetapi editor anda menyebut anda explorer, bukan traveler. Sebenernya Gus Weng itu tipe traveler seperti apa? Sebenarnya label-label itu tidak penting. Saya tidak menyebut diri saya sebagai backpacker, tetapi kebetulan pada saat menulis perjalanan itu, saya melakukan perjalanan dengan cara backpacking atau traveling secara independen dengan anggaran minim, jadi saya adalah backpacker. Tetapi bukan berarti ada tanda sama dengan antara Agustinus Wibowo dengan backpacker. Demikian juga turis, traveler, explorer, observer, dan sebagainya, buat saya itu adalah label-label saja. Ada backpacker yang menolak dirinya disebut turis dan keukeuh minta disebut traveler. Buat saya lucu juga, karena sebenarnya pada hakikatnya backpacker itu juga turis –mencari hal-hal yang “eksotik” yang berbeda dari kehidupannya demi kesenangannya sendiri. Kalau memang dipaksa harus menyebut, mungkin saya lebih suka disebut sebagai musafir. Ini adalah kata yang [...]

June 27, 2011 // 2 Comments

Bukunya (2011): Teman Perjalanan Agustinus Wibowo

21 June 2011 http://bukunya.com/teman-perjalanan-agustinus-wibowo/ Agustinus Wibowo mengisi liburan kuliah di jurusan ilmu komputer di Cina dengan melancong ke Mongolia. Hari pertama perjalanan, pria kelahiran Lumajang 28 tahun silam ini nyaris dirampok pemabuk di kereta. Malam harinya ia dicegat begal di jalan. Tapi pengalaman delapan tahun lalu itu tak membuatnya kapok. Ia terus bepergian ke Tibet, Nepal, dan India. Ia masuk Pakistan lalu menembus ke Afganistan tempat konflik senjata tak pernah berhenti. Ia juga satu dari sangat sedikit orang yang berpetualang ke negara-negara di Asia Tengah, seperti Tajikistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Kisah petualangannya ke negeri “Stan” itu ia bukukan dengan judul Garis Batas terbitan Gramedia Pustaka Utama. Sebelumnya ia juga menerbitkan Selimut Debu yang bercerita soal perjalanannya di Afghanistan. Disebut-sebut beberapa editor media massa sebagai salah satu penulis perjalanan terbaik yang dipunyai Indonesia, Agustinus mendulang kisah travelling yang mendalam lewat buku-buku yang dibacanya sembari menanti truk tumpangan yang tak jelas kapan datangnya. “Buku yang dibaca akan sangat mempengaruhi perasaan dan pikiran saya tentang tempat yang dituju,” ujarnya. Berikut ini petikan obrolan bukunya dengan Agustinus soal buku yang jadi sahabatnya dalam perjalanan: Membawa buku saat travelling, hukumnya wajib atau sekedar pelengkap saja? Wajib. Buku yang dibaca selama bepergian itu akan mempengaruhi [...]

June 21, 2011 // 5 Comments

1 3 4 5 6 7