Interviews
http://whiteboardjournal.com/features/roundtable/interview-with-agustinus-wibowo.html http://whiteboardjournal.com/old/features/roundtable/interview-with-agustinus-wibowo.html Forming a passion for traveling, Agustinus Wibowo has spent most of his years in a foreign country. Referred as a world backpacker, Agustinus Wibowo whose profession is as a journalist, has taken the road less traveled by going to the depths of China, Mongolia, Afghanistan, India, Pakistan, Iran to the unfamiliar countries of Central Asia. His contemplative nature and literary adeptness has pushed him to compile his travel stories in a publication called ‘Selimut Debu’ in 2010, and ‘Garis Batas’ recently in 2011. Whiteboard Journal had a chance to learn more of his purpose of travels and the turnings points that have defined him as a word traveler. W: How did everything start? What initially drew you to be so engulfed in traveling? Everything started from childhood, when my dad introduced me to philately. I collected stamps from almost all countries, and stamps were my “window” to the world. I always dreamed to visit the countries of which stamps I have collected. I also loved geography, wanted to learn different languages and cultures. As I was raised in a small town, everything seemed just merely a dream. But then when the chance came, I went to Beijing as [...]
Janna (2011): Jadi Travel Writer, Siapa Takut!
June 2011 Majalah Janna Jadi Travel Writer, Siapa Takut! Nyali Agustinus Wibowo melebihi besar tubuh dan tinggi badannya. Bagaimana tidak, pemuda usia 29 tahun ini mengunjungi dan tinggal di Afghanistan ketika negara tersebut sedang dalam kondisi terburuknya. Agus juga menjelajahi negaranegara pecahan Uni Sovyet yang bertetangga dengan Afghanistan seperti Kazakhstan, Kyrgistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Tidak sekedar berkunjung, Agus menegaskan, dirinya sebagai musafir yang menyelami kebudayaan negeri lain tapi tetap menjaga jarak sebagai pengamat. Di balik itu semua, Agus tetap bisa selamat sampai tujuan dan kembali dan menuliskan pengalamannya kepada pembaca di Indonesia. Sebuah ‘bisnis’, kalau bisa disebut bisnis, yang luar biasa. Menggabungkan kesenangan pribadi dan profesionalitas diri. Berikut wawancara Janna dengan pemuda asal Lumajang, Jawa Timur ini di Bandung: Profesi kamu ini unik. Sebagai penulis perjalanan di daerah-daerah yang berbahaya. Kira-kira profesi ini menjanjikan gak sih buat anak muda? Bisa! Kita memang perlu menggerakkan ini. Kalau saya lihat sih sudah arah ke sana ya. Ada beberapa penulis perjalanan yang menerbitkan buku yang bagus. Ada tapinya? Tapi… Di sisi lain, profesi ini di Indonesia rasanya kurang. Kurang maksudnya kurang rasa aman. Bukan rasa aman ‘keamanan’. Tapi rasa aman untuk masa depan. Maksud saya, kalau dibandingkan dengan di Eropa, di sana banyak [...]
[VIDEO] Liputan6 SCTV: Backpacker Asal Lumajang
Agustinus, Empat Tahun Berkelana dengan Ransel Sosok | oleh Tim Liputan 6 SCTV Posted: 29/05/2011 12:54 Liputan6.com, Jakarta: Kegigihan Agustinus Wibowo membawa dirinya melangkahkan kaki ke berbagai penjuru dunia. Empat tahun sudah Agus mengembara menyandeng rasel. Pengembaraan dimulai dari perjumpaan Agus dengan seorang backpacker Solo asal Jepang. Kala itu Agus sedang kuliah di Universitas Tshinghua, Beijing, Cina. Ia kemudian tergoda dan memulai perjalanannya dari negara tetangga Cina, Mongolia pada 2002. Agus kemudian merambah ke negara-negara lain seperti Tibet, Nepal, India dan Pakistan. Semua itu dilakoni seorang diri. Setelah menjadi relawan pasca-tsunami Aceh pada 2005, Agus menolak beasiswa pendidikan strata dua Ilmu Komputer di Cina. Dia justru memantapkan diri memulai perjalanan ke negara yang penuh konflik dan perang, Afghanistan. Satu tahun tujuh bulan ia menggembara ke pelosok-pelosok Negeri Mullah yang tak pernah dikunjungi orang asing, bahkan penduduk daerah lain. Di balik keberaniannya menyusuri tepian jurang, menyeberangi sungai dan mendaki gunung, Agus sebenarnya menyimpan ketakutan akan ketinggian. Kendati demikian, langkahnya tak pernah surut. Dan, kisah ini dituangkan dalam buku pertamanya bertajuk Selimut Debu. Tak sekadar jalan-jalan, Agus menghindari perjalanan naik pesawat agar bisa mengupas budaya tiap negara yang dikunjungi. Ia kemudian menghubungkannya dengan permasalahan di Indonesia. Tentu saja ini didukung dengan kelebihan [...]
[VIDEO] Kick Andy (2011): Kisah Para Petualang
http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2099/read/KISAH-PARA-%20PETUALANG. Jumat, 27 Mei 2011 21:30 WIB KISAH PARA PETUALANG Dalam perjalanan kehidupan seorang manusia, pada suatu saat terkadang memerlukan sebuah proses mencari makna hidup melalui hal-hal yang tidak terduga dan bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut dapat berupa melakukan aktifitas berbeda yang diluar rutinitas, kegemaran yang dilakukan secara total, maupun peristiwa-peristiwa yang dialami ketika berada dalam perjalanan menuju suatu tempat. Sesungguhnya inti dari semuanya itu adalah adanya perjuangan dan proses pembelajaran yang dinikmati dengan ikhlas. Itulah yang telah dilakukan oleh para tamu Kick Andy dalam episode ini, mereka adalah para petualang yang sejenak berbagi kisah perjalanannya dengan kita. Rob Rama Rambini. Pria kelahiran Roma, Italia ini adalah sulung dari 3 bersaudara. Ibundanya adalah seorang pianis dan komposer musik, Trisutji Kamal. Besar di Jakarta dan saat lulus SMA ia ikut ayahnya dan tinggal di berbagai negara di Eropa dan Rusia. Selama hidupnya, Rama mengaku tidak pernah tinggal lama disuatu tempat, karena mengikuti sang ayah yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Perasaan tidak pernah terikat pada suatu tempat, bisa jadi telah membuat sosok Rama akhirnya mampu melakukan solo sailing dari California ke Indonesia selama lebih kurang 11 bulan. Dengan membiayai sendiri pelayarannya dengan kurang lebih [...]
Metro TV (2011): Tionghoa Jelajahi Afghanistan
May 2011 Metro TV (Indonesia) MetroXinwen [youtube]http://www.youtube.com/watch?v=BlGNjYXVz_E[/youtube] [...]
[VIDEO] TVOne (2011): Selimut Debu dan Garis Batas
Talkshow buku Selimut Debu dan Garis Batas, Agustinus Wibowo, Apa Kabar Indonesia, TVOne, Jakarta, 22 Mei [...]
Tempo (2011): Tujuan Berikutnya, Asia Tengah
22 May 2011 Majalah Tempo: Gaya Hidup Tujuan Berikutnya, Asia Tengah Tujuan Berikutnya, Asia Tengah http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/05/16/GH/mbm.20110516.GH136711.id.html Negara-negara berakhiran “stan” di Asia Tengah makin digemari para backpacker sebagai tujuan petualangan mereka. Mereka ingin menelusuri Jalur Sutra. PERJALANAN Agustinus Wibowo menembus Afganistan membawanya ke tepian Sungai Amu Darya di ujung utara negeri itu. Menunggang keledai di jalan berbatu dan terjal, ia melihat di seberang sungai berseliweran mobil di atas jalan beraspal. Pemandangan itu membuat Agus penasaran dengan kehidupan di negara-negara pecahan Uni Soviet yang berada di seberang sungai. Agus, yang menetap di Beijing, sebenarnya bisa dengan mudah naik pesawat dari Cina. Tapi ia memilih jalan darat dari Afganistan masuk ke Tajikistan. “Jalan darat itu makan waktu lebih lama,” ujar pria berusia 28 tahun ini. “Semakin lama perjalanan, semakin banyak yang bisa saya pelajari.” Dimulai pada 2006, Agus satu tahun lamanya berkeliling Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Hitungannya, ia menghabiskan uang US$ 400 per bulan. “Itu relatif lebih murah daripada ke Eropa,” ujarnya. Kisah perjalanan di negara-negara berakhiran “stan” begitu ia menyebutnya-dibukukan dengan judul Garis Batas. Ahad dua pekan lalu, buku itu jadi bahan diskusi Komunitas Back-packer Dunia di Kafe Pondok Penus, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Selama lima jam nonstop, [...]
Pikiran Rakyat (2011) Menembus Garis Batas Asia Tengah
16 May 2011 Menembus Garis Batas Asia Tengah SAAT duduk di bangku sekolah dasar, di Lumajang, Jawa Timur, Agustinus Wibowo ditanya oleh gurunya, “Cita-citamu menjadi apa?” Dengan tegas Agustinus menjawab, “Saya ingin menjadi turis.” Jawaban itu tidak dapat diterima oleh sang guru karena cita-cita seorang anak haruslah menjadi dokter, pilot, insinyur, dan berbagai predikat “bergengsi” lainnya. Menjadi turis tidak boleh menjadi cita-cita. Akan tetapi, Agustinus tetap bersikukuh ingin menjadi seorang turis. Belasan tahun kemudian, pada 2003, pada usianya yang baru 21 tahun, Agustinus memang menjadi turis. Namun, dia bukan seorang turis biasa. Pemuda yang tampak culun itu sedang berada di Afganistan, negeri yang sedang terca-bik-cabik perang untuk keseki-an kalinya. Keberadaan Agustinus di Afganistan bukan tidak sengaja. Dia merencanakan perjalanan itu sejak 2001 ketika dia melihat berita di televisi tentang Taliban yang menghancurkan patung Buddha raksasa. Bukan masalah hancurnya patung Buddha yang membuat Agustinus ingin mengunjungi Afganistan, tetapi gambar panorama alam di sekitar parung itu yang memukau matanya, sampai terbawa ke alam mimpi. “Saya lihat sekilas di televisi. Afganistan begitu indah. Kemudian saya bermimpi datang ke Afganistan, di sebuah tempat yang hijau, dan ada seorang perempuan bercadar di sana. Saya singkap cadar itu, dan mungkin itu pertanda bahwa saya harus menyingkap [...]
Jawa Pos (2011): Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan
16 May 2011 Agustinus Wibowo dan Petualangan Bertahun-tahun di Afghanistan Lolos dari Perampokan, Pernah Ditawar Pria Homo Agustinus Wibowo bisa disebut sebagai petualang langka asal Indonesia. Dia menjelajah daratan Asia Tengah, mulai dari Beijing, Tiongkok, hingga Afghanistan. Setiap selesai berpetualang, dia bukukan pengalaman tersebut. ——————————————————- AGUNG PUTU ISKANDAR, Bandung —————————————————— Secara fisik, orang mungkin tidak akan percaya bahwa lelaki yang karib dipanggil Agus ini pernah blusukan ke kampung-kampung di Afghanistan. Tidak tanggung-tanggung, tiga tahun lebih dia tinggal dan berkumpul dengan masyarakat di negara yang dilanda konflik berkepanjangan itu. Tubuhnya kecil dan tampangnya lugu. Kulitnya putih bersih dan tidak ada kesan sebagai petualang di daerah yang banyak terdapat perbukitan dan padang pasir itu. “Saya di Afghanistan sudah biasa setiap hari dengar ada bom. Bahkan, saya pernah tinggal di daerah paling rawan. Malah kalau sehari nggak ada bom, terasa aneh,” kata Agus lantas terkekeh saat ditemui di toko buku Tobucil, Bandung (13/5). Entah, sudah berapa kali Agus pulang ke Indonesia. Setelah petualangan panjang dia pada 2003 dan disambung 2005?2009 berakhir, Agus tinggal di Beijing, Tiongkok. Dia bekerja sebagai [...]
The Jakarta Globe (2011): An Indonesian’s Lust for Asian Travel
An Indonesian’s Lust for Asian Travel Lisa Siregar | May 26, 2011 http://www.thejakartaglobe.com/lifeandtimes/an-indonesians-lust-for-asian-travel/443364 For Agustinus Wibowo, a travel writer who has explored and lived in some of the most dangerous parts of Central Asia, traveling is all about gaining fresh perspectives — even if it means going unshowered for months or getting kicked out of an Afghan man’s house for refusing the generous offer of a male prostitute. “It’s not about the number of stamps in your passport. It’s the traveler’s point of view that matters,” he said last week during the launch of his new travel book, “Garis Batas” (“Borderlines”). He showed up to the launch proudly wearing a white flowing tunic known as a shalwar kameez from Afghanistan, where he had lived for several years. Agustinus, now a translator based in Beijing, is famed for his travel columns published in Kompas newspaper as well as his first book, “Selimut Debu” (“Blanket of Dust”), published in January last year. Most people like holidays in luxurious, or at the very least comfortable, spots. Agustinus is a bit more adventurous. His new book, for example, details his sometimes nightmarish experiences in Tajikistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Turkmenistan and Uzbekistan. Once, his things were [...]
MyTrip (2011): Agustinus Wibowo Si Kutu Buku yang Akhirnya Malang-Melintang di Afghanistan
MyTrip Vol 1/2011 Maret 2011 Pewawancara: Mayawati Nur Halim Foto: Dokumentasi pribadi Agustinus Wibowo, Mayawati Nur Halim (foto Agustinus menandatangani buku) Pertama kali melihat sosok Agustinus Wibowo, saya tak mengira dialah petualang pemberani yang mblusuk-mblusuk pedalaman Afghanistan, negeri yang penuh gejolak. Posturnya sedang, kulitnya putih, cara bicaranya lembut. Jauh dari kesan petualang. Padahal bukan cuma Afghanistan; Mongolia, Iran, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Tajikistan, Kirghiztan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, juga Laos telah dirambahnya. Semakin besar tantangannya, semakin ia menikmatinya. Di satu kesempatan Juli lalu, Gus Weng, begitu ia dipanggil, berbagi cerita dengan myTrip. Kebetulan saat itu ia tengah kembali ke Indonesia dan datang ke Jakarta untuk memenuhi undangan temu muka dengan anggota milis Jalansutra. Berpuluh halaman pun sebenarnya tak cukup untuk menuangkan kisah-kisah menakjubkan yang dituturkannya. Jadi, bacalah buku pertamanya Selimut Debu jika ingin menikmati ceritanya lebih detil. Tapi yang disarikan pemuda 28 tahun asal Lumajang, Jawa Timur ini, khusus dibagikannya untuk pembaca myTrip. Momentum yang membuat kamu seperti sekarang? “Saat menjadi relawan di Aceh, Januari 2005, setelah tsunami (Desember 2004), beberapa bulan sebelum saya lulus kuliah di Beijing. Sejak saat itu saya memutuskan tidak akan melanjutkan studi S2 di bidang ilmu komputer dan total menjadi jurnalis. Padahal saat itu saya [...]
[VIDEO]中国中央电视台CCTV-13:“新春亚洲行”特别节目(走进文莱和印尼)
本期介绍 本期节目主要内容: 1、新春亚洲行–走进文莱和印尼; 2、昨天互动问题的答案:“黄梨”谐音“旺来”喻示好兆头; 3、文莱:新春亚洲行: (1)文莱并不遥远,古称渤泥国; (2)五万华人为社会作出积极贡献; (3)吴尊为您介绍文莱华人过春节; (4)华人新春活动迎来“神秘贵宾”; 4、文莱:今天的互动问题:今年文莱华人团拜会的贵宾是谁; 5、文莱–大年初一要放假; 6、文莱:新春亚洲行:几代华人依然保留着过年习俗; 7、印尼–春节是法定假日;
U-Mag (2010): Agustinus di Titik Nol
November 2010 Rubrik Adam U-MAG Agustinus di Titik Nol Dikenal sebagai backpacker sejati, bertahun-tahun dia berjalan tanpa pernah pulang. Agustinus Wibowo adalah nomaden yang mengumpulkan aneka identitas dari setiap negara yang dia kunjungi. Qaris Tajudin TITIK NOL PERTAMA: Lumajang, Republik Indonesia (112°53’-113°23’ Bujur Timur dan 7°54’-8°23’ Lintang Selatan) Di bawah konstelasi bintang berbentuk singa dan dalam naungan sayap ayam jago (8 Agustus 1981), dia lahir. Bulan kelahirannya diambil untuk salah satu kata dalam namanya: Agustinus Wibowo. Beberapa tahun kemudian, dia mengoleksi prangko luar negeri, jendela sempit yang memungkinkan dia mengintip negeri terjauh. Ketika guru sekolah dasarnya bertanya, “Apa cita-citamu?”, dengan lantang dia berteriak: “Aku pengen jadi turis!” Gurunya mungkin melongo, tapi segera mengatakan bahwa orang tak boleh bercita-cita menjadi turis, karena itu bukan pekerjaan. Agustinus Wibowo lalu mengganti cita-citanya. Dari pendeta, polisi, hingga guru. Sempat juga ingin menjadi ahli bahasa. Tapi semangatnya menjadi turis tidak berhenti. Saat menginjak kelas III SD, dia bertekad menulis novel. Ceritanya tentang sebuah keluarga yang ingin berkeliling dunia, start dari Inggris. Peta dan rute perjalanan sudah disiapkan. Rencananya, setiap halaman bercerita tentang satu kota. Rencananya juga, setiap hari dia menyelesaikan satu halaman. Pada hari kesepuluh dia berhenti. Catatannya lalu hilang. Kelak, catatan perjalanannya (juga [...]
Reader’s Digest Indonesia (2010): Terpukau Oleh Peradaban dan Alam
October 2010 Reader’s Digest Indonesia Memori Destinasi bukan lagi menjadi sesuatu yang penting, tetapi bagaimana proses yang terjadi selama perjalanan itu sendiri. Oleh Agustinus Wibowo Ini adalah perjalanan yang dimulai dari sebuah mimpi. Mimpi untuk menyingkap rahasia negeri Afghan. Mimpi yang membawa saya berjalan ribuan kilometer untuk menemukan rohnya, menikmati kecantikannya, merasakan air mata yang membasahi pipinya….” Begitulah tulisan dalam buku harian kumal yang menemani perjalanan panjang saya dari Beijing hingga ke Afghanistan. Hanya dengan berbekal 300 dolar, menumpang kereta kelas kambing, bus, truk, melintasi gunung-gunung Pakistan utara, bertahan hidup dengan jajanan pasar, menembus keganasan panasnya kota Peshawar dan terguncang-guncang dalam mobil berdebu saat menembus perbatasan. Sampai akhirnya saya berdiri penuh takzim di hadapan reruntuhan patung Buddha Bamiyan, Afghanistan. Surga yang cantik, dengan ranjau bertebaran di mana-mana. Perang dan pertumpahan darah seperti cadar hitam yang menyelubungi tanah Bangsa Afghan, yang diselimuti debu tebal dan dilupakan orang. Tragis memang, karena negara itu sebenarnya sangat indah dan permai. Dan meski begitu berat dan melelahkan, saya terus berjalan mengelilingi Afghanistan, untuk menemukan rahasia dan misteri negeri kuno itu, dan menjalin persaudaraan dengan warga Afghan, yang ternyata menerima saya dengan tangan terbuka, penuh cinta dan persahabatan. Tanpa terasa, dua tahun saya habiskan untuk [...]
Aplaus (2009): Single Fighters – True Story Unveiled
Edisi 112 Aplaus Fokus http://www.aplausthelifestyle.com/result_detail.php?id=1245&index=36 Single Fighters: The True Story Unveiled Teks oleh Linda Yusmiyani & Judika B.M Foto Bobby Wongso Wennars, Istimewa & dari berbagai sumber Menjadi single fighter bukan berarti harus merasa sendiri. Justru merupakan proses perjuangan untuk melatih melupakan ego, percaya diri dan mensyukuri kemandirian yang telah dianugerahkan. BANYAK hal yang harus dilewati untuk menjadi sukses karena kemandirian. Mulai dari jalan berbatu, berliku, bertemu dengan orang yang salah, merasakan jatuh, sebelum akhirnya menggenggam sukses sejati seperti mereka ini. 1.Go Far And Experience The World Agustinus Wibowo (Backpacker) Masih muda, tapi pengalaman backpacking-nya segudang. Apalagi kegigihan dan kemandiriannya dalam menelusuri hampir seluruh negara di Asia. Awal petualangan backpaking kamu gimana sih? Tahun 2001 saya terinspirasi seorang teman perempuan dari Jepang yang melakukan perjalanan sendiri mengelilingi negara Asia Tenggara, tanpa menguasai bahasa selain bahasa Jepang. Dari petualangannya, setahun kemudian saya melakukan backpacking pertama ke Mongolia, berkemah mengelilingi negeri itu selama tiga bulan. Perjalanan backpacking kamu sudah ke mana aja? Tahun 2005, ketika baru lulus kuliah di Beijing, saya bercita-cita melakukan perjalanan panjang dari Beijing ke Afrika Selatan, melalui jalan darat. Perjalanan saya bertahan selama 1 tahun 7 bulan, melintasi pegunungan Tibet, Nepal, [...]
HerWorld (2009): Life is Beautiful Around the World
May 2009 HERWORLD FEATURE LIFE IS BEAUTIFUL AROUND THE WORLD PITTA SEKAR WANGI memutar bola dunia searah jarum jam dan menunjuk benua yang ingin dikunjungi. Lalu, kembali lagi menghadap monitor dan berselancar. Orang bijak berkata, kejarlah mimpi hingga ke negeri Cina. Seorang teman terusik mendengar kalimat bijak tersebut kemudian bertanya, “Cuma sampai ke negeri Cina saja? Kan Cina itu dekat banget!” Secara logika, apabila ditempuh melewati jalur udara memang sangat dekat. Namun banyak cara untuk menuju Cina, bisa melewati India, Burma bahkan Hong Kong. Alasannya bisa beragam mengapa Anda memilih melewati negara-negara tersebut. Begitu juga dengan traveling, Anda sendiri yang memutuskan tujuannya dan bagaimana bisa menikmatinya sesuai dengan budget Anda. Simak 3 kisah petualangan dari Ninit Yunita, Agustinus Wibowo, Wasti Priandjani dan pengalaman seru menjadi host untuk tamu turis asing, Carmelita Bahrun. journey begins with Apabila ingin memulai sesuatu harus dengan niat dan usaha, so they say. Begitu juga dengan memulai perjalanan. Tepatnya membuat rencana. Sama seperti Anda ingin memulai bisnis atau proyek baru, perencanaan memegang peranan sangat penting. Karena dari situ, Anda bisa menentukan tempat tujuan, budget, transportasi, akomodasi, makanan hingga suvenir. Agustinus Wibowo yang saat ini sedang bermukim di Afghanistan mengatakan sejak kecil ia bercita-cita untuk mempelajari berbagai [...]
Hidup (2008): Agustinus Wibowo, Menyusuri Negeri Tak Dikenal
27 Juli 2008 HIDUP Agustinus Wibowo Menyusuri Negeri Tak Dikenal “Hidup adalah perjalanan. Kita tidak tahu kapan perjalanan hidup kita akan selesai. Begitu pula saya tidak tahu kapan petualangan saya ini akan berakhir,” tulis Agustinus Wibowo lewat surat elektronik. SUDAH tiga tahun, Agus melakukan perjalanan tanpa jeda. la melintasi Asia Selatan dan Tengah melalui jalur darat. Agus memang sedang melakukan misi pribadi berkeliling Asia. Perjalanannya dimulai dari Stasiun Kereta Api Beijing, Cina, 31 Juli 2005. la menuju Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, dan menembus Pakistan, Afghanistan, Iran, berputar lagi ke Asia Tengah, diawali ke Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan, dan Turkmenistan. la menempuh perjalanan itu dengan berbagai ragam alat transportasi, seperti kereta api, bus, truk, kuda, keledai, bahkan berjalan kaki. Agus memang menghindari perjalanan dengan pesawat. “Perjalanan udara menghalangi saya menyerap saripati tempat yang saya lalui,” ujarnya dalam perbincangan lewat internet, beberapa waktu lalu. la ingin menyatu dengan budaya, menjalin persahabatan. mencecap kehidupan masyarakat yang dikunjunginya. Agus memulai perjalanan berbekal 2.000 dolar AS. hasil tabungan saat ia kuliah di Universitas Tshinghua Beijing, Cina. Ketika bekal habis, ia menetap sementara di suatu tempat, la bekerja apa saja untuk mendapat [...]
Majalah Kreatif (2008): Kak Agus Si Petualang Dunia
Mei 2008 Majalah Kreatif Taman Kreatif Kak Agus Si Petualang Dunia Weess… keren banget disebut petualang dunia, iya, Kak Agus ini sedang keliling dunia, lo. Hebat! Penasaran bagaimana petualangan Kak Agus selama keliling dunia?! Kak Agus, kenapa ingin keliling dunia? Soalnya, saya ingin melihat dunia. Saya ingin belajar berbagai macam budaya dan kehidupan manusia di negeri-negeri asing. Kapan mulai keliling dunia, Kak? Sudah ke mana saja? Tahun 2002, saya kuliah di Cina. Lalu, pertama kali “berkelana”, menjelajahi Mongolia sambil berkemah. Kemudian, ke Hong Kong, Macau, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Malaysia, Singapura, Tibet, Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Turkmenistan. Perjalanannya naik apa aja? Yang paling umum, naik bus dan kereta api. Terkadang naik truk, traktor, keledai, kuda, atau berjalan kaki. Saya menghindari naik pesawat terbang. Cita-cita saya menyelesaikan perjalanan ini dengan jalur darat. Gimana perjuangan Kak Agus selama di negara-negara itu? Saya bekerja sebagai fotografer dan penulis untuk menyambung hidup. Sewaktu di Pakistan, pernah bekerja sebagai sukarelawan gempa. Lalu, saya biasa tinggal di penginapan murah atau di rumah penduduk. Saat berkelana di Afghanistan, saya tinggal di warung-warung. Wah, kalau keliling dunia, berarti sudah menguasai banyak bahasa, ya? Saya sudah menguasai [...]
Seputar Indonesia (2008): Jelajahi Dunia demi Ilmu
20 May 2008 Seputar Indonesia Jelajahi Dunia demi Ilmu Seputar Indonesia Daily MENUNTUT ilmu tidak lagi harus melalui bangku sekolah. Memburu ilmu bisa didapat dengan melanglang buana. Bagi Agustinus Wibowo, 27, berada di Lembah Hunza,Chapursan, yang melintang sejajar dengan perbatasan Pakistan dan Afghanistan,serasa berada di taman firdaus. Semilir angin yang sejuk, udara yang segar dan pemandangan yang indah,membuat Agustinus dan penduduk Hunza larut dalam suasana nyaman. Chapursan hanya salah satu tempat yang sempat disinggahi Agustinus dari sekian banyak kota di dunia.Pria kelahiran Lumajang, Jawa Timur ini, sejak tiga tahun lalu mulai berkelana mengelilingi Asia dengan satu tujuan, mencari ilmu dan mengenal pahitmanisnya kehidupan berpetualang di negara lain. Asia telah puas dia jelajahi. Saat ini obsesi utamanya mencapai daratan Afrika Selatan dengan menempuh perjalanan darat, melintasi Kaukasus, Eropa Timur,Timur Tengah, dan Afrika Barat. Selama penjelajahan itu, dia berusaha menyingkap kehidupan di beberapa negara yang namanya masih asing di telinga,semisal Abkhazia,Transdniestr, Ossetia, dan sebagainya. Perjalanan mahasiswa Fakultas Komputer Universitas Tsinghua, Beijing ini, bermula dari Stasiun Kereta Api Beijing, China, tiga tahun silam. Dari negeri itu, Agus, sapaan akrabnya, melangkahkan kaki ke Nepal, India, Pakistan, Afghanistan, Iran, Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan,dan Turkmenistan. Selama perjalanan,Agus sedapat mungkin menghindari [...]
千岛日报(2008):走出去就是一门学问
2 April 2008 千岛日报 走出去就是一门学问 “周游世界探险”的梦想 南海漳 绿草 “人生好比一个旅程,我们无法预知我们的生命何时终止,同样的我也无法确知我的探险何时才能结束。扪心自问我将继续我的探险,尚有很多地方准备去驻足探 访、考察和挖掘世界上鲜为人知的新事物”这是一位印尼青年Agustinus Wibowo (翁鸿鸣 )所述的一席话,他现在阿富汗。 翁鸿鸣是北京清华大学计算机工程与技术系毕业生。2005年写了题为《印度尼西亚语的语音综合系统与文体分析》的综合论文,那时已开发的语音合成系统有: 英语、汉语、日语和汉语四种,而印尼语可谓是第五种语言。赢得了教授的极高评价:“翁鸿鸣同学勤于动脑,工作努力,动手能力强,答辩讲述清楚,回答问题正 确,完成了大量的工作和综合论文的任务,取得了很好的研究成果。”其成绩92分,被评为清华大学优秀毕业留学生。校方非常赏识,拟給于奖学金继续硕士研究 生,但事与愿违,他竟然决意放弃科学研究而从事文学——周游世界探险,取得真知后写实著书。 他在清华除攻读本科外还兼学德、日、法、俄语等。每学期成绩优异,获得奖励金储蓄起来成了他旅游的盘缠。趁寒假或暑假,去过泰、越,老挝,柬、马、新加坡 [...]