Recommended

Blog

Indonesia Book Fair (2013): Menulis Perjalanan Ke Dalam Diri Sendiri

http://www.indonesiabookfair.net/2013/11/09/agustinus-wibowo-menulis-perjalanan-ke-dalam-diri-sendiri/ Agustinus Wibowo: Menulis Perjalanan Ke Dalam Diri Sendiri Agustinus Wibowo (32), seorang backpacker penulis trilogi perjalanan Selimut Debu (2011), Garis Batas (2011), Titik Nol (2013) lahir 08 Agustus 1981 di Lumajang dan besar di sana. Kemudian, kuliah di Institut Teknologi Surabaya dan melanjutkannya di China. Seorang kutu buku yang tertarik pada backpacking ini, setelah berkenalan dengan backpacker perempuan asal Jepang. Pada tahun 2001, dia pun memulai perjalanannya ke Mongolia. Lalu, melanjutkannya lagi pada tahun 2005, setelah lulus kuliah, dengan  melintasi Tibet, Nepal, ke gurun pasir India, pegunungan di Pakistan Utara. Dia juga sempat bekerja sebagai sukarelawan gempa Kashmir, ke pedalaman Pakistan, berkeliling Afghanistan dengan hitchhiking, lalu ke Iran, Tajikistan, Kirgistan, Kazakhstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Perjalanannya terus berlanjut hingga Mei 2009, ketika akhirnya dia harus pulang ke Lumajang karena Mamanya divonis kanker dan harus menjalani pengobatan. Pada kesempatan pameran Indonesia Book Fair 2013, Sabtu (09/11) di Panggung Utama Istoran Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta ia membagikan pengalamannya dalam menulis buku perjalanan. Ia sendiri jika disebut berbeda dengan penulis perjalanan lain tidak mengiranya dan begitu tahu. Karena konsep yang ia pahami dari travel writing ini dari awal sebelum ia menulis sering membaca buku-buku traveler [...]

November 9, 2013 // 0 Comments

VIVAlife (2013): 8 Tips Sukses Jadi Penulis Perjalanan

8 Tips Sukses Jadi Penulis Perjalanan Simak tips penting dari penulis top perjalanan Agustinus Wibowo. Maya Sofia, Ananda Putri Laras Minggu, 3 November 2013, 11:31 WIB http://life.viva.co.id/news/read/455831-8-tips-sukses-jadi-penulis-perjalanan VIVAlife – Menjadi penulis perjalanan atau travel writer memang terlihat menyenangkan. Bisa menjelajah dunia dan menghasilkan uang dari pekerjaan tersebut. Setiap orang bisa mencapai impian ini, tidak memiliki kemampuan jurnalistik bukanlah hambatan krusial. Penulis perjalanan dari Indonesia yakni Agustinus Wibowo, tidak memiliki latar belakang jurnalistik sama sekali. Tapi dengan kegigihannya untuk terus belajar, menulis perjalanan dapat ditaklukkan. Melalui beberapa tips ini, Agustinus berbagi resep agar Anda menjadi penulis perjalanan yang berkualitas. Mulailah dari blog Agustinus memulai karya-karyanya dari sebuah blog. Buatlah blog pribadi, catat setiap perjalanan Anda. Jika tulisan menarik, maka pihak media akan menghubungi Anda untuk bekerja sama. Sewalah penerjemah saat di perjalanan Jika Anda memang berencana membuat buku, sebaiknya menyewa penerjemah agar dapat berinteraksi lebih dekat dengan penduduk setempat. Informasi yang digali pun lebih banyak. Catat perjalanan di dalam buku harian Tidak semua orang bersahabat dengan teknologi. Narasumber kadang takut dengan alat perekam, terlebih mereka yang berada di daerah terpencil. Akibatnya, mereka jadi tak terbuka memberikan informasi. Bawalah selalu buku harian, catat [...]

November 3, 2013 // 0 Comments

Viva (2013): Merangkum Dunia Lewat Rangkaian Kata

http://life.viva.co.id/news/read/455495-merangkum-dunia-lewat-rangkaian-kata Merangkum Dunia Lewat Rangkaian Kata Maya Sofia, Ananda Putri Laras Jum’at, 1 November 2013, 12:22 WIB  “Saya pergi ke negeri jauh, juga untuk mempelajari Indonesia.” VIVAlife – Seorang pria menyusuri perjalanan panjang. Khasmir telah dilihatnya dengan mata telanjang. Wilayah yang diperebutkan oleh India dan Pakistan. Dua negara ini bertetangga, namun saling bertempur melucuti ego masing-masing. Pernah juga ia tinggali Afghanistan, negeri yang diidentikan tentara Taliban. Kemudian kakinya melangkah terus ke Pakistan, Tajikistan, Kirgizstan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Ia terus berpetualang mempelajari hidup dari berbagai sudut pandang. “Saya pergi ke negeri jauh, juga untuk mempelajari Indonesia,” ucap seorang pria bernama Agustinus Wibowo. Ia lah sang penjelajah negeri “stan” tersebut. Bagi Agustinus, negara-negara Asia Tengah adalah refleksi dari Tanah Airnya sendiri, Indonesia. Masih memiliki koneksi, sama-sama negara berlatar belakang terjajah yang dibebat konflik perbatasan. Berpindah latar ke Kamboja, pria lain menelisik detail Angkor Wat. Candi yang dibangun megah di kota Siem Reap. Relief-relief yang terukir begitu akrab di matanya. Berupa burung Garuda yang senantiasa bergeming pada kisah Ramayana. “Ternyata dunia wayang menarik, kisahnya mendunia di berbagai belahan bumi. Saya tidak hanya melihatnya di Indonesia, tapi [...]

November 1, 2013 // 1 Comment

Jawa Pos (2013): Perjalanan Akbar Musafir Lumajang

27 Oktober 2013 Perjalanan Akbar Musafir Lumajang Oleh J. SUMARDIANTA REPUBLIK Mauritius merupakan kasus tidak lazim multikulturalisme. Pulau kecil di Samudra Hindia, terapat bermukim bagi lebih dari sejuta orang keturunan Afrika, Eropa, India, dan Asia Tenggara. Di situ pelbagai agama, bahasa, dan. tradisi etnis bergabung dalam kultur harmonis. Tiada negeri lain di belahan dunia mana pun bisa seotentik Mauritius. Negeri mungil itu merdeka dari Inggris pada 1968. Sumber daya yang terbatas dan keragaman etnis mengancam kelangsungan perdamaian. Mayoritas penduduk keturunan India. Kaum minoritas khawatir dikesampingkan. Sedari awal Mauritius diprediksi bakal hancur terjerumus kekisruhan politik, agama, ras, dan etnis. Namun, warga Mauritius, dengan komitmen dasar merayakan perbedaan, merancang konstitusi yang menyantuni semua orang di sekujur negeri. Sebagian besar kursi parlemen diberikan kepada para wakil terpilih dalam pemilu. Delapan kursi dicadangkan buat “peserta kalah pemilu” yang menduduki peringkat terbaik. Kursi cadangan menjamin keterwakilan seimbang kaum minoritas. Keragaman agama dan budaya membuat masyarakat Mauritius memiliki banyak hari libur. Mereka sampai kesulitan membereskan pekerjaan karena setiap kelompok tidak bersedia menghapus hari libur mereka. Dibuatlah kesepakatan: bila suatu kelompok merayakan hari libur, semua ikut merayakan. Hari-hari libur keagamaan tertentu dirayakan rakyat seluruh negeri. Semua orang menghormati Diwali Hindu, [...]

October 27, 2013 // 2 Comments

Jakarta Post (2013): What Writers Think About Travel Writing

    http://www.jakpost.travel/news/what-writers-think-about-travel-writing-SDjzu7QgZ6JLP83q.html What writers think about travel writing By Raditya Margi, The Jakarta Post, Ubud | Oct 24, 2013 The Ubud Writers & Readers Festival (UMRF) 2013 in Bali brought several renowned travel writers such as Tony Wheeler, the founder of Lonely Planet publications, and Don George, who writes for many top-tier travel media like National Geographic Traveler. The two, along with Indonesian travel writers and book authors Trinity and Agustinus Wibowo, appeared on a panel discussion titled “The Traveler”, one of 75 main sessions on the UWRF. As the format becomes increasingly popular, masters such as Wheeler and George offered insights into what makes good travel writing. It is more than just a whimsical description of a faraway place. Wheeler said the content must be accurate, while Agustinus said that it must always be honest non-fiction. “Travel writing is fundamentally about a place – it’s about illuminating a place,” said George to The Jakarta Post Travel on the sidelines of the main panel session. According to George, there are two types of travel writing: the guidebook style and storytelling. “Guidebook writing is about giving central information – like where to stay and where to eat; and then there’s [...]

October 24, 2013 // 0 Comments

DailySylvia (2013): Yang Tersisa dari Ubud Writers & Readers Festival

    http://www.dailysylvia.com/2013/10/23/yang-tersisa-dari-ubud-writers-readers-festival/ Yang Tersisa Dari Ubud Writers & Readers Festival 23 Oct 2013 agustinus wibowo, daniel ziv, goenawan mohamad, laksmi pamuntjak, ubud, uwrf 2013 by oldy Merayakan “Buku, pesta dan cinta” di tanah dewata. Sejak berdomisili di Ubud beberapa tahun terakhir, Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) masuk dalam agenda wajib tahunan dan paling saya nantikan. Tema UWRF 2013 sama dengan UWRF yang digelar pertama kalinya pada 2004 silam, ‘Through Darkness to Light’ (Habis Gelap Terbitlah Terang), sebagai tema perayaan 10 tahun festival yang dilaksanakan pada 11 – 15 Oktober 2013 lalu. Seperti di UWRF sebelumnya, tahun ini saya melompat dari satu sesi ke sesi lain. Mayoritas diskusi panel yang saya hadiri sangat baik – terorganisir, moderator proaktif, panelis yang tampil pun komprehensif dan alur diskusi sejalan dengan tema. Tetapi beberapa sesi diskusi masih perlu perbaikan, baik dari segi tema maupun panelis yang berpartisipasi. Saatnya Wanita Angkat Bicara Sesi ‘Women in Ancient Text’ yang dipimpin Laksmi Pamuntjak menampilkan Helen Creese – profesor bahasa dan penulis, dan I Nyoman Darma Putra – dosen sastra Indonesia di Universitas Udayana, dengan tema perempuan dan perannya dalam sastra lama. Helen memberi rangkuman tentang bagaimana cara perempuan berpikir, merasa dan menempatkan diri di masa [...]

October 23, 2013 // 0 Comments

Malang Post (2013): Awas Virus Writer’s Block!

  http://www.malang-post.com/edupolitan/75323-awas-virus-writers-block Awas Virus Writer’s Block! Sunday, 20 October 2013 10:28 MALANG – Writer’s block atau hilangnya ide dalam proses penulisan pasti pernah dialami semua penulis, bahkan mereka yang terbilang produktif sekalipun. Banyak orang yang gemar menulis atau memiliki latar belakang pekerjaan yang membutuhkan kecakapan menulis seperti penulis buku atau penulis naskah film yang sering merasa mentok. Hal ini menjadi trending topic dalam diskusi kepenulisan TechnoFair Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Creativolution: Revolusi Kepenulisan yang Bukan Sekedar Goresan Pena di Gedung Widyaloka Sabtu (19/10) pagi lalu. Pada kegiatan tersebut, ketiga pemateri, Husnun N Djuraid, Eros Djarot, dan Agustinus Wibowo dihujani dengan pertanyaan-pertanyaan seputar proses kreatif penulisan. “Rasanya, apa yang kita tulis tidak lagi ‘menggigit’ saat dibaca. Karya yang kita buat tidak maksimal, dan yang paling mengesalkan, kita seperti tersesat pada alur naskah itu,” urai Eros yang disambut anggukan setuju oleh kurang lebih 200 peserta yang memadati gedung. Menurut ketiga pemateri tersebut, writer’s block tidak akan berakibat fatal jika disikapi dengan bijak. Terkait hal itu, setiap penulis memiliki cara masing-masing yang dirasa paling tepat untuk mengatasi writer’s block. Ketua pelaksana kegiatan tersebut, Fitrul Ilhamadi, mengungkapkan, kegiatan tersebut diselenggarakan atas dasar keresahan [...]

October 20, 2013 // 0 Comments

Speak Without Interruption (2013): Give Afghanistan back to the Afghans

http://www.speakwithoutinterruption.com/site/2013/10/ubud-encounters-give-afghanistan-back-to-the-afghans/ October 20, 2013 Ubud encounters: Give Afghanistan back to the Afghans Posted by Muhammad Cohen in: Art, Asia, Books, China, Faith, Foreign Affairs, Immigration, Islam, Journalism, Military, Religion, Sociology, Terrorism, Travel, War, Women’s Rights, World Issues Australian painter Ben Quilty and Indonesian writer Agustinus Wibowo told the Ubud Writers and Readers Festival in Bali how they each reached Afghanistan by different routes for different reasons. But following their stays, they both also reached the same conclusion: after a dozen years and thousands of casualties, it’s time for Afghanistan to solve its problems without foreign help. Wibowo came to Afghanistan for the first time as a curious and footloose traveler. In Afghanistan as well as Pakistan, Wibowo said that since he came from Indonesia, people assumed he was Muslim. Telling them he was an ethic Chinese raised in the Buddhist tradition would either provoke suspicion or pointless debate, including attempts to convert him. “But I found the perfect answer,” Wibowo revealed. “When people asked if I was Muslim, I’d say, ‘Insy’allah’ [God willing].” Later, Wibowo said he found an even better answer from Afghan imam. “He told me he was a member of the highest religion of all: humanity.” Wibowo [...]

October 20, 2013 // 1 Comment

Koran Jakarta (2013): Memotret Kehidupan Budaya dan Eksotisme Negeri Orang

http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/131435 Perada Sabtu, 19 Oktober 2013 | 03:03:10 WIB Memotret Kehidupan Budaya dan Eksotisme Negeri Orang Petualangannya tidak selalu mulus. Berbagai rintangan dan tantangan dihadapi dengan tabah, termasuk menemukan banyak keunikan budaya dan tradisi negaranegara seperti India. Negeri ini memiliki ritus sejak ribuan tahun, termasuk seks dan misterinya. Safarnama berasal dari bahasa Persia. Safar berarti perjalanan. Nama berarti tulisan, (hal 9). Buku ini memaparkan kisah perjalanan ke berbagai negara, seperti Mongolia, Tibet, Nepal, India, dan Pakistan. Salah satu kisah eksotis tentang nuansa mistis puncak Everest. Menatap puncak Everest, menyaksikan garis kurvanya yang tegak dan curam, tentu terbayang betapa sulit perjuangan para pendaki mencapainya, (hal 113). Meski sudah menelan banyak korban, pesona puncak Everest tidak pernah memudar, bahkan semakin menantang. Perjalanan adalah eksplorasi untuk menemukan dunia “lain”, (hal 133). Betapa dalamnya filosofi dari sebuah pelancongan. Perjalanan adalah proses menyusuri, (hal 259). Mungkin karena alasan inilah, penulis, Agustinus Wibowo, memaparkan kisah perjalanannya dalam buku setebal 552 halaman. Petualangannya tidak selalu mulus. Berbagai rintangan dan tantangan dihadapi dengan tabah, termasuk menemukan banyak keunikan budaya dan tradisi negara-negara seperti India. Negeri ini memiliki ritus sejak ribuan tahun, termasuk seks dan misterinya, (hal 246). Di Pakistan [...]

October 19, 2013 // 0 Comments

Detik (2013): Traveling ke Afghanistan, Seberapa Aman?

Sri Anindiati Nursastri – detikTravel – Jumat, 11/10/2013 07:42 WIB http://travel.detik.com/read/2013/10/11/074232/2384172/1382/1/traveling-ke-afghanistan-seberapa-aman Jakarta – Bagi sebagian traveler, Afghanistan membangkitkan rasa penasaran. Negeri itu seperti dirundung konflik tak berkesudahan. Padahal alamnya sangat memukau, sejarah dan budayanya kaya. Seberapa aman traveling ke Afghanistan? Bicara soal Afghanistan, yang terlintas di benak Anda pastilah Taliban. Banyak orang menyebut Afghanistan sebagai ‘negeri perang’. Konflik dengan Taliban bahkan bahkan masih berlangsung sampai sekarang. Padahal, Afghanistan punya banyak cerita. Budaya dan sejarahnya memukau traveler dari berbagai belahan dunia. Ada Kabul sebagai ibukota, Bamiyan yang dulu punya patung Buddha terbesar sedunia, juga Herat yang beratmosfer Persia. Soal keindahan alam, Afghanistan jagonya. Ada dataran tinggi Pamir tempat para pendaki menikmati panorama ala Puncak Dunia. Ada pula Band-e Amir National Park, yang punya 5 danau berwarna biru bak safir! Agustinus Wibowo adalah salah satu traveler Indonesia yang pernah berkeliling Asia Tengah. Perjalanan itu ditorehkannya lewat buku-buku berjudul Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol. Traveling ke Afghanistan, menurut Agustinus, cenderung aman dan tak selalu berisiko. Afghanistan cukup besar sehingga kondisi kemanannya pun bervariasi. “Daerah-daerah di utara cukup aman. Banyak pendaki gunung dan trekker yang terpukau [...]

October 11, 2013 // 1 Comment

Klikpositif.com(2013): Saya Mencari Hal-hal yang Tak Terduga

http://www.klikpositif.com/news/read/3082/wawancara-agustinus-wibowo-saya-mencari-hal-hal-yang-tak-terduga.html Minggu, 06 Oktober 2013 | 11:02 WIB Wawancara: Agustinus Wibowo, Saya Mencari Hal-hal yang Tak Terduga Bagi saya, perjalan itu seperti cermin. Dengan melakukan perjalan keluar wilayah asal kita, disana kita akan tahu siapa diri kita. Penulis: Ahmad Bil Wahid | Editor: Andika D Khagen Agustinus Wibowo adalah sang petualang. Ia telah mengunjungi negara-negara di Asia Barat dan Asia Tengah. Ia menuju Tibet, menyeberang ke Nepal, turun ke India, dan menembus Pakistan, Afghanistan, Iran, lalu ke Asia Tengah,  Tajikistan, kemudian Kyrgyzstan, Kazakhstan, hingga Uzbekistan, dan Turkmenistan. Baginya, hidup adalah menaklukkan hal-hal yang tak terduga. Ia tidak membayangkan berada di India pada 2008, ketika negara itu diserang bom. Pengalamannya telah menuangkan dalam tiga buah buku, Selimut Debu, Titik Nol dan Garis Batas. Pria kelahiran 8 Agustus 1981—yang tak menamatkan studinya di Institut Sepuluh November Surabaya ini—menceritakan sepenggela pengalamannya kepada jurnalis KLIKPOSITIF, Ahmad Bil Wahid, Sabtu, 5 Oktober 2013. Berikut petikannya.   Apa yang mendorong Anda untuk melakukan perjalan? Awalnya, saya ingin melihat dunia luar, tahun 80an belum ada internet tapi karena hobi menulis saya sudah punya banyak teman pena di berbagai negara. Jadi sejak saya kecil, dorongan untuk melihat dunia luar itu sudah ada. Kenapa memilih hidup dengan bertualang? Bagi [...]

October 6, 2013 // 1 Comment

Inioke (2013): Perjalanan Bukan Masalah Tempat, Tapi Sudut Pandang

Dalam rangkaian Festival Wanita Wirausaha Femina 2013, Agustinus Wibowo, pengarang buku laris Selimut Debu, berbagi tips mengenai Travel Writing di Kelas Inspiratif “Travel Writing” hari Jumat (26/07). Tahukah Anda, bahwa menceritakan suatu perjalanan, bisa menjadi karya seni yang menarik!

October 6, 2013 // 0 Comments

Nova (2013): Hidup Adalah Perjalanan

16 September 2013 Agustinus Wibowo HIDUP ADALAH PERJALANAN   Pria asal Lumajang (Jatim) ini bukan penulis buku perjalanan biasa. Ia tidak menulis tempat eksotis di dunia tapi lebih menyusuri kehidupan masyarakat di negara yang disinggahinya. Hasilnya, adalah buku laris yang menyentuh pembacanya.   Anda dikenal sebagai penulis kisah perjalanan, ya? Iya, saya sudah menulis tiga buku tentang perjalanan yang sudah diterbitkan Gramedia Pustaka Utama. Selimut Debu (2010) menceritakan perjalanan saya di Afghanistan,  Garis Batas (2011) tentang negara-negara Asia Tengah, dan  Titik Nol (2013). Sejak kapan suka jalan-jalan? Sebenarnya saya anak rumahan, takut keluar rumah.  Paling ke luar rumah untuk keperluan sekolah. Semasa kecil tinggal di Lumajang (Jawa Timur), saya lebih senang di rumah. Sampai-sampai orangtua memaksa saya untuk sekadar main ke luar, tapi saya enggak mau. Kalaupun terpaksa pergi, untuk menempuh jarak dekat pun saya memilih naik becak. Saya hobi membaca buku, antara lain buku tentang biografi dan pengetahuan. Bahkan, ketika kelas 1 SD saat umur 6 tahun, saya sudah hafal ibu kota seluruh negara di dunia. Saya tertarik dengan dunia luar, tapi enggak punya keberanian. Bagaimana titik baliknya sampai Anda senang melakukan perjalanan? Saya terpaksa tinggal jauh dari rumah.  Saya kuliah di Tsinghua University, mengambil bidang komputer di Beijing. [...]

September 16, 2013 // 6 Comments

Traveler【旅行家】(2013):视觉

巴彦乌列盖(Bayan Olgii)是蒙古最西部且海拔最高的省份,如果从乌兰巴托前往,需忍受长达70 多个小时、十分颠簸的车程,但仍值得一去。在当地生活的哈萨克族人至今保留着伊斯兰传统生活方式,由于穆斯林在饮酒上的限制,犯罪事件相对较少,因此在当地旅行比在蒙古其他地方安全许多。每年在乌列盖都会举办金鹰节(Golden Eagle Festival),当地数百名猎鹰高手参与角逐,成千上万的国际游客也会前来观赛。节日期间,还会举行哈萨克族的传统服饰狂欢秀。

September 15, 2013 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2013): Kemeriahan Perkabungan

Portfolio | Foto dan Teks oleh Agustinus Wibowo Di Iran, dalam setahun setidaknya ada sepuluh hari besar religi. Pada hari kesepuluh bulan Muharram, warga Syi’ah memperingati kesyahidan Hussain, cucu Nabi Muhammad—dikenal sebagai Hari Asyura. Para umat di Iran berparade di hari wafatnya Nabi Muhammad. Mereka memukul-mukulkan rantai ke dada sebagai ungkapan kesedihan. Peringatan ini bertepatan dengan hari kesyahidan Hassan, cucu Nabi. Hitam adalah warna yang mendominasi. Lelaki, juga berbaju hitam, berarak menyusuri jalan. Dada dan kepala ditepuk, rantai dipukulkan ke punggung, sesekali terdengar tangis susul-menyusul. Sebuah peringatan kematian. “Tidak ada darah dalam peringatan di Iran. Itu dilarang pemerintah. Kau lihat sendiri, kami memperingati hari besar kami dengan cara beradab,” kata seorang umat dari pinggiran Teheran. Lantunan doa memenuhi angkasa. Menggelegar pula suara tetabuhan band mengiringi para lelaki yang berbaris, berparade sepanjang jalan. Pertempuran di medan Karbala ditampilkan sebagai pertunjukan teater di masjid dan jalanan. Lelaki berbaju zirah memerankan tokoh Hussain yang gagah, menunggang kuda putih menantang Yazid yang lalim. Bait-bait puisi Persia mendayu, diiringi merdunya denting dawai. Drama berlangsung hingga tengah malam. Pada puncaknya, para lakon menggambarkan bagaimana satu demi satu anggota keluarga Hussain meninggal dengan mengenaskan. Mereka menyebut ritual tahunan ini “Festival Hussain.” Sebuah perkabungan yang menjadi [...]

August 19, 2013 // 0 Comments

Femina (2013): Workshop Travel Writing Wanita Wirausaha

    Travel Writing http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/contentDetail.aspx?MC=002&SMC=008&AR=22 Dalam rangkaian Festival Wanita Wirausaha Femina 2013, Agustinus Wibowo, pengarang buku laris Selimut Debu, berbagi tips mengenai Travel Writing di Kelas Inspiratif “Travel Writing” hari Jumat (26/07). Tahukah Anda, bahwa menceritakan suatu perjalanan, bisa menjadi karya seni yang menarik! “Banyak orang mengira tulisan perjalanan sebatas kita pergi ke mana, naik apa, dan melihat apa saja di tempat yang kita kunjungi. Sejatinya, travel writing atau tulisan perjalanan merupakan sarana untuk memikat pembaca dengan kisah perjalanan kita sekaligus berbagi pengalaman dengan mereka,”ungkap Agustinus. Sebagai seorang fotografer dan travel writer, Agustinus telah menghabiskan empat tahun untuk menelusuri berbagai tempat yang kurang populer di mata turis. Salah satu karyanya “Selimut Debu” menceritakan kisah perjalanannya selama di Afghanistan. “Satu hal yang perlu diingat oleh para penulis, tulisan perjalanan haruslah bersifat deskriptif, kontemplatif, dan realistis. Kita harus bisa mendeskripsikan perjalanan kita sehingga pembaca juga dapat membayangkan dan ikut merasakan perjalanan yang kita alami,” papar Agustinus. Sedangkan maksud sebuah tulisan itu bersifat kontempelatif adalah tulisan tersebut bisa membangun keterikatan dengan pembaca. Yang terpenting, sebuah tulisan perjalanan harus memiliki manfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca. [...]

July 26, 2013 // 0 Comments

Nabawia (2013): Selimut Debu, Petualangan Mengesankan di Negeri Khaak

Keren. Itu kata saya selesai membaca buku setebal 461 halaman itu. Sejak paragraf Awal Agustinus Wibowo telah mengajak saya untuk berpetualang melintasi negeri pimpinan Hamid Karzai dengan bahasa yang membumi dan tidak menggurui. Berbekal buku An Historical Guide to Afghanistan ia berpetualang melintasi Afghanistan tahun 2006, setelah tahun 2003 ia kesana dan bertemu dengan seorang pencari karpet di kedai teh Bamiyan yang memantik semangatnya untuk berkeliling negeri itu.

July 24, 2013 // 0 Comments

Wings (2013): Titik Nol

July 2013 Wings (The Magazine of Wings Air) Titik Nol Penulis Agustinus Wibowo Titik Nol merupakan buku ketiga yang ditulis oleh Agustinus. Sebelumnya ia juga pernah menuliskan pengalamannya sebagai backpacker dalam buka Selimut Debu (2010) dan Garis Batas (2011). Terpukau pesona kata “jauh”, si musafir menceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna. Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini [...]

July 20, 2013 // 0 Comments

[VIDEO] Net TV (2013): Travel Photographer

16 July 2013   Talkshow in Indonesia Morning Show program of Net TV on life as travel photographer (and travel writer), especially in Central Asia and war zones of [...]

July 16, 2013 // 0 Comments

XLife (2013): Titik Nol – Agustinus Wibowo

Juli 2013 “Kamu sudah diperbudak. Masa lalu sudah lewat, tetapi kamu masih disiksa masa lalu. Listen, tak ada kebahagian di sana. Jangan dipikir lagi. Yang lalu biarlah berlalu. Masa lalu adalah penyesalan, masa depan adalah ketakutan.” Ujar salah satu sadhu Nepal yang menohok Agustinus Wibowo dalam perjalanannya karena masih memikirkan dompet. satu-satunya harta miliknya yang dicopet. ‘Titik Nol’, buku karya Agustinus Wibowo yang mengulas makna perjalanan yang telah dilaluinya, menyuguhkan cerita yang berbeda dari buku perjalanan lainnya. Mengawali titik nolnya dari Lumajang, Jawa Timur pada usia 19 tahun, ia melanjutkan kuliah di Universitas terbaik di China. Namun kemudian memutuskan untuk mengarungi Tibet, India, Nepal, hingga Afganistan, dan bukan melamar pekerjaan ataupun melanjutkan pendidikan S2. Dengan gaya penulisannya yang detil, Agustinus menggambarkan petualangannya bertemu dengan orang-orang disepanjang perjalanannya. Mencari cara untuk berbaur dengan penduduk setempat di Tibet agar lebih mudah berpindah tempat dan mendapatkan harga lebih murah dengan dananya yang terbatas, hingga petualangannya bisa lolos dari zona perang tanpa terluka sedikitpun.Nilai perjalanan tidak terletak pada jarak yang ditempuh seseorang, bukan tentang seberapa jauhnya perjalanan, tapi lebih tentang seberapa dalamnya seseorang bisa terkoneksi dengan orang-orang yang membentuk kenyataan di tanah kehidupan. (Liam Li, Oktober 2012) Buku setebal 552 halaman ini menggabungkan dua [...]

July 10, 2013 // 0 Comments

1 9 10 11 12 13 34