Recommended

Blog

Traveler【旅行家】(2011):伊朗旅游的“后ADS时代”: 既小众,又高端

伊朗,一个国际政治里的高频词汇,一个美国眼中的高危国家,还是一个全球游客心目中的神秘国度。作为旅游目的地,伊朗还属于中东地区的新军:2010年全年,伊朗的外国游客入境人数为312.5万人次,而从伊朗驻中国大使馆办理赴伊签证的人数仅约1.8万人次;它的邻国土耳其在2003年就曾有过单月入境超过200万人次的记录,2010年更是吸引外国游客2860万人次。

October 23, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Seni Travelling ala Agustinus Wibowo

Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:54 WIB Agustinus Wibowo adalah seorang backpacker. Ia mengunjungi daerah-daerah yang jarang dikunjungi wisatawan. Dia telah mengeluarkan buku catatan perjalanannya di Afghanistan yang bertajuk Selimut Debu. Buku keduanya bertajuk Garis Batas merupakan catatan perjalanannya mengunjungi negeri-negeri di kawasan Asia Tengah. | KOMPAS IMAGES/RODERICK ADRIAN MOZES KOMPAS.com – Dirampok, diculik, dipukuli, hingga nyaris diperkosa. Jalan kaki berkilometer jauhnya, naik keledai, hingga nebeng di mobil orang. Sebuah deskripsi yang sangat jauh untuk mengambarkan perjalanan wisata. Saya ingin menyampaikan suara-suara orang dari tempat yang kita tidak pernah dengar. Namun siapa sangka, seorang pria dengan sosok imut, berkulit putih, suara kalem, dan berwajah “baby face”, telah mengalami itu semua bahkan lebih, demi sebuah pengalaman jiwa. Ia menyebutnya sebagai perjalanan kemanusiaan. Agustinus Wibowo, pria berusia 30 tahun asal Jawa Timur itu berkelana ke negara-negara “ajaib”. Negara-negara yang tak populer untuk dijadikan destinasi wisata. Dari Turkmenistan sampai Mongolia dan dari Kazakhstan sampai India, pernah disambanginya. Tak hanya itu, ia pernah menetap dan bekerja di negara penuh peperangan, Afghanistan. Ia mengarungi Asia Selatan dan Asia Tengah melalui jalur darat. Kisah perjalanan Agus di negara-negara Asia Tengah dan Afghanistan, pernah dimuat di Kompas.com. Ia telah menerbitkan [...]

October 18, 2011 // 0 Comments

Kompas (2011): Perjalanan Melebur Garis Batas

18 October 2011 Kompas Cyber Media Travel travel.kompas.com/read/2011/10/18/08365641/Perjalanan.Melebur.Garis.Batas Backpacker   Perjalanan Melebur Garis Batas   Penulis : Ni Luh Made Pertiwi F Selasa, 18 Oktober 2011 | 08:36 WIB     KOMPAS.com – Manusia, yang sejatinya cuma entitas yang satu, memiliki beragam identitas. Ia dibentuk oleh beragam ras, ditempa oleh beragam aspek kultural, dan tumbuh menjadi sosok yang sarat nuansa. Acapkali, kekayaan nuansa itu membentangkan garis-garis batas yang memisahkan manusia. Melangkah melewati garis-garis demarkasi itu melahirkan pengalaman eksistensial yang unik. Dibutuhkan keberanian. Buka cuma itu, dibutuhkan juga kegilaan. Perjalanan ini bukan hanya garis batas teritorial yang ditembus, tapi juga garis batas kultur, garis batas agama, garus batas ras.   Itulah yang dilakukan Agustinus Wibowo, seorang petualang kelahiran Lumajang, Jawa Timur, 1981. Dari Afghanistan, ia menyeberang menelusuri Asia Tengah. Sebuah sungai selebar 20 meter membentangkan perbedaan peradaban hingga satu abad. Ia menjelajahi Tajikistan, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Uzbekistan, hingga Turkmenistan. Ia menerabas batas-batas politikdan sosio-kultural. Ia juga menerabas batas-batas dirinya dan melebur bersama pengalaman masyarakat di negeri-negeri jauh. Ia pantang naik pesawat terbang. Seluruh perjalannya ditempuh melalui jalur darat: naik bus, pedati, keledai, hingga jalan kaki. Agus membukukan kisah perjalanannya di “Negeri-negeri [...]

October 18, 2011 // 2 Comments

Media Indonesia (2011): Menelusuri Jalur Para Penakluk

Saya melintasi Khyber Pass tiga kali. Dua kali pertama pada 2002, dari Pakistan menuju Afghanistan, dan berselang tiga minggu sesudahnya, dari Afghanistan kembali ke Pakistan. Hanya setahun setelah rezim Taliban runtuh, Khyber Pass masih menyiratkan nuansa misterius dari negeri yang terus-menerus dilanda perang berkepanjangan.

October 4, 2011 // 0 Comments

Appearance in Ubud Writers and Readers Festival 2011

http://ubudwritersfestival.com/writer/agustinus-wibowo Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer, travelled overland from Beijing to Central Asia and Middle East. He traveled extensively and settled in Afghanistan as journalist for three years. His works include Selimut Debu (A Blanket of Dust) and Garis Batas (Borderlines). Festival Appearances Time travel Saturday, 8 October 2011 10:45 Left Bank Lounge What is the future of travel writing and how do travellers utilise the genre? Has it all been said and done? Brian Thacker, Fiona Caulfield, Trinity, Agustinus Wibowo Chair: Peta Mathias Ticketed A blanket of dust… Saturday, 8 October 2011 13:45 Left Bank Lounge Standing at the cutting edge of Indonesian literature, this modern day wanderer has travelled to the ends of the earth, living in Afghanistan for three years. Wander with him in this intimate session. Agustinus Wibowo with Jamie James Worlds, in words: making language work Saturday, 8 October 2011 16:00 Neka Museum How language can transport us on colourful journeys to exotic lands, Agustinus Wibowo, DBC Pierre, Ida Ahdiah, Trevor Shearston Chair: Rosemary Saye Boundary riders Sunday, 9 October 2011 09:15 Left Bank Lounge Boundaries can be both geographical and intellectual. Crossing borders real and imaginary, exploring new ground, writing new territory. [...]

September 23, 2011 // 0 Comments

Tempo (2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah

Majalah Tempo (18 September 2011): Vodka di Negeri Islam Asia Tengah Resensi oleh J. Sumardianta Kisah perjalanan yang menguak betapa Islam Asia Tengah simpel tapi misterius. Warisan sekularisasi Uni Soviet. GARASIMOV, arkeolog Rusia, menemukan kuburan Timur Leng di Registan, Samarkand, pada 1941. Pada penutup peti raja yang bengis itu tertulis “Barang siapa mengutak-atik jasad Amir Timur akan dihancurkan musuh yang lebih beringas.” Seolah wujud dari nujum itu, beberapa jam sesudah kuburan Timur Leng di bongkar, pasukan Hitler menyerbu dan menduduki Uni Soviet. Di Uzbekistan, Amir Timur adalah kebanggaan. Di Samarkand, kota terbesar kedua Uzbekistan, patungnya duduk anggun di singgasana, menggengam sebilah pedang. Pada masa kegila kegemilangannya di abad ke-14, Samarkand merupakan sentra peradaban Islam, kota di Jalur Sutra. Agustin Wibowo, jurnalis dari Lumajang, Jawa Timur, yang kini bermukim di Beijing, menuturkan kemegahan Islam di Asia Tengah itu melalui Garis Batas : Perjalanan di Negeri-negeri Asia Tengah. Inilah dokumentasi petualangannya menjelajahi pelbagai negeri pecahan Uni Soviet-Tajikistan, Kirgistan, Uzbekistan, Kazakstan dan Turmenistan. Di negeri-negeri itu terjadi perkembangan yang berbeda-beda. Tajikistan terkapar dalam kemiskinan. Kirgistan dan Kazakstan bergemilang kemakmuran kapitalisme. Dan Turkmenistan diliputi nostalgia sosialisme utopis. Tradisi Islam telah dipenggal Uni Soviet. Peradaban Islam meredup, hampir punah. Sholat, puasa, huruf Arab [...]

September 18, 2011 // 5 Comments

A Blanket of Dust—New Edition

My first book, A Blanket of Dust (Selimut Debu) is going to be republished with new cover and new photos, to be launched by Gramedia Pustaka Utama this coming 29 September 2011. [Agustinus] tak ingin hanya menjadi penonton isi dunia. Ia mau terlibat sepenuhnya dalam perjalanan itu. Ia tak sekadar melihat pemandangan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga mengenal budaya dan berinteraksi dengan masyarakat setempat. –Kompas– Afghanistan. Nama negeri itu sudah bersinonim dengan perang tanpa henti, kemiskinan, maut, bom bunuh diri, kehancuran, perempuan tanpa wajah, dan ratapan pilu. Nama yang sudah begitu tidak asing, namun tetap menyimpan misteri yang mencekam. Pada setiap langkah di negeri ini, debu menyeruak ke rongga mulut, kerongkongan, lubang hidung, kelopak mata. Bulir-bulir debu yang hampa tanpa makna, tetapi menjadi saksi pertumpahan darah bangsa-bangsa, selama ribuan tahun. Aura petualangan berembus, dari gurun gersang, gunung salju, padang hijau, lembah kelam, langit biru, danau ajaib, hingga ke sungai yang menggelegak hebat. Semangat terpancar dari tatap mata lelaki berjenggot lebat dalam balutan serban, derap kaki kuda yang mengentak, gemercik teh, tawa riang para bocah, impian para pengungsi, peninggalan peradaban, hingga letupan bedil Kalashnikov. Agustinus Wibowo menapaki berbagai penjuru negeri perang ini sendirian, untuk menyibak misteri prosesi [...]

September 17, 2011 // 4 Comments

Oktomagazine (2011): Jelajahi Afghanistan Lewat Selimut Debu

Mengenal Afghanistan dari buku Selimut Debu Harun Harahap   “ Agama itu bukan di baju. Agama itu ada di dalam hati. Inti Agama adalah kemanusiaan.” Seorang Shah dari suku Wakhi mengatakan hal tersebut yang tertulis pada halaman 227 buku ini. Afghanistan dimana mayoritas penduduknya mengenakan Shalwar Kamiz untuk pria dan Burqa untuk perempuannya selalu menilai keimanan dari apa yang mereka kenakan. Keimanan sudah tidak lagi ditentukan dengan sikap dan perilaku mereka melainkan dari serban, jenggot atau apapun yang sebenarnya hanya sekedar simbol belaka. Benar yang dikatakan oleh Agustinus Wibowo, penulis, bahwa sekarang niilai-nilai keimanan muslim di Afghanistan tereduksi menjadi jenggot, serban dan burqa. Buku ini adalah kumpulan tulisan dari penjelajahan Agustinus Wibowo di Afghanistan. Negara yang berkali-kali dilanda perang. Mulai dari serangan Uni Soviet, Mujahiddin dan Taliban hingga sekarang serangan bom bunuh diri pun masih sering terjadi. Sebenarnya banyak sekali bantuan dana mengalir ke negeri ini. Dana tersebut ditujukan untuk pembangunan kembali infrastruktur serta pelayanan kesehatan. Namun, korupsi yang merajalela pada pemerintahan membuat aliran dana itu pun tersesat hilang ke saku para pejabat. Ditambah lagi perilaku warganya yang sangat kesukuan. Afghanistan yang terdiri dari berbagai suku seperti Pashtun, Hazara dan lainnya saling menilai bahwa sukunyalah yang terbaik sedangkan suku lainnya [...]

September 8, 2011 // 3 Comments

JalanJalan (2011): Beyond Bali [Garis Batas]

TRAVEL NOTES • GREAT READS Beyond Bali Meski Bali dari Singapura terus jadi favorit turis Indonesia, para penulis travel lokal tak lelah menyuguhkan destinasi alternatif. Berikut buku-buku terbaru mereka.   SCANDINAVIAN EXPLORER: 18 HARI BACKPACKING MENGINTIP FJORD, VIKING, DAN SALMON Asanti Astari Skandinavia dikenal sebagai kawasan dengan biaya hidup tertinggi di Eropa. Namun fakta tersebut tidak menghalangi niat Asanti menjelajah keindahan alamnya selama kurang lebih tiga minggu. Di bukunya, alumni Universitas Indonesia ini merekomendasikan beberapa aktivitas yang layak dilakoni jika tabungan sudah mencukupi, antara lain menonton pentas cahaya Aurora Borealis dan tur kendaraan lintas kota bertajuk “Norway in a Nutshell”.   THE NAKED TRAVELER 3 Trinity Sejatinya, The Naked Traveler bukanlah buku panduan wisata, melainkan bacaan hiburan dan seri ketiganya ini kemungkinan membuat kita tertawa tiga kali lebih kencang. Tetap dengan gaya menulis ala blog, Trinity menuturkan kisahnya berenang di Laut Mati, mandi bugil di onsen (akhirnya ia benar-benar seorang “naked’ traveler), melakoni tur hantu di Bandung, hingga menyusuri jalan-jalan kumuh di Nepal. Seluruh tempat tersebut memang pernah dibahas di buku travel lain, namun yang membuat The Naked TravsJer 3 spesial adalah, Trinity mampu mengolah kejadian remeh sehari-hari jadi humor yang mengocok perut.   BUKAN JELAJAH BIASA: OLEH-OLEH CERITA, BUDAYA, [...]

August 22, 2011 // 0 Comments

MyTrip (2011): Garis Batas—Buku Inspiratif yang Wajib Dibaca Para Pejalan

August 2011 Garis Batas: Buku Inspiratif yang Wajib Dibaca Para Pejalan   Garis batas! Seperti halnya gravitasi bumi dan oksigen, garis batas tidak terlihat, namun setiap langkah dan embusan napas kita dipengaruhi olehnya. (hal 7) Tentang Isi Buku Dibagi menjadi 5 bab sesuai dengan nama-nama negeri Asia Tengah yang dijelajahi penulis. Tajikistan – Eksistensi Negeri Merdeka Kirgizstan – Tenggelam di Atas Peta Kazakhstan – Kebanggaan di Simpang Jalan Uzbekistan – Tarian Masa Lalu Turkmenistan – Utopistan Setiap bab dilengkapi foto-foto yang membantu kita membayangkan keunikan budaya di sana. Adanya peta masing-masing negara juga memudahkan kita untuk ngintilin perkelanaan penulis keluar masuk garis batas.   Tentang Gaya Bertutur Nggak capek baca buku tebal ini, padahal topik yang dibahas sangat serius. Tentang kebudayaan, kemanusiaan, nasionalisme, politik, konflik batin kaum minoritas mengenai identitas, dan hal-hal hakiki dalam kehidupan manusia. Soalnya, Agustinus sangat piawai memainkan kata-kata. Ya, diksinya sungguh kaya. Coba simak: Ada sejumput kecil tanah Uzbekistan yang dikelilingi oleh Kirgizstan. Ada kampung Kirgizstan yang nyasar di Uzbekistan. Beberapa dusun Tajikistan teronggok pasrah dikelilingi musuh bebuyutan Uzbekistan. (hal 400) Jadi, untuk menggambarkan hal yang sama (kondisi perbatasan yang saling mengungkung), penulis sama sekali tidak melakukan pengulangan kata. Gaya sindiran berbau satire bikin kita nggak [...]

August 22, 2011 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia (2011): Destinasi Mana pun Istimewa

Agustus 2011 National Geographic Traveler Indonesia Empat Mata: Destinasi Mana pun Istimewa Teks: Vega Probo Terkesima menyimak foto-foto Afghanistan di rubrik Portfolio Majalah National GeographicTraveler edisi kali ini? Kenali lebih dekat sang penulis dan fotografer, Agustinus Wibowo. Berasal dari keluarga yang nyaris tidak pernah berpelesir, pria yang menguasai belasan bahasa dunia ini justru telah melanglang buana. Hampir semua perjalanan dilakukannya seorang diri atau bersama rekan yang ia jumpai di jalan, “Kalau cocok, jalan bareng. Kalau tidak cocok, tinggal berpisah di jalan.” Pengalamannya menjelajahi Afghanistan dan negara-negara Asia Tengah ia tuangkan masing-masing dalam buku Selimut Debu (2010) dan Garis Batas (2011). Dalam dua kesempatan bertatap muka dengan pria ramah ini di Jakarta, beberapa waktu lalu, berlanjut obrolan via dunia maya, tersirat betapa besar semangatnya untuk menjelajah—sebesar pembelajaran berharga yang ia refleksikan pada pembaca bukunya. Kapan dan ke mana pertama kali bepergian jauh? Pertama kali melakukan perjalanan independen ke Mongolia, tahun 2002. Pada hari pertama dan kedua di negara itu saya dirampok. Pengalaman itu mengajarkan saya bahwa sebenarnya tantangan dapat dihadapi. Setidaknya saya tidak lagi takut melakukan perjalanan independen, itulah yang kemudian menciptakan konsep traveling bagi saya. Selama tiga minggu di Mongolia, saya menyaksikan banyak kultur yang “hidup” kembali karena adanya turisme. [...]

August 10, 2011 // 0 Comments

Femina (2011): Pilihan Weekend—Garis Batas

29 July 2011 Femina Pilihan Weekend http://www.femina.co.id/shop.dine/pilihan.weekend/garis.batas/007/004/21 Garis Batas Agustinus Wibowo/ Gramedia (2011) Tajikistan, Kirgistan, Kazahstan, Uzbekistan dan Turkmenistan, nyaris tak pernah kita dengar eksistensinya di peta pariwisata dunia. Negeri Asia Tengah pecahan Soviet ini terkesan negeri misterius, ‘ujung dunia.’ Tapi, Agustinus, backpacker yang lebih dari 2 tahun menjelajah Afghanistan, sangat penasaran pada negeri di seberang Sungai Amu Darya, berjarak 20 meter dari Afghanistan, ini. Ia berjalan  2.000 kilometer untuk sampai di negeri perbatasan sungai itu. Agustinus mampu menguak sisi lain negeri-negeri ‘stan’ tersebut. Catatannya yang mendalam tentang keindahan tempat itu  makin kaya dengan cerita keseharian dan impian masyarakat ‘stan’ yang tak habis didera konflik dan krisis. [...]

July 29, 2011 // 0 Comments

National Geographic Traveler Indonesia: Kilau Warna dalam Selimut Debu

Perang puluhan tahun tak mengoyak kemolekan alam apalagi impian, tradisi, dan kehormatan pemegang peradaban kuno ini.

Kata apa yang paling sering dihubungkan dengan nama Afghanistan? Perang? Kemiskinan? Taliban? Teror? Bagi kebanyakan orang, Afghanistan membawa kesan kelabu dan melankolis. Tetapi di negeri yang tak kunjung usai dihajar perang puluhan tahun ini ternyata juga ada impian, tradisi kuno, kebanggaan, dan peradaban.

July 27, 2011 // 3 Comments

Republika (2011): Hidup Adalah Perjalanan

6 Juli 2011 Republika Wawasan Hidup adalah Perjalanan http://koran.republika.co.id/koran/37/138396/Hidup_adalah_Perjalanan Agustinus Wibowo Backpacker Penulis Sastra Perjalanan Agustinus Wibowo berharap akan semakin banyak orang yang mau melakukan perjalanan dan meresapinya sebagai sebuah kontemplasi. Bagi pria yang lahir dan besar di Lumajang, Jawa Timur ini, melakukan perjalanan dan pengamatan adalah pembelajaran hidup yang luar biasa. Ia menelusuri negara-negara di Asia Tengah dengan cara yang tak lazim ditempuh turis. Perjalanan ke negara-negara berakhiran stan dilakukannya de ngan segala modal transportasi, mulai dari kendaraan umum biasa, menumpang truk, hingga naik keledai. Berpaspor garuda hijau, namun bermata sipit, Agustinus fasih berbahasa Tajik yang diperolehnya saat tinggal di Afghanistan selama tiga tahun. Ditambah, sedikit berbahasa Uzbek, Kirgiz, dan Rusia yang dipelajarinya dari warga setempat. Persentuhannya dengan masyarakat dan kearifan lokal diakui membuatnya makin cinta tanah air. Berikut petikan wawancara Agustinus Wibowo dengan wartawan Republika Wulan Tunjung Palupi. Boleh ceritakan awal petualangan Anda saat memutuskan melakukan perjalanan dan apa yang mendorong Anda menjadi seorang petualang? Juli 2005, saya lulus kuliah, lalu ingin melakukan perjalanan keliling dunia demi menimba ilmu menjadi jurnalis. Kebetulan, saya terinspirasi menjadi jurnalis setelah mengunjungi Aceh pada Januari 2005 pascatsunami. Saat itu, saya melihat bagaimana perjuangan [...]

July 6, 2011 // 1 Comment

Travelist : Agustinus Wibowo – Seorang Musafir

Juni-Juli 2011 Travelist Interview Majalah Travelist Edisi Perdana http://the-travelist.com/index.php?option=com_content&view=article&id=51:first-one&catid=34:slideshow-items&Itemid=44 Agustinus Wibowo – Seorang Musafir Gus Weng adalah panggilan akrab seorang Agustinus Wibowo. Ia adalah pelajar IT saat pertama kali mencoba untuk menjelajahi dunia. Destinasi yang ia pilih pun ‘tidak biasa’, sebenarnya apa sih yang membuat ia memilih destinasi tersebut? Dalam buku Selimut Debu, Gus Weng menyebut diri adalah backpacker, tetapi editor anda menyebut anda explorer, bukan traveler. Sebenernya Gus Weng itu tipe traveler seperti apa? Sebenarnya label-label itu tidak penting. Saya tidak menyebut diri saya sebagai backpacker, tetapi kebetulan pada saat menulis perjalanan itu, saya melakukan perjalanan dengan cara backpacking atau traveling secara independen dengan anggaran minim, jadi saya adalah backpacker. Tetapi bukan berarti ada tanda sama dengan antara Agustinus Wibowo dengan backpacker. Demikian juga turis, traveler, explorer, observer, dan sebagainya, buat saya itu adalah label-label saja. Ada backpacker yang menolak dirinya disebut turis dan keukeuh minta disebut traveler. Buat saya lucu juga, karena sebenarnya pada hakikatnya backpacker itu juga turis –mencari hal-hal yang “eksotik” yang berbeda dari kehidupannya demi kesenangannya sendiri. Kalau memang dipaksa harus menyebut, mungkin saya lebih suka disebut sebagai musafir. Ini adalah kata yang [...]

June 27, 2011 // 2 Comments

Bukunya (2011): Teman Perjalanan Agustinus Wibowo

21 June 2011 http://bukunya.com/teman-perjalanan-agustinus-wibowo/ Agustinus Wibowo mengisi liburan kuliah di jurusan ilmu komputer di Cina dengan melancong ke Mongolia. Hari pertama perjalanan, pria kelahiran Lumajang 28 tahun silam ini nyaris dirampok pemabuk di kereta. Malam harinya ia dicegat begal di jalan. Tapi pengalaman delapan tahun lalu itu tak membuatnya kapok. Ia terus bepergian ke Tibet, Nepal, dan India. Ia masuk Pakistan lalu menembus ke Afganistan tempat konflik senjata tak pernah berhenti. Ia juga satu dari sangat sedikit orang yang berpetualang ke negara-negara di Asia Tengah, seperti Tajikistan, Turkmenistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Kisah petualangannya ke negeri “Stan” itu ia bukukan dengan judul Garis Batas terbitan Gramedia Pustaka Utama. Sebelumnya ia juga menerbitkan Selimut Debu yang bercerita soal perjalanannya di Afghanistan. Disebut-sebut beberapa editor media massa sebagai salah satu penulis perjalanan terbaik yang dipunyai Indonesia, Agustinus mendulang kisah travelling yang mendalam lewat buku-buku yang dibacanya sembari menanti truk tumpangan yang tak jelas kapan datangnya. “Buku yang dibaca akan sangat mempengaruhi perasaan dan pikiran saya tentang tempat yang dituju,” ujarnya. Berikut ini petikan obrolan bukunya dengan Agustinus soal buku yang jadi sahabatnya dalam perjalanan: Membawa buku saat travelling, hukumnya wajib atau sekedar pelengkap saja? Wajib. Buku yang dibaca selama bepergian itu akan mempengaruhi [...]

June 21, 2011 // 5 Comments

Whiteboard Journal (2011): Interview with Agustinus Wibowo

http://whiteboardjournal.com/features/roundtable/interview-with-agustinus-wibowo.html http://whiteboardjournal.com/old/features/roundtable/interview-with-agustinus-wibowo.html Forming a passion for traveling, Agustinus Wibowo has spent most of his years in a foreign country. Referred as a world backpacker, Agustinus Wibowo whose profession is as a journalist, has taken the road less traveled by going to the depths of China, Mongolia, Afghanistan, India, Pakistan, Iran to the unfamiliar countries of Central Asia. His contemplative nature and literary adeptness has pushed him to compile his travel stories in a publication called ‘Selimut Debu’ in 2010, and ‘Garis Batas’ recently in 2011. Whiteboard Journal had a chance to learn more of his purpose of travels and the turnings points that have defined him as a word traveler. W: How did everything start? What initially drew you to be so engulfed in traveling? Everything started from childhood, when my dad introduced me to philately. I collected stamps from almost all countries, and stamps were my “window” to the world. I always dreamed to visit the countries of which stamps I have collected. I also loved geography, wanted to learn different languages and cultures. As I was raised in a small town, everything seemed just merely a dream. But then when the chance came, I went to Beijing as [...]

June 20, 2011 // 0 Comments

Janna (2011): Jadi Travel Writer, Siapa Takut!

June 2011 Majalah Janna Jadi Travel Writer, Siapa Takut! Nyali Agustinus Wibowo melebihi besar tubuh dan tinggi badannya. Bagaimana tidak, pemuda usia 29 tahun ini mengunjungi dan tinggal di Afghanistan ketika negara tersebut sedang dalam kondisi terburuknya. Agus juga menjelajahi negaranegara pecahan Uni Sovyet yang bertetangga dengan Afghanistan seperti Kazakhstan, Kyrgistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan. Tidak sekedar berkunjung, Agus menegaskan, dirinya sebagai musafir yang menyelami kebudayaan negeri lain tapi tetap menjaga jarak sebagai pengamat. Di balik itu semua, Agus tetap bisa selamat sampai tujuan dan kembali dan menuliskan pengalamannya kepada pembaca di Indonesia. Sebuah ‘bisnis’, kalau bisa disebut bisnis, yang luar biasa. Menggabungkan kesenangan pribadi dan profesionalitas diri. Berikut wawancara Janna dengan pemuda asal Lumajang, Jawa Timur ini di Bandung: Profesi kamu ini unik. Sebagai penulis perjalanan di daerah-daerah yang berbahaya. Kira-kira profesi ini menjanjikan gak sih buat anak muda? Bisa! Kita memang perlu menggerakkan ini. Kalau saya lihat sih sudah arah ke sana ya. Ada beberapa penulis perjalanan yang menerbitkan buku yang bagus. Ada tapinya? Tapi… Di sisi lain, profesi ini di Indonesia rasanya kurang. Kurang maksudnya kurang rasa aman. Bukan rasa aman ‘keamanan’. Tapi rasa aman untuk masa depan. Maksud saya, kalau dibandingkan dengan di Eropa, di sana banyak [...]

June 15, 2011 // 1 Comment

[VIDEO] Liputan6 SCTV: Backpacker Asal Lumajang

Agustinus, Empat Tahun Berkelana dengan Ransel Sosok | oleh Tim Liputan 6 SCTV Posted: 29/05/2011 12:54 Liputan6.com, Jakarta: Kegigihan Agustinus Wibowo membawa dirinya melangkahkan kaki ke berbagai penjuru dunia. Empat tahun sudah Agus mengembara menyandeng rasel. Pengembaraan dimulai dari perjumpaan Agus dengan seorang backpacker Solo asal Jepang. Kala itu Agus sedang kuliah di Universitas Tshinghua, Beijing, Cina. Ia kemudian tergoda dan memulai perjalanannya dari negara tetangga Cina, Mongolia pada 2002. Agus kemudian merambah ke negara-negara lain seperti Tibet, Nepal, India dan Pakistan. Semua itu dilakoni seorang diri. Setelah menjadi relawan pasca-tsunami Aceh pada 2005, Agus menolak beasiswa pendidikan strata dua Ilmu Komputer di Cina. Dia justru memantapkan diri memulai perjalanan ke negara yang penuh konflik dan perang, Afghanistan. Satu tahun tujuh bulan ia menggembara ke pelosok-pelosok Negeri Mullah yang tak pernah dikunjungi orang asing, bahkan penduduk daerah lain. Di balik keberaniannya menyusuri tepian jurang, menyeberangi sungai dan mendaki gunung, Agus sebenarnya menyimpan ketakutan akan ketinggian. Kendati demikian, langkahnya tak pernah surut. Dan, kisah ini dituangkan dalam buku pertamanya bertajuk Selimut Debu. Tak sekadar jalan-jalan, Agus menghindari perjalanan naik pesawat agar bisa mengupas budaya tiap negara yang dikunjungi. Ia kemudian menghubungkannya dengan permasalahan di Indonesia. Tentu saja ini didukung dengan kelebihan [...]

May 29, 2011 // 0 Comments

[VIDEO] Kick Andy (2011): Kisah Para Petualang

http://www.kickandy.com/theshow/1/1/2099/read/KISAH-PARA-%20PETUALANG.   Jumat, 27 Mei 2011 21:30 WIB KISAH PARA PETUALANG Dalam perjalanan kehidupan seorang manusia, pada suatu saat terkadang memerlukan sebuah proses mencari makna hidup melalui hal-hal yang tidak terduga dan bahkan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut dapat berupa melakukan aktifitas berbeda yang diluar rutinitas, kegemaran yang dilakukan secara total, maupun peristiwa-peristiwa yang dialami ketika berada dalam perjalanan menuju suatu tempat. Sesungguhnya inti dari semuanya itu adalah adanya perjuangan dan proses pembelajaran yang dinikmati dengan ikhlas. Itulah yang telah dilakukan oleh para tamu Kick Andy dalam episode ini, mereka adalah para petualang yang sejenak berbagi kisah perjalanannya dengan kita. Rob Rama Rambini. Pria kelahiran Roma, Italia ini adalah sulung dari 3 bersaudara. Ibundanya adalah seorang pianis dan komposer musik, Trisutji Kamal. Besar di Jakarta dan saat lulus SMA ia ikut ayahnya dan tinggal di berbagai negara di Eropa dan Rusia. Selama hidupnya, Rama mengaku tidak pernah tinggal lama disuatu tempat, karena mengikuti sang ayah yang bekerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Perasaan tidak pernah terikat pada suatu tempat, bisa jadi telah membuat sosok Rama akhirnya mampu melakukan solo sailing dari California ke Indonesia selama lebih kurang 11 bulan. Dengan membiayai sendiri pelayarannya dengan kurang lebih [...]

May 27, 2011 // 0 Comments

1 12 13 14 15 16 34